Você está na página 1de 59

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DIARE
Diare adalah keadaan frekuensi
buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur
lendir dan darah/lendir saja
(Ngastiyah, 2005: 223).
• Diare Akut atau Gastroenteritis adalah inflamasi
lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus dan patogen parasitik
( Wong, 2003 )
lanjutan
• Gastroenteritis atau diare adalah
peningkatan volume, keenceran atau
frekuensi buang air besar dengan
kandungan air bisa mencapai lebih
dari 90%. Berak encer biasanya 4 kali
atau lebih dalam sehari, kadang
disertai muntah, badan lemah lesu,
panas, tidak nafsu makan serta ada
darah dan lendir dalam kotoran
Menurut Ngastiyah (2005),

Faktor
Faktor infeksi
malabsorbsi

Faktor Faktor
makanan Psikologis
Faktor Penyebab
1. Faktor infeksi
• Penyebab diare dari faktor infeksi
meliputi :
– Infeksi enteral; infeksi saluran
pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama pada
anak. Meliputi hal sebagai berikut :
Lanjutan
• Infeksi Virus: Entero virus (Virus ECHO,
Coxsakie, Poliomielitis), adenovirus,
rotavirus, astro virus.

• Infeksi Bacteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella,


Shigella, Compilobacter, Tersinia,
Aeromonas dan Yersinia enterocolitika.
Lanjutan
• Infeksi Parasit : Cacing ( ascaris, trichuris,
oxyuris, Strongiloides); protozoa (
Entamuba histolitika, Giardia lambia,
Trichomonas hominis, Criptosporidium ).

• Jamur (Candida albican, Candidaenteritis).


Lanjutan
• Infeksi perentral ialah infeksi diluar alat
pencernaan makanan seperti : otitis
media acut (OMA),
tonsilitis/tonsilofaringitis,
bronchopneumoni, ensefalitis, campak,
infeksi tenggorokan, penyakit usus seperti
colitis ulserative, crohn disease,
enterocolitis. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun.
Lanjutan
2. Faktor Malabsorbsi
– Malabsorbsi karbohidrat : disakarida
(intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa); Monosakarida (intoleransi
glukosa, fruktosa dan galaktosa).
– Malabsorbsi karena penyakit celiac,
cystic fibrosis pada pankreas
– Malabsorbsi lemak
– Malabsorbsi protein
Lanjutan
3. Faktormakanan : makanan basi , beracun,
alergi terhadap makanan
( susu, protein ). Atau alergi terhadap
obat tertentu dan iritasi langsung pada
saluran pencernaan oleh makanan.

4. Faktor Psikologis: rasa takut,


mengalami stres atau emosional dan
mengalami kecemasan.
Gejala Klinis

 Defekasi cair 2 – 10 kali


per hari
 Demam lebih dari 38
derajat celsius
 Anoreksia
 Iritabilitas
 Membran mukosa kering
 Nadi cepat
 Kulit hangat dan haluaran
urin normal
Pada kondisi lanjut gejala klinis :
• Diare hijau encer setiap beberapa menit
• Bising usus berlebihan
• Demam lebih dari 39 derajat celcius
• Takipnea
• Nadi cepat dan lemah
• Kulit dingin
• Malas dan letargi
• Fontanela depresi
• Mata cekung
• Turgor kulit buruk
• Haluaran urin berkurang
• Berat jenis urin pekat
Terjadi gangguan
osmotik

Terjadi gangguan
sekresi

Terjadi gangguan
motilitas usus
Patofisiologi
1. Terjadi gangguan osmotik

Akibat adanya makanan atau zat yang tidak


dapat diabsorbsi akan menyebabakan
tekanan osmotik meningkat, sehinggga air dan
elektrolit akan terdorong ke dalam rongga usus
. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Lanjutan
2. Terjadi gangguan sekresi

Akibat adanya rangsangan tertentu (misal


Toxin) pada dinding usus yang akan
menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi
air dan elektrolit oleh mukosa usus ke dalam
rongga usus , selanjutnya timbul diare.
Lanjutan
3. Terjadi gangguan motilitas usus atau diare yang
disebabkan oleh peningkatan kerja peristaltik
usus (biasanya karena penyakit usus inflamasi),
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan atau terjadi
penurunan absorbsi usus sehingga timbul diare.
Sebaliknya dapat pula terjadi penurunan
peristaltik usus yang mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan dan selanjutnya timbul diare
KLASIFIKASI Diare dengan
MENURUT dehidrasi ringan
KEHILANGAN
CAIRAN

Diare dengan
dehidrasi ringan

Diare dengan
dehidrasi ringan
KLASIFIKASI
( who )
DIARE AKUT

DIARE KRONIK DESENTRI

PERSISTEN
Klasifikasi
1. Dehidrasi ringan
– Keadaan umum: baik, sadar
– Berat badan: turun 3 - 5 %
– Mata: normal
– Air mata: ada
– Mulut dan lidah: basah
– Rasa haus: pasien minum biasa, tidak
haus
– Turgor kulit: kembali cepat
Lanjutan
2. Dehidrasi sedang
– Keadaan umum: gelisah, rewel
– Berat badan: turun 6 – 9 %
– Mata: cekung
– Air mata: ada
– Mulut dan lidah: kering
– Rasa haus: pasien ingin minum banyak
– Turgor kulit: kembali lambat
Lanjutan
3. Dehidrasiberat
- Keadaan umum: lesu, lunglai atau tidak
sadar
– Berat badan: turun lebih dari 10 %
– Mata: sangat cekung
– Air mata: tidak ada
– Mulut dan lidah: sangat kering
– Rasa haus: pasien malas minum atau
tidak bisa minum
– Turgor kulit: kembali sangat lambat
Tubuh Kehilangan cairan
• PWL : Previus Water Losses (ml/kgBB) (Cairan
yang hilang karena muntah)
• NWL : Normal Water Losses (ml/KgBB) (karena
urin , penguapan kulit, pernafasan )
• CWL : Concomitant Water Losses (ml/KgBB)
(karena diare dan muntah – muntah terus)
KLASIFIKASI
• . Menurut WHO diare dapat diklasifikasikan
kepada:
– Diare akut adalah diare yang terjadi
sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari
14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak
atau cair yang dapat atau tanpa disertai
lendir dan darah
– Disentri, yaitu diare yang disertai dengan
darah.
– Diare persisten, adalah diare yang
berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan
antara diare akut dan kronik.
– Kronik jika berlangsung lebih dari 4
minggu. Berbeda dengan diare akut,
penyebab diare yang kronik lazim
disebabkan oleh penyebab non infeksi
seperti allergi dan lain-lain.
Makroskopi Mikroskopi
s s

Pemeriksaan
Tinja

Duodeual PH dan kadar


Intubation gula
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Pemeriksaan
darah lengkap asam basa
Pemeriksaan
kadar urin &
kreatinin
Pemeriksaan penunjang
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Pemeriksaan Tinja
– Makroskopis

• Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
– Mikroskopis

• Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja (


normal : 55-95 mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ),
HCO3, dalam tinja ( normal : 14-31 mEq/l ).
– PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label
klining test bisa diduga terjadi intoleransi gula.
– PH normal kurang dari 6
– Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.
– Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam
basa dalam darah, Dalam pemeriksaan gas
darah nilai jika terjadi alkaliosis
metabolic/asidosis respiratorik maka nilai CO2
lebih tinggi dari nilai O2, sedangkan jiaka terjadi
asidosis metabolik alkalosis respiratori maka
nilai CO2 lebih rendah dari O2.
– Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk
mengetahui fool ginjal
– Urium normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi
peningkatan menunjukan adanya dehidrasi
– Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi
peningkatan menunjukan adanya penurunan
fungsi ginjal.
– Pemeriksaan darah lengkap

• Darah lengkap meliputi elektroda serum,


kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi.Nilai
normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl,
hematokrit 40-48 Hemoglobin dan hematokrit
biasanya mengalami penurunan diare akut.
– Duodeual Intubation

• Gunanya untuk mengetahui kuman secara


kuantitatif terutama pada diare
kronik.Penyebab yang ditemukan tidak ada yang
berupa mikroba tunggal baik itu Shigela,
Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.

• Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa


+++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3 kuman
bakteri yang menjadi penyebab diare.
PENULA
RAN
 Menggunakan sumber air yang
tercemar
 BAB sembarang tempat
 Pencemaran makanan oleh
serangga atau oleh tangan kotor
 Fecal oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar
 Melalui makanan yang
terkontaminasi oleh penyaji
makanan yang mengidap viral
gastroenteritis
 Mengkonsumsi ikan mentah/tidak
dimasak yang diambil dari air
yang terkontaminasi.
 Kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi virus
PENCEGA
HAN
Mencuci tangan
sebelum makan untuk
mengurangi infeksi
Mendesinfeksi
permukaan peralatan
rumah tangga.
Mencuci pakaian kotor
dengan segera sampai
bersih
Hindari makanan dan
air yang terkontaminasi.
KOMPLIKASI
Hipernatremia
Hiponatremia
Demam
Asidosis Metabolic
Hipokalemia
Ileus paratukus
Intoleransi laktosa
Kejang
Malnutrisi energi
protein
Cardiac
dysrhythmias
Muntah
• Hipernatremia
Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah
dengan intake cairan atau makanan kurang /
cairan yang diminum terlalu banyak
mengandung Na, pada bayi juga dapat terjadi
jika setelah diare sembuh diberi oralit dalam
jumlah berlebihan.
• Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit
cairan / tidak mengandung Na. Penderita gizi
buruk mempunyai kecenderungan mengalami
hiponatremia
• Demam
Pada demam umumnya akan timbul jika
penyebab diare mengadakan infasi kedalam
epitel usus. Demam juga dapat juga terjadi
karena dehidrasi. Demam yang terjadi akibat
dehidrasi umumnya tidak tinggidan akan turun
setelah mengalami hidrasi yang cukup.
• Asidosis Metabolic
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya
basa cairan ekstra seluler. Sebagai kompensasi
terjadi asidosis respirasi , yang ditandai dengan
pernafasan cepat dan dalam.
• Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)
Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak
cukup, maka akan terjadi kekurangan K yang
ditandai dengan kelemahan pada tungkai,
ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia jantung
• Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili
mukosa usus dan defisiensi enzim lactase
• Ileus paratukus
Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada
anak kecil sebagai akibat penggunaan obat
anti motilitas.
• Intoleransi laktosa
pemberian susu formula pada penderita diare
dapat menimbulkan volume tinja bertambah,
BB tidak bertambah, tanda dan gejala
dehidarasi memburuk dan tinja terdapat
reduksi dalam jumlah cukup banyak.
• Kejang, terjadi karena :
– Hipoglikemia, kalau anak dipuasakan terlalu lama
– Kejang demam
– Hipernatremia dan hiponatremia
– Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya
dengan diare seperti meningitis, ensefalitis/epilepsi.
• Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan
diare, jika lama atau kronik)
• Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan
hipokalemi.
• Mutah
Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare
adalah:
1. Pemberian cairan
a. Belum ada
dehidrasi
b. Dehidrasi ringan
c. Dehidrasi
sedang
d. Dehidrasi berat
REHIDRASI
– Pemberian cairan
– Belum ada dehidrasi
• Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum)
atau 1 gelas tiap defekasi
– Dehidrasi ringan
– 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral
(intragastrik)
– selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral
(intragastrik)
– Dehidrasi sedang
• 1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik
(sonde)
• selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.
– Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.
1 jam pertama
• 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran
1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml =
20 tetes).
7 jam berikut:
• 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes)
atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
16 jam berikut:
• 125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set
infus 1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml
= 20 tetes).

Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan
10-15 kg.

1 jam pertama:

• 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15


tetes) atau 10 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

7 jam berikutnya:

• 10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15


tetes) atau 4 tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).

16 jam berikutnya:

• 125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak


tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa
intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg
• 1 jam pertama
• 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) atau 7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut:
• 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml =
15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam:
• 105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau
minum dapat diberikan DG aa intravena 1
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1 ½
tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)
Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g
• Kebutuhan cairan:
• 125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.
• Jenis cairan:
• Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
Kecepatan:
• 4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1
ml = 15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• 20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 2 ½
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan
kurang dari 2 kg .
Kebutuhan cairan:
• 25 ml/kgBB/24 jam
Jenis cairan:
• Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1
½%)
– CARA PEMBUATAN ORALIT
• Bahan dan Peralatan
– Satu gelas belimbing air matang
hangat 200 cc
– Satu sendok makan gula pasir
– Satu jimpit atau sepucuk sendok teh
garam dapur
Cara membuat
• Masukan gula dan garam ke dalam
gelasd yang telah berisi air matang
hangat, aduk hingga rata kemudian
minumkan kkepada penderita
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak (1 tahun dan > 1
tahun dengan BAB<7 kg, jenis
makanannya:
• Susu (ASI dan atau formula
yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tidak
jenuh).
• Makanan ½ padat (bubur),
makanan padat (nasi tim).
• Susu khusus sesuai dengan
kelainannya misalnya tidak
mengandung laktosa/asam
lemak berantai sedang atau
jenuh.
Pengobatan
3. Obat-obatan
• Obat anti – sekresi
• Obat spasmolitik
• Antibiotik,
diberikan jika jelas
penyebabnya misal
oleh bakteri
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

• DATA SUBYEKTIF
• DATA OBYEKTIF
Pengkajian
1. Pada pasien diare ditemukan frekuensi buang
air besar (BAB) lebih dari 3 kali dalam sehari.
2. Volume feses kurang lebih jumlahnya 250 mg
dalam sehari.
3. Bau feses didapatkan bau amis/busuk.
4. Pada pasien diare dapat ditemukan panas,
muntah, dan kejang.
5. Berat badan sebelum, selama, dan sesudah
sakit. Berat badan selama menderita diare
cenderung menurun. Untuk mengetahui
berat badan dapat dilakukan dengan
pemeriksaan antropometri (tinggi badan,
berat badan, lingkar kepala).
lanjutaUntuk pengkajian keadaan umum
didapatkan hasil :

• 1). Kesadaran/keadaan umum menurun.


• 2). Rasa haus meningkat.
– Pada pengkajian sirkulasi pasien diare, didapatkan
hasil :

• 1). Nadi cepat.


• 2). Turgor kulit buruk.
• 3). Mukosa kering.
• 4). Bibir pecah-pecah.
• Pada pemeriksaan respirasi ditemukan
adanya peningkatan respiratory rate.

– Pada pengkajian pasien diare


ditemukan adanya tanda-tanda
dehidrasi, diantaranya adalah :
• 1). Ubun-ubun cekung
• 2). Mata lebih cekung.
• 3). Turgor dan tonus kurang baik.
• 4). Diuresis lebih sedikit.
• 5). Selaput lendir lebih kering.
PEMERIKSAAN FISIK

* Pada pemeriksaan fisik pasien diare akut


dehidrasi sedang didapatkan hasil :
• 1). Pada inspeksi didapatkan hasil : ubun-
ubun agak cekung, mata agak cekung,
mukosa bibir agak kering, turgor kulit menurun,
pasien gelisah, pernapasan meningkat,
adanya lendir atau darah pada feses.
• 2). Pada palpasi ditemukan adanya massa
pada abdomen, nadi meningkat dan kecil.
• 3). Pada perkusi ditemukan perut kembung.
• 4). Pada auskultasi ditemukan adanya
peningkatan bising usus, tekanan darah
menurun.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Kurang volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi.
c) Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
d) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering
de fekasi.
e) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
f) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi
III. INTERVENSI
a) Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit pada tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan diharapkan kebutuhan cairan
dan elektrolit terpenuhi.
NOC : Fluid balance
KH :
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit
baik. Membran mukosa lembap, tidak ada rasa haus
yang berlebihan.
NIC : Fluid manajement
• Timbang pokok/pembalut jika diperlukan
• Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
• Monitor status hidrasi (kelemahan membran mukosa, nadi
adekuat)
• Monitor vital sign
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan absorbsi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses keperawatan diharapkan nutrisi pasien terpenuhi
NOC : Nutritional status food and fluid intake
KH :
• Adanya peningkatan BB sesuai tujuan (BB dan TB ideal)
• BB ideal sesuai dengan tinggi badan
• Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi (pasien mengerti
jadwal makanan dan jenis makanan)
NIC : Nutrition management
Intervensi : - Kolaborasi dengan gahli gizi untuk menentukan
nurisi yang dibutuhkan pasien.
- Berikan makanan yang terpilih udah
dikonsultasikan dengan ahli gizi.
NIC : Nutrition monitoring
Intervensi : - BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan BB pasien.
3.Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa
nyeri berkurang
NOC : Control nyeri
KH :
• Mengenal faktor penyebab (makanan dan frekuensi BAB)
• Menggunakan metode pencegahan non analget (ditraksi,
relaksasi)
• Mengenali gejala-gejala nyeri (mules, cengeng, gelisah, eksprewi
wajah merintih, memegangi perut)
NIC : Pain management
Intervensi :
• Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik
dan durasi frekuensi, kualitas/ beratnya nyeri.
• Observasi, isyarat-isyarat non verbal dari ketidak-nyamanan,
khususnya dalam ketidakmampuan, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
• Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat
mengekspresikan nyeri.
• Evaluasi tentang keefektifan dan tindakan mengontrol nyeri yang
telah digunakan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan integritas kulit kembali normal.
NOC : Tissue integrty: skind and mucous membranes.
KH :
Integritas kulit yang baik, bisa dipertahankan/kulit elastis, tidak.
Tidak ada luka (lesi pada kulit pada kemerahan, kulit tidak kering).
NIC : Pressure management
Intervensi :
• Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang normal
• Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
• Monitor kulit akan adanya kemerahan
• Oleskan lotion/minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
• Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindak akun keperawatan selama
proses keperawatan diharapkan suhu tubuh dalam rentang
normal (36,5o C)
NOC : Thermoregulation
KH :
Suhu tumbuh dalam rentang normal (36,5o C)
Nadi dan RR dalam rentan normal (nadi: 80-100 x/mnt, R: 15 –
20 x/mnt).
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
NIC : Fever treatment
Intervensi :
• Monitor suhu sesering mungkin
• Monitor IWL
• Beri cairan intravena (infus RL 20 tetes/mm)
• Beri anti piretik
• Beri kompres pada lipat paha dan aksila

Você também pode gostar