Você está na página 1de 51

Asuan Keperawatan Pada Anak

Usia Neontal da Ifant

Kelompok 9
Pengkajian pada anak usia neonatus
1. Skoring APGAR
2. Pengkajian Klinis Usia Gestasional
3. Pengkajian Transisional: Periode
Reaktivitas
4. Pengkajian Tingkah Laku
5. Pemeriksaan Fisik
Skoring APGAR
Skor ini didasarkan pada observasi
denyut jantung, usaha bernapas,
tonus otot, reflek iritabilitas, dan
warna. Setiap item diberi skor 0, 1,
atau 2. Evaluasi kelima kategori
tersebut dibuat pada menit 1 dan 5
setelah kelahiran dan diulang
sampai kondisi bayi stabil.
Tanda 0 1 2
Appereance Warna Badan Merah ,
Biru, Pucat Semua Merah
Kulit Ekst. Biru

Pulse Denyut Jantung Tidak ada < 100 > 100

Sedikit gerakan
Grimace refleks Tidak ada Menangis kuat
mimic
Ada refleksi
Activity tonus otot Lemas Gerakan aktif
Ekstremitas
Respirationeffort Lambat/ tidak
Tidak ada Baik/ menangis
usaha napas teratur
Pengkajian Klinis Usia
Gestasional
Skala ini, merupakan
ringkasan dari skala
Dubowitz, dapat digunakan
untuk mengukur usia
gestasional bayi antara 35
hingga 43 minggu. Skala
ini mengkaji enam tanda
fisik eksternal dan enam
tanda pada bayi usia
gestasi 20 minggu.
Uji yang digunakan untuk mengkaji usia
gestasional
1. Postur
2. Siku Jendela
3. Recoil lengan
4. Sudut popliteal
5. Tanda scarf
6. Tumit ke lengan
PENGKAJIAN REFLEKS
Pengkajian Transisional: Periode Reaktivitas

Bayi baru lahir memperlihatkan karakteristik tingkah laku dan


fisiologis yang mungkin pada mulanya merupakan tanda stress. Akan
tetapi, selama 24 jam pertama, perubahan denyut jantung, respirasi,
aktivitas motorik, warna, produksi mukus, dan aktivitas usus akan
muncul secara berurutan, urutan yang dapat diramalkan normal dan
menunjukan tidak adanya stress (Wong, Dona L., dkk. 2008).
Pengkajian Tingkah Laku
• Habituasi
• Orientas
• Kinerja motorik
• Kisaran keadaan
• Regulasi keadaan
• Stabilitas autonomic
• Refleks
Pemeriksaan Fisik
• Ukuran Umum • Dada
• Tanda tanda vital • Paru
• Penampilan umum • Jantung
• Kulit • Abdomen
• Kepala • Genetalia femina
• Mata • Genetalia maskulin
• Telinga • Ektremitas
• Hidung • Sistem
• Mulut dan tenggorokan • Neuromuskular
• Leher
Pengkajian pada bayi usia infant
1. Perkembangan Biologis
2. Perkembangan Psikososial
3. Perkembangan kognitif
4. Perkembangan citra tubuh
5. Perkembangan sosial
6. Perkembangan bahasa
7. Tempramen
Masalah yang sering dialami oleh anak usia
nenatus dan infant
1. Oral trush
2. Muntah
3. Gumoh
4. Ruam popok
5. Ikterus
6. Bercak Mongol
7. Miliaris
8. SIDS
Askep pada anak dengan oral trush
Oral trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit-
langit, dan pipi bagian dalam (Wong, 1995 dalam Nursalam,
2008). Bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila
dipaksa untuk diambil maka akan mengakibatkan
perdarahan. Oral trush ini sering disebut juga dengan oral
candidiasis atau moniliasis, dan sering terjadi pada masa
bayi. Seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian
makin jarang, kecuali bayi yang mendapatkan pengobatan
antibiotic atau imunosupresif (Nelson, 1994:638 dalam
Nursalam, 2008).
Pengkajian • Etiologi
• Tampak bercak keputihan pada Penyebab oral trush pada
mulut, terutama di lidah dan
pipi bagian dalam, yang sulit umumnya adalah candida
dibersihkan. albicans yang ditularkan
• Anak kadang-kadang menolak melalui vagina ibu yang
untuk minum terinfeksi selama persalinan
• Pola kebersihan cenderung (saat bayi baru lahir) atau
kurang. Orang tua jarang transmisi melalui botol susu
mencuci tangan bila merawat
atau meneteki bayinya. Selain dan puting susu yang tidak
itu, kebersihan botol atau puting bersih, atau cuci tangan yang
ketika menyusui juga kurang tidak benar.
diperhatikan.
Perencanaan
• Jaga kebersihan bayi dan peralatan yang digunakan
• Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
• Ibu yang terinfeksi candidia albicans harus diobati untuk
mencegah infekesi berulang
• Untuk perawatan mulut bayi, bersihkan lebih dulu dengan
jari yang dibungkus (kain bersih, kasa) yang telah dibasahi
dengan larutan garam
• Oleskan gentian violet 0.25% pada mulut dengan kapas lidi
atau memberikan mycostatin (oral mycostatin) 4 x sehari
atau tiap 6 jam sebanyak 1 cc selama 1 minggu atau hingga
gejala menghilang
Askep pada anak dengan muntah
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian
besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
secara paksa melalui mulut, disertai dengan
kontraksi lambung dan abdomen (Markum,
1991 dalam Nursalam 2008).
Ada beberapa gangguan yang dapat
diidenetifikasi akibat muntah:
• Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai
dengan sedikit darah. Hal ini memungkinkan terjadi karena iritasi lambung
akibat sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah ini
kadang menetap setelah pemberian makanan pertama kali. Pembilasan
lambung dengna garam fisiologis dapat menolong keadaan tersebut.
• Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak,
tidak secara proyektil, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya
terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
• Muntah yang terjadi secara proyektil (menyemprot) dan tidak berwarna
kehijauan merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
• Selain keadaan tersebut di atas, yang juga dapat menjadi salah satu tanda
adalah peningkatan tekanan intra kranial, alergi susu, infeksi saluran kemih,
atau gangguan lainnya.
• Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Hal ini mungkin terjadi
karena kesalahan pada teknik pemberian makan atau pada faktor psikososial
seperti gangguan pada hubungan ibu dan anak.
Pengkajian
• Anamnesis tentang waktu terjadiny muntah, sifat muntahan (proyektil
atau tidak), warna, dan bahan yang keluar
• Pola makan anak, maknaan yang dimakan, serta adanya alergi susu atau
makanan tertentu
• Riwayat penyakit dan kemungkinan penyakit yang meyertainya, seperti
obstruksi usus halus, stenosis pylorus, atau gangguan lainnya
• Bayi dengan tanda-tanda dehidrasi bila muntahnya hebat
• Hubungan anak dengan orang tua. Pda kondisi tertentu, faktor psikologis
bisa merupakan faktor pencetus muntah
• Pemeriksaan penunjang.
• Apabila muntah terjadi terus-menerus, maka diperlukan pemeriksaan
USG abdomen dan radiologis. Hal tersebut dimaksudkan untuk
memastikan letak gangguan atau kelainan.
Perencanaan

• Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindarai anak makan sambil
berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran cerna mempunyai kesempatan yang cukup untuk
mencerna makanan yang masuk.
• Ajarkan pola makan yang benar dan hindari makan yang merangsang serta menimbulkan alergi.
Pemberian makanan juga harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak, dengan
memerhatikan menu gizi seimbang, yaitu makanan yang bervariasi dan mengandung unsur
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Protein dari susu, telor, kacang-kacangan, dan
ikan laut kadang-kadang menyebabkan alergi. Untuk itu orang tua harus hati-hati dan bila perlu
diganti dengan bahan makanan yang lain.
• Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang mengabaikan
kehadiran anak menciptakan situasi yang menegangkan. Situasi tersebut merupakan situasi yang
tidak menyenangkan anak dan dapat berdampak pada fisik anak. Oleh karena itu, kasih sayang
yang mencukupi dan bimbingan yang bijaksana dari orang tua merupakan hal yang sangat
diperlukan.
• Lakukan kolaborasi. Apabila muntah disertai dengan gangguan fisiologis, seperti warna muntah
yang kehijauan, muntah secara proyektil, atau gangguan lainnya, segeralah bawa anak ke dokter
untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain itu, pemeriksaan penunjang juga sangat
diperlukan.
Askep Pada anak dengan gumoh
Pengertan : Pengkajian :
Regurgitasi adalah • Usia timbul gumoh
keluarnya kembali • Cara dan bahan
sebagian susu yang telah makanan yang keluar.
ditelan melalui mulut dan
tanpa paksaan, beberapa • Pola minum
saat setelah minum susu • Suasana saat minum.
Perencanaan
Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi
menempel pada sebagian areola dan dagu menempel payudara ibu.
• Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur
sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus
masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi.
• Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum jangan
langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan terlebih dahulu. Sendawa
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
• Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar di pundak
ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar suara
bersendawa.
• Menelungkupkan bayi dipangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung sampai
terdengar suara bersendawa.
Askep Pada Anak Dengan Ruam Popok
• Inflamasi akut pada kulit yang disebabkan secara
langsung atau tidak langsung oleh pemakaian popok (
Wong, 1993,1044)
• Merupakan dermatitis kontak iritan karena bahan kimia
yang terkandung dalam urine dan faeces ( Agus
Harianto,1998)
• Akibat akhir karena kontak yang terus menerus dengan
keadaan lingkungan yang tidak baik, sehingga
menyebabkan iritasi/dermatitis pada daerah perianal
(Depkes RI,1994)
Pengkajian
• Umur
• Pola kebersihan cenderung kurang, terutama pada daerah perianal,
bokong dan perut bagian bawah.
• Bayi sering menggunakan popok plastik yang kedap air dan
disposable yang terbuat dari bahan sintetis, dalam waktu lama.
• Perlu dikaji bagaimana cara ibu mencuci pakaian dan popok.
• Pada pemereriksaan daerah bokong terdapat bintik-bintik kemerahan
yang kadang-kadang berisi nanah. Demikian juga pada daerah bagian
perut.
• Anamnesa faktor alergi.
Diagnosis/ Masalah

•Ruam pada pantat


•Pola kebersihan kurang
•Kemungkinan alergi terhadap
detergen
Perencanaan/Intervensi
• Hindari penggunaan sabun berlebihan untuk membersihkan daerah pantat
atau bokong. Sabun yang berlebihan dan keras sifatnya dapat menyebabkan
iritasi.
• Sebaiknya gunakan kapas dengan air hangat atau kapas dengan minyak
untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK
• Bila terdapat bintik kemerahan, berikan krem atau salep, dan biarkan
terbuka untuk beberapa saat.
• Jaga agar kulit tetap kering dengan cara:
• Apabila menggunakan popol kain, perhatikan agar sirkulasi udara tetap
terjaga.
• Apabila menggunakan popok disposable, pilihlah yang menggunakan bahan
super absorbent yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mengandung gel
penyerap. Gel ini menyerap air secara kuat sehingga kulit tetap kering dan
dapat mengontrol PH urine/feses (Wong dan Athers, 1992).
• Hindari penggunaan popol atau celana yang terbuat dari kqret atau plastik.
• Penggunaan bedak atau talk dapat menjaga kulit tetap kering, tetapi
sangat berbahaya jika masuk kedalam saluran pernafasan dan dapat
menyebabkan iritasi kulit perianal bila tercampur dengan urine atau feses.
Apabila ingin menggunakan bedak, gunakan bedak yang terbuat dari
serbuk jagung (corn starch), karena relatif lebih aman. Tuangkan pada
kasa/tangan/saput, lalu taburkan pada bagian luar saja (Wong, 1992:1042).
• Berikan posisi yang selang-seling, terutama pada daerah pantat agar pantat
tidak tertekan dan memberikan kesempatan pada bagian tersebut untuk
kontak dengan udara.
• Pakaian atau celana popok yang kotor, sebelum dicuci sebaiknya direndam
dalam air yang dicampur acidum dan boricum, kemudian dibilas lalu
keringkan. Hindari penggunaan detergen atau pengharum pakaian.
• Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum.
Askep Pada anak dengan Ikterus
Icterus fisiologis adalah warna kekuningan
pada kulit yang timbul pada hari ke 2-3
setelah lahir, yang tidak mempunyai dasar
patologis dan akan menghilang dengan
sendirinya pada hari ke-10. Icterus fisiologis
ini harus di bedakan dengan icterus patologis
yang jelas merupakan gangguan pada bayi.
Pengkajian
• Usia anak 2-3 hari. Kadang kadang timbul pada hari
ke 4-5. Apabila sebelum usia 2 hari timbul
kekuningan, perlu di curigai terjadinya icterus
pathologis.
• Tampak warna kekuningan pada tubuh bayi.
• Minum belum mencukupi, terutama pada bayi
prematur yang refleks hisapnya masih lemas.
• Riwayat kesehatan.
• Pemeriksan kadar bilirubin.
Masalah
• Bayi tampak kuning.
• Nutrisi belum Pencernaan/intervensi
mencukupi. • Bayi dengan icterus fsilogis
sebenarnya tidak memerlukan
penanganan khusus, karena icterus
tersebut akan menghilang dengan
sendirinya pada hari ke 10.
• Pemberian minum secara mencukupi
sangan di perlukan pada bayi karena
dapat membantu hal untuk
mengekskresi bilirubin. Oleh karena
itu, hindari puasa panjang pada bayi
baru lahir.
Bercak Mongol
Bercak mongol adalah bercak berwarna biru
yang biasanya terlihat di bagian sacral.
Walaupun kadang terlihat di bagian tubuh yang
lain. Bercak mongol biasanya terjadi pada anak-
anak yang dilahirkan oleh orang tua Asia dan
Afrika, terkadang juga terjadi pada anak-anak
dengan orang tua Mediterania.
Etiologi

Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir,


warna khas bercak mongol ditimbulkan oleh
adanya melanosit yang mengandung melanin
pada dermis yang terhambat selama proses
migrasi dari krista neuralis ke epidermis. Lesi-
lesi yang tersebar luas, terutama pada tempat-
tempat yang tidak biasa cenderung tidak
menghilang.
Tanda dan Gejala
Biasanya bercak mongol ini terlihat sebagai:
• Luka seperti pewarnaan
• Daerah pigmentasi dengan tekstur kulit yang normal
• Area datar dengan bentuk yang tidak teratur
• Bercak yang biasanya akan menghilang dalam hitungan bulan
atau tahun
• Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan
Penatalaksaaan
Bercak mongol biasanya menghilang di tahun pertama,
atau pada 1-4 tahun pertama sehingga tidak memerlukan
penanganan khusus. Namun, bercak mongol multiple
yang tersebar luas, terutama pada tempat-tempat biasa,
cenderung tidak akan hilang dan dapat menetap sampai
dewasa.
Sumber lain mengatakan bahwa bercak mongol ini mulai
pudar pda usia dua tahun pertama dan menghilang antara
usia 7-13 tahun.
Biang Keringat
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat,
ditandai dengan adanya vesikel milier. Istilah lain untuk
keadaan ini bermacam-macam, seperti liken tropikus,
keringat buntet, biang keringat dan juga prickle heat.
Miliaria juga didefinisikan sebagai kelainan pada kelenjar
keringat ekrin yang muncul pada keadaan meningkatnya
panas dan kelembaban.
Berdasarkan lokasi tersumbatnya, biang keringat
dibagi dalam bebera tipe, yaitu:
a. Miliaria Kristalina
b. Miliaria Rubra
c. Miliaria Profunda
Etiologi

• Penyebab biang keringat atau miliaris yaitu:


• Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas
atau lembab.
• Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat
menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat.
• Bayi mengalami panas atau demam.
• Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan
keringat.
• Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di
absorbsi oleh stratum korneum
Manifestasi Klinis

Miliaria Crystalline
• Lesi yang jelas, vesikula dangkal yang berdiameter 1-2 mm.
• Lesi yang terjadi sering bertemu (confluent), tanpa eritema sekitarnya.
• Pada bayi, lesi cenderung terjadi pada kepala, leher, dan bagian atas tubuh.
• Lesi pecah dengan mudah dan sembuh dengan desquamation dangkal.
Miliaria Rubra
• Lesi seragam, kecil, vesikula eritem dan veskular papula pada latar
belakang atau dasar eritema.
• Lesi terjadi dalam distribusi nonfollicular dan tidak menjadi kon\fluen.
• Pada bayi, lesi terjadi pada leher dan di pangkal paha dan ketiak
Miliaria Profunda
• Lesi tegas, berwarna daging, papula nonfollicular yang
berdiameter 1-3 mm.
• Lesi terjadi terutama pada tubuh, tetapi mereka juga dapat
muncul pada ekstremitas.
• Lesi sementara waktu ada setelah melakukan aktifitas atau
rangsangan lain yang mengakibatkan berkeringat.
• Kulit yang terkena menunjukkan penurunan produksi atau tidak
ada keringat.
• Pada kasus yang parah yang menyebabkan kelelahan panas,
hyperpyrexia dan takikardia dapat diamati.
Penatalaksanaan
Terbagi menjadi medika mentosa dan non medika
mentosa. Untuk pencegahan ataupun mengurangi
gejala (khususnya pada miliaria kristalina yang jarang
membutuhkan pengobatan) yaitu dapat dengan
mengusahakan ventilasi yang baik antara lain dengan
pengguanaan bahan pakaian tipis dan menyerap
keringat, menghindari panas berlebih
Askep pada anak dengan SIDS (Sudden Infant
Death Syndrome)
SIDS didefinisikan sebagai kematian mendadak pada bayi yang
berusia kurang dari 1 tahun yang tetap tidak dapat dijelaskan
setelah dilakukan penyelidikan kasus secara menyeluruh,
termasuk pemeriksaan otopsi lengkap, pemeriksaan
menyeluruh terhadap kejadian kematian, dan peninjauan
riwayat klinis bayi dan keluarga.
Etilologi

SIDS bukan penyebab kematian bayi mendadak. Setiap


tahun di Amerika Serikat, ribuan bayi meninggal
mendadak tanpa sebab yang jelas. Kematian ini
tergolong SUID. SUID adalah kematian bayi yang
berusia kurang dari 1 tahun yang terjadi secara tiba-
tiba dan tak terduga.
Faktor resiko terjadinya SIDS:
• Tidur tengkurap (pada bayi kurang dari 4 bulan)
• Berbagi tempat tidur dengan orang dewasa.
• Bayi premature
• Pemakaian pakaian yang tebal
• Pemakaian selimut yang tebal
• Musim dingin
• Ibu atau orang dewasa perokok
• Ibunya pecandu alcohol
Pemeriksaan Diagnostik
SIDS didiagnosis jika seorang bayi yang tampaknya
sehat tiba-tiba meninggal dan hasil otopsi tidak
menunjukkan adanya penyebab kematian yang jelas.
Semakin banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS
mempunyai cacat fisiologik sebelum lahir.
Penatalaksanaan
• Atur posisi bayi terlentang, hindari posisi telungkup.
• Berikan bayi dot untuk mengurangi resiko sids
• Berikan pakaian bayi yang tidak panas.
• Berikan selimut yang tidak terlalu tebal
• Tempatkan bayi dalam satu kamar dengan kasur yang berbeda
• Hindarkan bayi dari asap rokok
• Bayi premature lebih di pantau TTV dan tidur kan dengan posisi terlentang
• Berikan bayi ASI eksklusif sampai dengan usia 6 bulan.
• Hindari barang atau selimut yang dapat jatuh pada buaian tempat tidur si bayi
• Hindarkan bayi dari orang dewasa yang mengkonsumsi alcohol
Asuhan Keperawatan
Bercak Mongol
Pengkajian
1. Data Umum
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Kehamiaan
4. Riwayat Persalinan Sekarang
5. Pemeriksaan Fisik
Diagnosa
Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang kondisi
penyakit.
Intervensi
Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang kondisi penyakit
Tujuan
Dalam waktu 1 x 24 jam pasien dapat memahami tentang
kondisi penyakit yang diderita
Kriteria evaluasi:
1. Pasien tidak cemas lagi tentang kondisi anaknya
2. Paham tentang penyakit yang diderita
Intervensi Rasional
Kaji keadaan umum dan TTV bayi Sebagai data dasar untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

Kaji dan catat area tanda-tanda Untuk mendapatkan data dasar untuk
khas bercak kebiruan pada mengetahui seberpa banyak dan luas
seluruh badan bercak kebiruan yang dialami bayi.

Berikan penjelasan tentang Pemberian informasi dapat mengurangi


bercak mongol kepada kelurga kecemasan keluarga
Implementasi

• Mengkaji keadaan umum dan TTV bayi


• Mengkaji dan catat area tanda-tanda kebiruan pada bayi
• Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang penyakit
bercak mongol.
Evaluasi
• Pasien tidak cemas lagi tentang kondisi anaknya
• Paham tentang penyakit yang diderita

Você também pode gostar