Você está na página 1de 61

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI

DAN ROTASI TANAMAN


 Kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor
evaporasi, transpirasi yang kemudian dihitung sebagai
evapotranspirasi
• Efisiensi merupakan persentase perbandingan antara
jumlah air yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman dengan
jumlah air yang dikeluarkan dari pintu pengambilan. Agar air yang
sampai pada tanaman tepat jumlahnya seperti yang direncanakan,
maka air yang dikeluarkan dari pintu pengambilan harus lebih besar
dari kebutuhan.
• Biasanya Efisiensi Irigasi dipengaruhi oleh besarnya jumlah air yang
hilang di perjalanannya dari saluran primer, sekunder hingga tersier.
− saluran tersier : 80 %
− saluran sekunder : 90 %
− saluran primer : 90 %
Efisiensi irigasi total (C)= 80% x 90% x 90% = 65 %
• Biasanya Efisiensi Irigasi dipengaruhi oleh besarnya jumlah air yang
hilang di perjalanannya dari saluran primer, sekunder hingga tersier.
− saluran tersier : 80 %
− saluran sekunder : 90 %
− saluran primer : 90 %
Efisiensi irigasi total (C)= 80% x 90% x 90% = 65 %
Kebutuhan air untuk tanaman padi

• Menentukan besar kebutuhaan air tanaman


di sawah, yang merupakan penjumlahan dari
kebutuhan air untuk keperluan :
1. Penyiapan lahan
2. Penggunaan Konsumtif
3. Perkolasi
4. Penggantian lapisan air
5. Evaporasi selama penyiapan lahan
• Besarnya kebutuhan air di sawah bervariasi
menurut jenis dan umur tanaman dan
bergantung kepada cara pengolahan lahan.
• Besarnya kebutuhan air di sawah
dinyatakan
dalam mm/ hari.
• Faktor yang menentukan besarnya kebutuhan air
untuk
penyiapan lahan adalah :
1. Lama waktu penyiapan lahan
2. Jumlah air untuk penyiapan lahan

• Untuk seluruh petak tersier, jangka waktu yang


dianjurkan untuk penyiapan lahan adalah 1,5 bulan (45
hari)
• Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan
peralatan mesin, jangka waktu satu bulan (30 hari)
dapat dipertimbangkan
• Kebutuhan air untuk pengolahan lahan
(puddling) bisa diambil 200 mm, ini untuk
penjenuhan (presaturation). Dan untuk
keperluan penggenangan sawah pada awal
transplantasi akan ditambahkan lapisan air 50
mm lagi.
• Angka 200 m di atas mengandaikan bahwa
tanah itu tidak ditanami selama lebih dari 2,5
bulan. Jika tanah itu dibiarkan bera lebih lama
lagi, ambillah 250 mm sebagai kebutuhan air
untuk penyiapan lahan.
• Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat
dihitung dengan rumus Van de Goor dan
Ziljstra (1968) dengan rumus :
IR = kebutuhan air di sawah (mm/hr)
M = Kebutuhan air untuk menggantikan air yg
hilang akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang
sudah dijenuhkan (mm/hr)
Eo = evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan
(mm/hr)
P = perkolasi (mm/hr)
T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = kebutuhan air untuk penjenuhan sebesar
200mm + 50mm untuk lapisan genangan.
Tabel (1)
Eo + P T = 30 hari T = 45 hari
mm/hari S 250 mm S 300 mm S 250 mm S 300 mm
5 11.1 12.7 0.4 9.5
5.5 11.4 13 8.8 9
6 11.7 13.3 9.1 10.1
6.5 12 13.6 9.4 10.4
7 12.3 13.9 9.8 10.8
7.5 12.6 14.2 10.1 11.1
8 13 14.5 10.5 11.4
8.5 13.3 14.8 10.8 11.8
9 13.6 15.2 11.2 12.1
9.5 14 15.5 11.6 12.5
10 14.3 15.8 12 12.9
10.5 14.7 16.2 12.4 13.2
11 15 16.5 12.8 13.6

Sumber : Roedy, Soekibat., 2005


2. Penggunaan konsumtif
• Penggunaan konsumtif (consumptive use)
adalah jumlah air yang dipakai untuk
proses evapotranspirasi
• Dihitung dengan rumus :

• Etc = Evapotranspirasi crop (mm/hr)


• Eto= Evapotranspirasi potensial (mm/hr)
• kc = koefisien tanaman
ETc
•evapotranspirasi potensial (Eto)
adalah evapotranspirasi tanaman acuan
yang nilainya diperoleh dengan rumus
Penman.
•Koefisien tanaman (kc) adalah harga konversi
untuk mendapatkan nilai Etc (evapotranspirasi
tanaman)
•Besarnya kc dipengaruhi dari jenis, varietas
dan umur tanaman
• Berikut ini contoh koefisien tanaman padi
berdasarkan tabel FAO dan Nedeco/Prosida
(Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010,
1985)
Bulan Nedeco/Prosida FAO
Tabel (2)
Varietas Varietas Varieta Varietas
biasa unggul s biasa unggul
0.5 1.2 1.2 1.1 1.1
1 1.2 1.27 1.1 1.1
1.5 1.32 1.33 1.1 1.05
2 1.4 1.3 1.1 1.05
2.5 1.35 1.3 1.1 0.95
3 1.24 0 1.05 0
3.5 1.12 0.95
4 0 0
Tabel (3)
•Harga koefisien tanaman palawija berdasarkan
FAO (Ref. FAO, 1977)
bulan Masa 0.5 1 1.5 2 2.5 33.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
tumbu
h (hari)
Kedelai 85 0.5 0.75 1.0 1 0.82 0.45

Jagung 80 0.5 0.59 0.96 0.96 1.05 1.02 0.95

Kacang 130 0.3 0.51 0.66 0.85 0.95 0.95 0.95 0.55 0.55
tanah
Bawang 70 0.5 0.54 0.69 0.69 0.9 0.95

Buncis 75 0.5 0.64 0.89 0.89 0.95 0.88

kapas 195 0.5 0.5 0.58 0.75 0.91 1.04 1.05 1.05 1.05 0.78 0.65 0.65 0.65

Sumber : FAO Guideline for Crop Water Requirements (Ref. FAO, 1977)
• Perkolasi ini dipengaruhi antara lain oleh:
a. Tekstur tanah, tanah dengan tekstur halus
mempunyai angka perkolasi yang rendah,
sedangkan tanah dengan tekstur yang
kasar mempunyai angka perkolasi yang
besar.
b. Permeabilitas tanah
c. Tebal lapisan tanah bagian atas, makin tipis
lapisan tanah bagian atas ini makin
rendah/kecil angka perkolasinya.
• Perkolasi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
perkolasi vertikal dan horizontal. Menurut hasil
penelitian di lapangan, perkolasi vertikal lebih
kecil dari pada perkolasi horizontal, angkanya
berkisar antara 3 sampai 10 kali, hal ini
terutama untuk sawah-sawah dengan keadaan
lapangan yang mempunyai kemiringan besar
yaitu sawah- sawah dengan teras-teras.
• Akan tetapi perkolasi horizontal ini, masih dapat
dipergunakan lagi oleh petak sawah dibawahnya
sehingga perkolasi horizontal tidak
diperhitungkan sebagai kehilangan.
• Di Jepang menurut hasil penelitian di lapangan,
angka-angka perkolasi untuk berbagai jenis tanah
disawah dengan lapisan tanah bagian atas (top
soil) lebih tebal dari 50 Cm adalah sebagai
berikut (Rice Irrigation in Japan, OTCA 1973)

Tabel (4)
Macam Tanah Perkolasi Perkolasi Vertikal (mm/hari)

Sandy loam 3-6


Loam 2-3
Clay Loam 1-2
• Sedangkan Pemerintah Indonesia telah membuat
standar pemakaian angka perkolasi seperti
disajikan dalam tabel berikut :

Tabel (5)
Tingkat perkolasi pada berbagai tekstur tanah
Jenis Tanah Angka Perkolasi
Padi (mm/hari) Palawija (mm/hari)

Tekstur Berat 1 2
Tekstur Sedang 2 4
Tekstur Ringan 5 10
Sumber : standar Perencanaan Irigasi KP. 01
• Di Indonesia menurut penelitian di lapangan,
angka perkolasi ini seperti untuk Proyek
Irigasi Sempor adalah 0,70 mm/hari.
Didaerah daratan pantai utara pulau Jawa
dari percobaan-percobaan yang telah
dilakukan berkisar 1 mm/hari. Di NTB
digunakan angka 2mm/hari.
• Untuk menentukan besarnya perkolasi secara
tepat, satu satunya cara yang diperlukan
adalah dengan mengadakan pengukuran di
lapangan
4. Penggantian lapisan air (WLR)
• WLR (water layer replacement) adalah
penggantian air genangan di sawah dengan air
irigasi yang baru dan segar.
• Penggantian lapisan air dilakukan setelah
pemupukan. Penggantian lapisan air dilakukan
menurut kebutuhan.
• Biasanya dilakukan penggantian lapisan air
sebanyak 2 kali masing-masing 50mm atau
(3,3 mm/hari) selama 1 bulan dan 2 bulan
setelah transplantasi.
• Curah hujan efektif adalah curah hujan yang
jatuh selama masa tumbuh tanaman, yang
dapat digunakan untuk memenuhi air
konsumtif tanaman.
•Besarnya curah hujan ditentukan dengan 70%
dari curah hujan rata – rata tengah bulanan
dengan kemungkinan kegagalan 20% (Curah
hujan R80 ). Dengan menggunakan Basic Year
dengan rumus : R80= n/5 + 1
dengan n adalah periode lama pengamatan
• Curah hujan efektif diperoleh dari 70% x R80
per periode waktu pengamatan. Apabila data
hujan yang digunakan 10 harian maka
persamaannya menjadi :
− Repadi = (R80 x 70%)/10 mm/hari.
− Retebu = (R80 x 60%)/10 mm/hari.
− Repalawija = (R80 x 50%)/10 mm/hari
• Curah hujan efektif juga dapat dihitung dengan
menggunakan metode Log Pearson III
berdasarkan data hujan yang tersedia.
Contoh perhitungan hujan efektif
Hujan Setengah Bulan Rata-Rata Daerah (Sta.Sengkol, Mangkung, Rambitan)

Tabel (6)

A. Perhitungan CH Efektif (andalan) dengan cara BASIC YEAR

No Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des Tahu
nan
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II (mm)
1 1992 123 146 140 189 157 97 105 29 0 9 1 0 1 2 0 2 11 54 28 39 5 145 117 96 1497
2 1993 120 211 228 23 16 55 83 13 24 0 14 3 0 0 0 0 0 3 12 23 20 68 114 323 1353
3 1994 38 144 179 135 224 126 58 0 2 0 0 0 0 6 0 0 4 0 2 0 1 59 153 36 1170
4 1995 140 148 126 120 111 85 60 7 14 6 3 1 3 2 0 0 10 0 20 11 167 116 150 44 1345
5 1996 84 55 125 169 130 31 36 24 46 0 0 0 13 2 5 0 0 3 1 45 41 42 72 29 950
6 1997 137 59 188 264 81 0 36 3 45 1 11 2 2 0 0 0 0 35 11 78 3 27 143 109 1237
7 1998 204 51 38 60 76 211 124 145 0 3 45 4 66 29 1 0 3 137 14 363 137 85 74 189 2058
8 1999 154 176 107 85 131 165 64 10 19 0 0 1 2 0 2 2 0 0 18 73 102 65 196 58 1431
9 2000 184 174 53 83 53 90 208 74 111 8 2 0 0 0 0 0 0 0 134 51 312 64 93 3 1698
10 2001 61 71 156 20 67 138 157 42 0 0 74 0 0 0 0 0 0 0 12 46 36 69 141 71 1161

1. Hujan setengah bulanan rata-rata daerah, dijumlahkan (menjadi hujan tahunan)


Tabel (7)
No Tahun P (%) tahunan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des
= m/(n+1) ranking I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 1998 9.09 2,058 204 51 38 60 76 211 124 145 - 3 45 4 66 29 1 - 3 137 14 363 137 85 74 189

2 2000 18.18 1,698 184 174 53 83 53 90 208 74 111 8 2 0 - - - - - -


13 51 312 64 93 3
4
3 1992 27.27 1,497 123 146 140 189 157 97 105 29 - 19 9 1 0 1 2 0 2 11 54 39 5 145 117 96
28
4 1999 36.36 1,431 154 176 107 85 131 165 64 10 24 - - 1 2 - 2 2 0 - 73 102 65 196 58
18
5 1993 45.45 1,353 120 211 228 23 16 55 83 13 - 14 3 0 - - - - 3 23 20 68 114 323
12
6 1995 54.55 1,345 140 148 126 120 111 85 60 7 14 6 3 1 3 2 - - 10 - 20 11 167 116 150 44

7 1997 63.64 1,237 137 59 188 264 81 0 36 3 45 1 11 2 2 - - 35 11 78 3 27 143 109


- -
8 1994 72.73 1,170 38 144 179 135 224 126 58 0 2 - - - 0 - - - 2 0 1 59 153 36
6 4
9 2001 81.82 1,161 61 71 156 20 67 138 157 42 - 0 74 0 0 0 - - - - 12 46 36 69 141 71

10 1996 90.91 950 84 55 125 169 130 31 36 24 46 - - - 13 2 5 - - 3 1 45 41 42 72 29

2. Hujan tahunan dirangking dan diberi peluang


Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des

Periode I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II

Padi (R80) 61 71 156 20 67 138 157 42 - 0 74 0 0 0 - - - - 12 46 36 69 141 71

Palawija (R50) 140 148 126 120 111 85 60 7 14 6 3 1 3 2 - - 10 - 20 11 167 116 150 44

R efektif padi 43 49 109 14 47 96 110 30 - 0 52 0 0 0 - - - - 8 32 25 48 98 49

R efektif 98 104 88 84 78 60 42 5 10 4 2 1 2 2 - - 7 - 14 8 117 81 105 31


Palawija

3.R efektif adalah hujan pada tahun tertentu dengan probabilitas tertentu. Dapat langsung diambil (th 1994 dan
2001) atau diinterpolasi (2001 - 1994 dan 1995 - 1993). Lihat tabel (7)

4.Jadi hujan dengan peluang 80% (R80) adalah seluruh data pada tahun 2001, sedangkan R50 adalah seluruh data
tahun 1995

5.Hujan efektif padi = 0.7*R80, dan hujan efektif palawija = 0.7*R50


1. Menentukan besarnya nilai evapotranspirasi daerah
setempat, dengan menggunakan metode Penman,
radiasi, thornwhite, atau yang lain.
2. Menentukan koefisien tanaman (kc) berdasarkan tabel
FAO atau NEDECO.
3. Menentukan penggunaan konsumtif tanaman (Cu atau
ETc), didapatkan dengan cara mengalikan koefisien
tanaman (kc) dengan angka evapotranspirasi potensial
(ETo).
3. Menentukan kebutuhan air untuk persiapan
lahan, biasanya ditentukan berdasarkan kondisi
kekeringan lahan serta kebiasaan petani.
Besarnya 200 + 50 mm untuk genangan, atau
250 mm utk tanah kering berat/pecah2 +
50mm untuk genangan.
4. Selanjutnya dihitung kebutuhan air selama
penyiapan lahan dengan persamaan Van Goor
dan Ziljstra atau baca tabel dari KP 01 di atas.
5. Menentukan nilai perkolasi. Nilai perkolasi
untuk daerah NTB (biasanya diambil) sebesar
2,0 mm/hari.
6. Menentukan evaporasi selama penyiapan lahan
yang didapatkan dari mengalikan nilai
evapotranspirasi potensial dengan koefisien 1,1.
7. Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak 2
kali masing-masing 50 mm pada saat sebulan
dan dua bulan setelah transplantasi (atau
3,33mm/hari selama setengah bulan).
8. Menentukan hujan efektif R eff dengan rumus :
(0,7
x R80)/Jumlah hari setengah bulanan.
− R80 adalah hujan dengan probabilitas 80%,
untuk tanaman padi.
− R50 adalah hujan dengan probabilitas 50% untuk
tanaman palawija.
9. Menentukan kebutuhan air irigasi di sawah yaitu
dengan cara mengurangi total kebutuhan air
dengan hujan efektif untuk tanaman
padi/palawija.
10. Mengkonversi satuan kebutuhan air di sawah dari
mm/hari menjadi l/dt/ha dengan cara membagi
kebutuhan air irigasi dengan 8,64. (lihat contoh
hitungan).
11. Menentukan kebutuhan air di intake (DR) yaitu
dengan cara membagikan kebutuhan air di sawah
dengan efisiensi irigasi. Nilai efisiensi irigasi
keseluruhan adalah 0,65.
Contoh Perhitungan kebutuhan air tanaman Padi Musim tanam ke-2
Masa Tanam : 90 Hari
No. Kegiatan tanam Satuan Bulan / 2 mingguan ke- Keterangan
Mar Apr Mei Jun
I II I II I II I II
16 15 15 15 16 15 15 15
1 ETo mm/hari 3.713 4.640 3.500 4.350 3.281 3.659 3.020 3.050 Penman
2 Kc 1.100 1.100 1.05 1.05 0.95 0.00 FAO
3 ETc mm/hari 3.850 4.785 3.609 4.025 3.171 2.898 Kc * Eto
4 Evap selama PL (Eo) 4.084 5.104 1.1*Eto
5 Perkolasi (P) mm/hari 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
6 Persiapan lahan mm/hari 11.700 12.300 Lihat tabel (1)
7 Penggantian Lap. Air (WLR) mm/hari 3.333 3.333 50 mm /15

8 Total Keb. Air mm/hari 11.700 12.300 5.850 6.785 5.609 6.025 5.171 4.898 [ 3+4+5+6+7 ]
9 Hujan Efektif mm/hari 3.148 6.425 7.320 1.974 0.000 0.003 3.470 0.008 0.7*R80/15
10 Keb. Air di sawah (NFR) mm/hari 8.552 5.875 -1.470 4.811 5.609 6.022 1.701 4.890 [8-9]
11 Keb. Air di sawah(NFR) l/dt/Ha 0.990 0.680 -0.170 0.557 0.649 0.697 0.197 0.566 [ 10 ] / 8.64
12 Keb. Di Intake (DR) l/dt/Ha 1.52 1.05 0.00 0.86 1.00 1.07 0.30 0.87 [ 11 ] / 0.65

max kebtuhan air (l/dt/ha) : 1.52 (Nilai max untuk menentukan dimensi saluran. Angka negatif dianggap nol)
Kebutuhan air untuk tanaman palawija
1. Perhitungan kebutuhan air untuk tanaman
palawija sama dengan perhitungan kebutuhan
air untuk padi, hanya saja R efektif untuk
palawija adalah R50.
2. Selain itu tanaman palawija tidak
membutuhkan air untuk pengolahan lahan
serta pergantian lapisan air.
3. Contoh perhitungan kebutuhan air untuk
tanaman Padi dan palawija dapat dilihat pada
tabel terlampir.
TUGASSS……!!!!!!

Ubahlah satuan dari mm/ha menjadi

l/det/ha. Sekarang dikumpulkan


• Satu kali masa tanam disebut 1 musim tanam.
tanaman Pengolahan lahan Umur tanaman
Padi 1 bulan 2,5 – 3 bulan
palawija - 3 bulan

• Musim tanam pertama biasanya dimulai ketika awal


musim hujan
• Musim tanam pertama disebut MT1 dilanjutkan
musim tanam kedua MT2 dan Musim tanam ketiga
MT3
Intensitas tanam didefinisikan sebagai prosentase
luas lahan yang dapat ditanami terhadap luas
seluruh Daerah Irigasi
Contoh :
Jika diketahui luas DI 1000ha. Maka perhitungan
intensitas tanamnya diilustrasikan seperti dlm tabel
berikut
Musim tanam Luas tanam (ha) Intensitas tanam (%)
MT1 1000 100
MT2 750 75
MT3 500 50

IT Total (setahun) 225


• Untuk memenuhi kebutuhan air bagi
tanaman, penentuan pola tanam
merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.
• Berikut ini contoh pola tanam yang biasa
dipakai :
Ketersediaan air irigasi pola tanam dalam satu tahun
1. Berlimpah/ banyak Padi – padi - palawija
2. cukup/sedang Padi – padi – Kosong
Padi – Palawija - Palawija
3. Kurang Padi – Palawija - Kosong
Palawija _ Padi - Kosong
• Neraca air adalah perimbangan antara
kebutuhan dan ketersediaan air di daerah
studi
• Debit kebutuhan didapat dari perhitungan
kebutuhan air irigasi berdasarkan pola
tanam yang terpilih
• Debit ketersediaan didapat dari perhitungan
debit andalan di sungai atau tempat
pengambilan air
• Bila debit melimpah maka kebutuhan
dipenuhi sesuai luas sawah maksimum.
• Bila debit kurang, maka ada tiga alternatif
solusi yaitu :
1. luas daerah irigasi dikurangi
2. melakukan modifikasi dalam pola tanam
3. rotasi teknis golongan
• Mengantisipasi ketersediaan air yang semakin
terbatas maka perlu dicari terus cara budidaya
tanaman padi yang hemat air. Salah satunya
adalah Cara pemberian air terputus/berkala
(intermittent irrigation).
• Cara ini terbukti efektif dilapangan dalam usaha
hemat air, namun mengandung kelemahan
dalam membatasi pertumbuhan rumput.
• Sistem pemberian air terputus/ berkala sesuai
untuk daerah dengan debit tersedia aktual lebih
rendah dari debit andalan 80 %.
• Sumber air tidak selalu dapat menyediakan
air irigasi yang dibutuhkan, sehingga harus
dibuat rencana pembagian air yang baik.
• Kebutuhan air tertinggi dalam petak tersier
disebut Qmax
• Pada saat air tidak memenuhi kebutuhan air
tanaman dengan pengaliran menerus, maka
pemberian air tanaman diberikan secara
bergilir.
• Dalam sistem pemberian air secara bergilir,
permulaan tanam tidaklah serempak. Sawah
dibagi menurut golongan-golongan dan
permulaan pekerjaan sawah dijalankan
secara bergiliran menurut golongan masing-
masing
Keuntungan sistem rotasi kekurangan
1. Q puncak berkurang 1. Bisa menimbulkan komplikasi sosial
2. Kebutuhan pengambilan bertambah 2. Kehilangan air akibat eksploitasi lebih
secara berangsur2 pd periode tinggi
penyiapan lahan
3. Eksploitasi lebih rumit
4. Jangka waktu penanaman lebih lama
(khususnya utk tanaman padi karena
membutuhkan pengolahan lahan), dan
mengakibatkan waktu utk tanaman
kedua menjadi berkurang
5. Daur hama sulit diberantas. Jadi akan
ada pemakaian pestisida.
• Contoh perhitungan rotasi

• Petak tersier seluas 135,65 ha terdiri dari 3


petak sub tersier dengan masing-masing luas
− Sub tersier a luas 53,10 ha dengan
kebutuhan air 2,84 l/dt/ha
− Sub tersier b luas 47,55 ha dengan
kebutuhan air 2,95 l/dt/ha
− Sub tersier c luas 35,00 ha dengan
kebutuhan air 3,26 l/dt/ha
A. Perhitungan debit rencana
• Kondisi batas : Jika debit tersedia >65% Qmaks,
maka pemberian air dilakukan secara terus menerus

• Pemberian air (Q) Jika Q = 100% Qmaks

− Petak a dapat air = 53,10 ha x 2,84 l/det /ha = 150,80 l/det


− Petak b dapat air = 47,55 ha x 2,95 l/det/ha = 140,27 l/det
− Petak c dapat air = 35,00 ha x 3,26 l/det/ha = 114,10 l/det
jumlah Q max = 405,17 l/det
• Pemberian air jika Q = 65% Qmaks.
Sebesar 65/100 x 405,17 l/det = 263,36
l/det. Maka pemberian air nya
menggunakan cara rotasi sub tersier I
• Periode I. Sub tersier a+b diairi, c ditutup
Luas a+b = 53,10 + 47,55 = 100,65 ha
− Qa = (53,10/100,65) x 263,36 = 138,94 l/det
− Qb = (47,55/100,65) x 263,36 = 124,42 l/det
• Periode II. Sub tersier a+c diairi, b ditutup
Luas a+c = 53,10 + 35,00 = 88,10 ha
− Qa = (53,10/88,10) x 263,36 = 158,73 l/det
− Qc = (35,00/88,10) x 263,36 = 104,63 l/det

• Periode III. Sub tersier b+c diairi, a ditutup


Luas b+c = 47,55 + 35,00 = 82,55 ha
− Qa = (47,55 / 82,55) x 263,36 = 151,73 l/det
− Qc = (35,00/ 82,55) x 263,36 = 111,55l/det
• Pemberian air jika Q = 35% Qmaks,
maka pemberian airnya
menggunakan cara rotasi sub tersier II
• Pemberian air nya = 0,35 x 405,17 = 121,55 l/dt
• Air sebanyak 121,55 l/det tidak dapat dibagikan
secara proporsional dalam waktu yang bersamaan,
sehingga diberikan secara bergilir di masing-masing
sub tersier a, b dan c, dengan penjadwalan dan
lama waktu pemberiannya diperhitungkan sesuai
proporsi luas masing-masing.
• Hasil hitungan pemberian air di atas, dapat dirangkum
dalam tabel berikut :
petak sub Luas (ha) Q (l/det) Q rencana
tersier 100% 65% 35% (l/det)
a 53.10 150.80 158.73 121.55 158.73
b 47.55 140.27 151.70 121.55 151.70
c 35.00 114.10 104.63 121.55 121.55
• Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
debit yang terbesar tidak selalu terdapat pada Q =
Qmax. Sehingga debit rencana tidak selalu dapat
ditentukan dari 100%Qmax, melainkan harus
dihitung juga pemberian airnya secara rotasi.
B. Perhitungan jam rotasi

• Q> 65%, Semua petak mendapatkan giliran


pemberian air secara terus menerus
• 65% > Qmax > 35%
• 2 golongan dibuka dan 1 golongan ditutup
• Qmax < 35%
• 1 golongan dibuka, 2 golongan ditutup
Hari Pemberian air terus Rotasi I (Q = 35% - 100%) Rotasi II (Q < 35%)
menerus (Q = 65%
– 100%)
jam Petak yang jam Petak yang jam Petak yang
diairi diairi diairi
Senin 6:00 6:00 6:00 b
Selasa
Rabo a+b 17:00 c
Kamis
Jumat 12:00 a
Sabtu a+b+c 11:00
Minggu
Senin 6:00 b
Selasa b+c
Rabo 17:00 17:00 c
Kamis
Jumat a+c 12:00
Sabtu a
Minggu
senin 6:00 6:00 6:00

Você também pode gostar