Você está na página 1de 18

ASKEP Bayi dengan

Hiperbilirubine
Disusun oleh:
Imkani Husna 132141035
Luvita Nurwidiasmara 132141036
Dea Aulivia 132141037
Dela Okto Intan A 132141040
Rahayu Setio Ningsih 132141041
Siti Annisa Nurandani 132141044
Pengertian
Hiperbilirubinemia
Keadaan meningkatnya kadar bilirubin di dalam
jaringan ekstra vaskuler dimana kadar bilirubin
serum total lebih dari 10 mg% sehingga
konjungtiva, kulit dan mukosa akan berwarna
kuning (ikterus neonatrum). (Maryanti & dkk,
2011)

Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana


terjadi peningkatan kadar bilirubin >5 mg/dL
pada darah, yang sering ditandai oleh adanya
ikterus. (Mathindas & dkk, 2016)
ETIOLOGI
(Suriadi dan Rita Yulianni, 2006)

1. Polycetlietnia
2. Isoimmun Hemolytic Disease
3. Kelainan struktur dan enzim sel darah merah
4. Keracunan obat (hemolisis kimia: salisilat, kortikosteroid,
klorampenikol)
5. Hemolisis ekstra vaskuler
6. Gangguan fungsi hati
7. Masalah inetabolik
Faktor resiko :
1. ASI yang kurang
2. Peningkatan jumlah sel darah merah
3. Infeksi

Komplikasi :
 Bilirubin encephalopathy (komplikasi
serius).
 Kernikterus; kerusakan neurologis; cerebral
palsy, retradasi mental; hyperaktif, bicara
lambat (gangguan bicara); opistotonus;
spasme otot; ketulian pada nada tinggi; dan
tangisan yang melengking.
Manifestasi Klinis

4. Ikterus yang disertai:


• Berat lahir < 2000 gram.
1. Ikterus terjadi pada • Masa gestasi < 36 minggu.
24 jam pertama. • Asfiksia, hipoksia, sindrom
gangguan pernafasan.
• Infeksi.
3. Ikterus disertai • Trauma lahir pada kepala.
keadaan hemolisis • Hipoglikemi, hiperkarbia.
2. Peningkatan • Hiprosmolalitas darah.
konsentrasi bilirubine • Muntah, anorexia.
serum 10 mg% atau • Warna urine gelap, feses pucat.
lebih setiap 24 jam.
KlASIFIKASI

1. Ikterus fisiologis; 2. Ikterus patologis;


• Timbul pada hari kedua • Ikterus terjadi dalam 24
dan ketiga. jam pertama.
• Kadar bilirubin indirek • Kadar bilirubin melebihi
tidak melebihi 10 mg% 10 mg% pada neonatus
pada neonatus cukup cukup bulan atau melebihi
bulan. 12,5% pada neonatus
• Kecepatan peningkatan kurang bulan.
kadar bilirubin tidak • Pengangkatan bilirubin
melebihi 5% per hari. lebih dari 5 mg% per hari.
• Kadar bilirubindirek tidak • Ikterus menetap sesudah
melebihi 1 mg%. 2 minggu pertama.
• Ikterus menghilang pada • Kadar bilirubin direk
10 hari pertama. melebihi 1 mg%.
• Tidak terbukti mempunyai • Mempunyai hubungan
hubungan dengan dengan proses hemolitik.
keadaan patologis.
PATHWAY
PENATALAKSANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian:

1. Pemeriksaan fisik
 Inspeksi; Observasi warna pada sklera, konjungtiva, membrane mukosa,
mulut, kulit, urine, dan feses.
 Palpasi; Penekanan langsung pada kulit terutama pada tonjolan tulang seperti
ujung hidung atau sternum.
2. Pemeriksaan bilirubin umumnya menunjukkan adanya peningkatan kadar
bilirubin.
3. Tanyakan kepada orang tua bayi, sudah berapa lama jaundice muncul dan sejak
kapan.
4. Kaji suhu tubuh bayi, umumnya dapat disertai demam karena ikterus juga
dapat disertai adanya infeksi.
5. Kaji kebutuhan pola minum pada bayi.
6. Kaji warna urin dan feses bayi, umumnya warna urin gelap dan feses pucat.
7. Kaji riwayat keluarga.
8. Tanyakan kepada orang tua bayi, apakah bayi sudah mendapatkan imunisasi
hepatitis B.
Diagnosa Keperawatan:
* Resiko injury (internal) berhubungan dengan
peningkatan serum bilirubin sekunder dari
pemecahan sel darah merah dan gangguan sekresi
bilirubin.
* Resiko tingi cidera terhadap komplikasi dari
transfusi tukar berhubungan dengan profil darah
abnormal.
* Resiko kurangnya volume cairan berhubungan
dengan hilangnya air (insensible water loss) tanpa
disadari sekunder dari fototerapi.
* Resiko gangguan integritas kulit berhubungan
dengan fototerapi.
Intervensi:
Diagnosa 1:
Resiko injury (internal) berhubungan dengan
peningkatan serum bilirubin sekunder dari
pemecahan sel darah merah dan gangguan sekresi
bilirubin.
Intervensi:
o Kaji hiperbilirubine setiap 4 jam dan catat.
o Berikan fototerapi sesuai program.
o Monitor kadar bilirubin 4 - 8 jam sesuai program.
o Antisipasi kebutuhan transfusi tukar.
o Monitor Hb dan Ht.
o Gunakan pelindung pada mata saat fototerapi.
o Pastikan mata tertutup, hindari penekanan pada
mata yang berlebihan
Diagnosa 2:
Resiko tingi cidera terhadap komplikasi dari transfusi tukar berhubungan
dengan profil darah abnormal.
Intervensi:
o Kaji bayi terhadap perdarahan berlebihan dari lokasi I.V. setelah
transfusi.
o Perhatikan kondisi tali pusat bayi sebelum transfusi bila vena
umbilikal digunakan. Bila tali pusat kering, berikan pencucian saline
selama 30-60 menit sebelum prosedur.
o Pastikan golongan darah serta faktor Rh bayi dan ibu. Perhatikan
golongan darah dan faktor Rh darah untuk ditukar. (Darah tukar akan
sama golongannya dengan darah bayi, tetapi darah Rh-negatif atau
golongan O-negatif yang telah dicocokan silang dengan darah ibu
sebelumnya).
o Pantau tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit (misalnya, gugup,
aktivitas kejang, dan apnea, hiperefleksia, bradikardia, atau diare).
o Dengan hati-hati dokumentasikan kejadian selama transfusi,
pencatatan jumlah darah yang diambil dan diinjeksikan biasanya 7-20
ml sekaligus).
o Berikan albumin sebelum transfusi bila diindikasikan.
Diagnosa 3:
Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan
hilangnya air (insensible water loss) tanpa disadari sekunder
dari fototerapi.
Intervensi:
o Pertahankan intake (pemasukan) cairan.
o Berikan minum sesuai jadwal.
o Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran).
o Berikan terapi infus sesuai program bila indikasi;
meningkatnya temperature, meningkatnya konsentrasi urine,
dan cairan hilang berlebihan.
o Kaji dehidrasi; membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit,
mata.
o Monitor temperature setiap 2 jam.
o Kumpulkan dan analisis data pasien untuk mencegah atau
meminimalkan terjadinya malnutrisi.
Diagnosa 4:
Resiko gangguan integritas kulit
berhubungan dengan fototerapi.
Intervensi:
o Inspeksi kulit setiap 4 - 6 jam.
o Gunakan sabun bayi untuk kebutuhan
hygiene.
o Merubah posisi bayi dengan sering.
o Gunakan pelindung daerah genital.
o Gunakan pengalas yang lembut.
o Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari
drainase dan kelembapan yang berlebihan
Daftar Pustaka
• Abdoerrachman, dkk.1985.Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

• Arief, Z.R. 2009.Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak . Yogyakarta : Nuha Medik

• Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi
Perawatan Klien. Jakarta: EGC.

• Johnson, Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas DeMYTiFieD Buku Wajib Bagi Praktisi dan Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: Rapha Publishing.

• Kosim, M. Sholeh, dkk. 2014. Buku Ajar NEONATOLOGI Edisi Pertama Cetakan Keempat. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI).

• Maryanti, Dwi, Sujianti, dan Tri Budiarti. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita.Jakarta: Trans Info Media.

• (Mathindas, Stevry, Rocky Wilar, dan Audrey Wahani.2016.“Hiperbilirubinemia pada


Neonatus.”)(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/2599/2142)

• Suriadi dan Rita Yulianni. 2006. Buku Pegangan Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto.

• (Triasih, Rina, Ekawaty L Haksari, dan Achmad Surjono.2002.“Kadar Bilirubin 24 Jam Pertama Sebagai Faktor
Prediksi Hiperbilirubinemia Pada Bayi Cukup Bulan yang Sehat.”)
(https://jurnal.ugm.ac.id/index.php/bik/article/viewFile/4120/3382)

• Wilkinson, Judith. M dan Nancy R. Ahern.2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9, Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

• Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta: EGC.

Você também pode gostar