Você está na página 1de 8

OSTEOMYELITIS

Oleh:

Dewi Purnama Sari, S.Kep., Ns., M.Kep.


KONSEP OSTEOMYELITIS
• Suatu infeksi tulang yang mengakibatkan inflamasi,
nekrosis, dan bentukan tulang baru
Klasifikasi:
a. Hematogenous osteomyelitis, b.d infeksi dan penularan
melalui darah (bloodborne)
b. Contiguous-focus-osteomyelitis, b.d kontaminasi post
operasi (bone surgery), open fracture, luka trauma (luka
tembakan)
c. Osteomyelitis with vascular insufficiency, menyerang
bagian kaki, banyak ditemukan pada penderita DM dan
kelainan vaskuler perifer (peripheral vascular disease)
PATOFISIOLOGI
• Lebih dari 50% disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus
• Respon awal infeksi adalah inflamasi, peningkatan
vaskularisasi dan edema
• Setelah 2-3 hari, terjadi trombosis lokal mengakibatkan
iskemia dan nekrosis tulang
• Infeksi menyebar ke cavitas medula dan dibawah
periosteum dan dapat masuk ke dalam tendon dan
ligamen
• Jika terapi tidak adekuat, terbentuk abses
• Abses menyebabkan kavitas terisi jaringan tulang yang
mati (the sequestrum), yang sulit dikeluarkan, sehingga
kavitas tidak dapat kolaps (mengempis)
Manifestasi klinis
• Tanda klinis dan laboratorium mirip tanda sepsis yaitu
(menggigil, demam tinggi, takikardi, malaise)
• Area lokal terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat
kaku
• Pada saat bergerak, pasien menyatakan nyeri terus-
menerus (konstan)
Pencegahan Osteomyelitis
• Pre Op: Sebelum operasi orthopaedi (tulang) elektif,
dapat ditunda jika pasien memiliki tanda dan gejala
infeksi.
• Durante op: Selama pembedahan tulang, pentingnya
perhatian dan ketelitian dalam menjamin teknik operasi
dan lingkungan yang steril untuk menurunkan
kontaminasi langsung pada tulang
• Post Op: Setelah pembedahan, pemberian terapi
antibiotik profilaksis dan perawatan luka aseptik
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Tanyakan keluhan pasien merujuk pada tanda-tanda
infeksi
2. Tentukan skala nyeri
3. Kaji kebutuhan perawatan luka dan irigasi pada luka
4. Kaji status psikososial (usia tua, kurang nutrisi,
kegemukan)
5. Pemeriksaan penunjang (X Ray, MRI, CT scan, lab: DL
(leukosit normal, penurunan Hb)
Perencanaan dan Intervensi
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi dan Rasional
Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi Tanda-tanda infeksi tidak 1. Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, RR, akral)
terjadi; berkurang 2. Rawat luka aseptic; jika perlu debridement dan irigasi luka
yang nekrotik dan purulent pada area luka yang terbuka
dengan cairan Natrium Clorida 0,9%
3. Berikan posisi imobilisasi untuk menurunkan resiko patologi
pada tulang yang rentan
4. Kolaborasi pemantauan dan pemberian obat antibiotic
(berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan kultur darah)

2. Intoleransi aktifitas Klien dapat memenuhi 1. Kaji tingkat ketergantungan (ringan, sedang, berat)
kebutuhan sehari-hari 2. Bantu penenuhan aktifitas sehari dalam menunjang
dengan menurunkan kebutuhan imobilisasi
tingkat ketergantungan 3. Bantu pemenuhan nutrisi tinggi kalori tinggi protein
4. Berikan dukungan mental selama proses perawatan

3. Kurang Klien dan keluarga mampu 1. Anjurkan pasien mengenali dan merencanakan pemenuhan
pengetahuan mendukung proses nutrisi tinggi kalori dan protein selama pemulihan post
tentang perawatan penyembuhan operasi
dan pengobatan 2. Anjurkan pasien mempertahankan BB ideal
(IMT=BB/TB(m)2)
3. Ajarkan klien merawat dan mempertahankan luka dan
lingkungan dalam keadaan aseptic
4. Edukasi pada keluarga dengan kolaborasi dengan tim medis
untuk pemantauan hasil pemeriksaan penunjang.
EVALUASI
• Klien mengatakan dapat menurunkan tingkat
ketergantungan akitifitas
• Klien memiliki penurunan tanda-tanda infeks
1. Tidak menggigil, suhu <37 derajat celcius, area luka
tidak tampak merah, bengkak, nyeri berkurang
2. Hasil pemeriksaan darah: tidak ada peningkatan leukosit
(<6500), Hb dalam batas normal (11-12gr/dl), foto
rontgen tidak menunjukkan peningkatan edema soft
tissue
• Klien dan keluarga mematuhi anjuran tim medis dan
perawat

Você também pode gostar