Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kappa
Delta
Tidak jelas reseptor delta fungsinya
Delta agonis adalah analgesi lemah dan
ptensial adiktif
dapat mengatur aktifitas reseptor Mu
Mu-1 Mu-2
◦ Lokasi di luar ◦ Lokasi seluruh CNS
sumsum tulang ◦ Bertanggung jawab
belang untuk depresi
◦ Bertugas untuk nafas, analgesi
interpretasi pusat spinal,
nyeri ketergantungan
fisik dan euforia
1. Analgesia yang sederhana
2. Tidak menimbulkan depresi nafas
3. Tidak menimbulkan ketergantungan
Response Mu-1 Mu-2 Kappa
Analgesia
Respiratory
Depression
Euphoria
Dysphoria
Decrease GI
motility
Physical
Dependence
DRUGS MU KAPPA
16
Lokasi reseptor: pada neuron aferen primer
(primary afferent), neuron transmisi nyeri spinal
cord (ascending pathway) dan pd midbrain dan
medulla
17
M.o.a: Euphoria, Tranquility dan perubahan2
mood belum jelas.
Dari percobaan: injeksi µ opioid ke
tegmentum ventralis mengaktifkan
dopaminergic neuron (berproyeksi).
Pathway ini yang diduga menginduksi
euphoria.
18
Clinical overdosage
Accidental overdosage pd addict
Usaha bunuh diri.
Dosis tepat keracunan :
tolerant/ non-tolerant individu. (s/d 4,9 gr)
per-oral / par-enteral
morfin utk analgesik P.O > 120mg; i.v 30mg
19
Stupor, coma
RR 2-4x/menit
Cyanosis
Pin-point pupil
Urine formation menurun.
Temp.tubuh menurun
Konvulsi (anak2)
20
MIOSIS:
Exitatory action on the autonomic segment
of the nucleus of Oculomotoric nerve.
(sphincter pupillae, ciliary m. PANS;
m.dilator pupillae SANS)
COMA :
Penekanan RAS ( siklus bangun dan
kesadaran ) penurunan kesadaran.
21
Depressed Respiration.
(penyebab kematian pd umumnya)
Resp.Rate
22
Gastro Intestinal Tract: Konstipasi.
Efeknya pada reseptor opioid di sist. syaraf
enteric peristaltik menurun. Efek kuat dan
sebagai alasan utk pengobatan diare.
23
1. Over dosis,TRIAD:
- Miosis
- Koma dan
- Depresi nafas
24
1. Analgesik : Indikasi untuk nyeri berat. mis:
Kanker pada stadium lanjut.
Dlm keadaan akut ,agonis kuat diberikan
parenteral. Untuk memper panjang analgesia
dan mengurangi E.S morfin diberikan epidural.
2. Menekan reflek batuk: Kodein,
dextromethorphan diberikan per-oral.
3. Diarrhea
25
6. Ketergantungan opioid (Rehabilitasi):
Methadone, long acting , untuk mengatasi
withdrawal syndrome, dan dalam program
mengatasi adiksi dosis untuk maintenance.
26
Absorbsi: inhalasi,p.o & par-enteral
Efek: drowsiness,mengantuk,
euphoria,depresi pernafasan, depresi pusat
batuk
Toleransi (+)
Miosis (+)
27
Pada G.I.T:
Gastric emptying time me
Gerakan usus
Tonus usus
Sal.empedu : konstriksi. Morfin kurang
tepat utk terapi nyeri spasme sal.empedu
Tensi menurun bronkokonstriksi
(Asma!!)
Ureter konstriksi(tx nyeri kolik ureter)
28
Analgesic & Euphorant kuat
Menyebabkan adiksi paling kuat
Mekanisme kerjanya, sama dengan Morfin
Diamorfin diubah menjadi Morfin di otak
Gejala muntah < Morfin
Ketergantungan, Toleransi > Morfin
Sediaan “Freeze-dried” : Jml banyak dapat
dilarutkan/ suntikkan dg sedikit air.
29
Difenoksilat:
◦ Digunakan untuk anti-diare, tdk untuk
analgesiknya (kombinasi dg Atropin: Lomotil*
◦ P.o > par-enteral
Loperamid (Immodium*)
◦ untuk mengontrol diare
◦ Penyalahgunaan sdkt, sulit mencapai otak.
◦ Dosis dimulai 4mg 2 mg tiap pengeluaran tinja
diare.
30
Turunan Morfin
P.o Absorbsi jelek
Afinitas tinggi terhdp reseptor μ (mu)
Efek antagonis (onset of action/o.o.a) 1-2
menit.
Pada terapi over dosis (OD) menyebabkan
kesadaran ;depresi nafas (-); pupil
kembali N (normal)
31
Tidak menyebabkan adiksi
Tidak ada gejala putus obat bila dihentikan
penggunaannya.
Penggunaan klinik Nalokson :
◦ Waspadai kerjanya singkat setelah sembuh
dari depresi parah ,1-2 jam kembali koma
◦ Dosis: 0,1-0,4 mg i.v diulang sesuai keperluan.
32
Analgesik < morfin
Antitusif (+)
Toleransi lambat, adiksi jarang
Efek GIT: Tr.urinarius; konstipasi; Nausea
<< dari morfin
Dosis 60 mg per-oral/inj
33
Asam Asetil Salisilat = Asetosal
Batang pohon willow (Leroux; 1829)
Antipiretik
Prototipe dari NSAID
Penghambat non-selektif
COX-1 & COX-2
Efek Analgesik :
menghambat sintesis PGE&PGI
Efek Antipiretik :
memperbaiki fungsi termostat di
hypothalamus, hambatan sintesis PGE2
me ↑ pengeluaran keringat, vasodilatasi
perifer
Efek Antiinflamasi :
hambatan sintesis PGE2 & PGI2
tidak menghambat migrasi sel
Efek pada darah :
waktu perdarahan >>
hipoprotrombinemia
platelet disfungsi menghambat
agregasi
Parasetamol
Digunakan pertama tahun 1893
Menghambat sintesis PG di sentral
Efek analgesik & antipiretik serupa Aspirin
Antiinflamasi <<<
Jarang terjadi alergi
Anemia hemolitik , Methemoglobinemia
Nefropati
Hepatotoksik
Fenilbutazon; Dipiron ; Antipirin & Aminopirin
what
who
how
TERIMA KASIH