Você está na página 1de 75

Presentasi Kasus

Manajemen Bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah


dengan Resiko Sepsis Neonatorum

Ranti Adriani
Pendahuluan

Prematuritas  penyebab kematian ke2 pada balita setelah


pneumonia dan merupakan penyebab utama kematian
neonatal.

berisiko  sehubungan dengan berat badan lahir


yang rendah, imaturitas organ, gangguan
pernafasan, instabilitas suhu, kesulitan peningkatan
berat badan, hipoglikemi dan hiperbilirubin.

HMD  sindrom gawat nafas yang disebabkan


karena pematangan paru yang belum sempurna
akibat kekurangan surfaktan  gagal nafas

2
Pendahuluan

Ayah Ibu
• Usia 28 tahun • Usia 28 tahun
• SLTA • Pendidikan SLTA
• Perkawinan pertama • Perkawinan pertama
• Pedagang, penghasilan Rp • Ibu rumah tangga
4.000.000,-
Kasus

Seorang bayi perempuan, By SW, lahir di IGD RSAM dan dirawat di


bagian Perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar dari tanggal 3 Mei 2017
sampai saat ini

Keluhan Utama

Merintih sejak lahir


Riwayat Penyakit Sekarang

 Bayi berat badan lahir sangat rendah 1000 gram,kurang bulan,


lahir spontan dengan Apgar score menit I 6, dan menit ke-V 7.
 Bayi merintih sejak lahir, disertai sesak nafas dan kebiruan.
Kebiruan berkurang setelah diberikan oksigen
 Demam, kejang, dan muntah tidak ada.
 Bayi belum diberi minum.
 Buang air kecil dan mekonium sudah keluar pada 24 jam
pertama.
 Ibu baik, dengan riwayat ketuban pecah dini selama ± 12 jam
dengan ketuban hijau kental.
 Riwayat ibu demam, keputihan dan nyeri berkemih menjelang
persalinan tidak ada.
 Bayi sudah diberikan vitamin K 1 mg IM segera setelah lahir.
Riwayat Kehamilan Ibu
Anak pertama, riwayat ibu abortus (-). Selama hamil ibu memeriksakan kehamilannya
ke bidan, kontrol teratur. Hari pertama haid terakir (HPHT) lupa. Pemeriksaan
terakhir waktu hamil, berat badan ibu 60 kg, tinggi badan ibu 156 cm, tekanan darah
110/70 mmHg, leukosit ibu 32.400/mm3. Riwayat makanan saat hamil kuantitas dan
kualitas cukup. Riwayat konsumsi obat-obatan tidak ada.

Riwayat Keluarga & sosial ekonomi


Pemeriksaan umum

Keadaan umum Sakit Berat

Kesadaran Sadar

Nadi 158 x/menit

Suhu 35,0 0C

Pernafasan 62 x/mnt, SO2 : 88 %

Sianosis ada

Ikterik Tidak ada


Pemeriksaan Fisik
Kepala bulat., simetris, lingkar kepala 27 cm (persentil 50 – 90 %
grafik Fenton)

Mata Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

Hidung Nafas cuping hidung ada

Pulmo I : simetris, retraksi epigastrium dan interkostal


Au : bronkhovesikuler

Cor Irama teratur, bising tidak ada


Perut supel, hepar teraba ¼-¼, lien tidak teraba, tali pusat segar

Extremita Refleks moro tidak ada, refleks rooting tidak ada, refleks isap
s tidak ada, refleks pegang tidak ada.
Skor Downes

Frek nafas 62 kali/menit (1)

Retraksi ringan (1)

Sianosis hilang dengan O2 (1)

Air Entry penurunan ringan udara masuk (1)

Merintih dapat didengar dengan alat bantu (1)

Skor total 5
Kesan Sesak nafas sedang

GDR : 190 mg/dl dbn


Pemeriksaan Laboratorium

Darah
Hb 17 g/dl
Leukosit 43.070/mm3
Trombosit 188.000/mm3
Hitung Jenis leukosit 0/11/2/67/14/6 IT rasio 0,05
Eritrosit berinti 14/100 leukosit
Koreksi nilai leukosit 37.780 sel/ml
Daftar Masalah

1. Distres nafas sedang


2. Badan Lahir sangat Rendah (BBLSR 1000 gram)
3. Prematurity (29-30 minggu)
4. Hipotermia
5. Resiko infeksi
Diagnosis Kerja
 NBBLSR 1000 gram, PB 34 cm
 Lahir spontan
 Ibu KPD 12 jam, ketuban hijau kental
 A/S : 6/7
 Taksiran maturitas: 29-30 minggu (SMK)
 Jejas persalinan: tidak ada
 Kelainan kongenital: tidak ada
 Penyakit sekarang
 Respiratory disstres ec suspek Hyaline Membrane Diseasse (HMD),
Differential Diagnosis (DD) : Pneumonia neonatal
 BBLSR 1000 gram
 Early onset sepsis
 Hipotermia
Tatalaksana

NCPAP PEEP 6, FiO2 30 %


Rawat di inkubator suhu 340C, pakai topi, pakai plastik
Sementara puasa
IVFD Dekstrose 10% 70 cc/kg/hari = 70 cc/hari = 3 cc/jam
Ampisilin 2 x 50 mg IV
Gentamisin 1 x 4 mg IV tiap 48 jam
Rawat NICU
Hari rawatan ke 2
4 Mei 2017
Hari rawatan ke 3
5 Mei 2017

A
Takipneu, perbaikan dibanding sebelumnya

P
• NCPAP PEEP 7, FiO2 21 %.
• IVFD glukosa + elektrolit 5 cc/jam, aminosteril infant 6 % 30 cc/hari, ASI
8 x 5 cc/OGT. Ampisilin 2 x 90 mg IV, Gentamisin 1 x 8 mg IV
Hari rawatan ke 4-6
6-8 Mei 2017

S
Sesak nafas (-), terpasang NCPAP, PEEP 7, FiO2 21 %, saturasi 95-97 %.
Tampak kuning sampai dada. Intake ASI melalui OGT, toleransi minum baik..
BAK cukup (diuresis 3,7 cc/kg/jam), balance cairan – 10 cc, mekonium ada.

O
Kurang aktif, RR 56 x/mnt, HR 136 x/mnt, T : 36,90C, SO2 96 %
Kulit : Ikterik Kramer II
Thorak : retraksi (-)
Abd : distensi (-), BU (+) N
Ekstr : CRT < 2 dtk
Hari rawatan ke 7-8
9-10 Mei 2017

A
BBLR
Ikterik neonatorum grade II

P
• NCPAP PEEP 6, FiO2 21 %.
• IVFD glukosa + elektrolit 2 cc/jam, aminosteril infant 6 % 30 cc/hari, ASI 8 x 10
cc/OGT, Ampisilin 2 x 90 mg IV, Gentamisin 1 x 8 mg IV
Hari rawatan ke 9-10
11-12 Mei 2017

S
Sesak nafas (-), terpasang NCPAP, PEEP 6, FiO2 21 %, saturasi stabil.
Tampak kuning sampai paha. Intake ASI melalui OGT, toleransi minum baik..
BAK cukup (diuresis 3,1 cc/kg/jam), balance cairan + 20 cc, mekonium ada.

O
Kurang aktif, RR 44 x/mnt, HR 130 x/mnt, T : 36,80C, SO2 99 %
Kulit : Ikterik Kramer III-IV
Thorak : retraksi (-)
Abd : distensi (-), BU (+) N
Ekstr : CRT < 2 dtk
Hari rawatan ke 11-16
13-18 Mei 2017

A
BBLR
Ikterik neonatorum grade III-IV

P
• Lepas NCPAP
• IVFD glukosa + elektrolit 2 cc/jam, ASI 8 x 20 cc/OGT, Ampisilin 2 x 90 mg IV,
Gentamisin 1 x 8 mg IV. Rencana periksa Bilirubin total, I, dan II.
Hari rawatan ke 17-saat ini
19 mei- sekarang

A
BBLR
Ikterik neonatorum grade III-IV

P
• Lepas NCPAP
• IVFD glukosa + elektrolit 2 cc/jam, ASI 8 x 20 cc/OGT, Ampisilin 2 x 90 mg IV,
Gentamisin 1 x 8 mg IV. Rencana periksa Bilirubin total, I, dan II.
TINJAUAN PUSTAKA
Bayi bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan di
Prematur bawah 37 minggu

moderate premature atau prematur sedang (32- < 37 minggu),


very premature atau sangat prematur (28-<32 minggu)
extremely premature atau amat sangat prematur (kurang dari 28
minggu).

 Prematuritas murni lahir dengan berat badan sesuai dengan masa


kehamilan
 Bayi dismatur/ small for gestational age bayi dengan BBL tidak
sesuai dengan masa kehamilan
Definisi BBLSR
 Bayi Berat Lahir Rendah atau Low Birth
Weight (LBW) adalah berat lahir kurang
dari atau sama dengan 2500 gram.
 Very Low Birth Weight (VLBW) adalah berat
bayi lahir kurang dari 1500 gram
 Extremely Low Birth Weght (ELBW) adalah
berat bayi lahir kurang dari 1000 gram
Faktor risiko lahir
prematur dan
BBLSR
Faktor Ibu
 Penyakit : perdarahan anterpartum, trauma fisik dan psikologik,
diabetes mellitus, toksemia gravidarum dan nefritis akut
 Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah usia <20 tahun, dan
multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
 Keadaan sosial ekonomi rendah
 Penyalahgunaan obat
 Penyakit atau infeksi pada ibu yang tidak diobati
 Ketuban pecah dini

Faktor Janin, seperti hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom

Faktor Lingkungan berhubungan dengan tempat tinggal di dataran tinggi,


radiasi, kontak dengan zat-zat beracun.
Masalah dan komplikasi jangka panjang pada Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Prematur

Pernapasan  bayi prematur kurang dapat


beradaptasi dengan pergantian gas  terjadi depresi
perinatal di ruang bersalin.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) dapat
disebabkan karena defisiensi surfaktan dan apnue
 kurang matangnya mekanisme pengaturan
napas.
bayi prematur juga mempunyai risiko terjadi
penyakit paru kronik
Neurologis

• bayi prematur berisiko  mempunyai masalah neurologi


akut,  perdarahan intra kranial, dan depresi perinatal.
• Penyebab utama kelainan atau gangguan neurologis pada
bayi baru lahir  ensefalopati iskemik hipoksik (EIH),
perdarahan periventrikular dan intraventrikular

Jejas pada otak yang terjadi pada masa perinatal 


penyebab utama gangguan neurologis berat  dampaknya
dalam jangka panjang  a cerebral palsy, retardasi mental,
gangguan sensori berupa gangguan pendengaran dan
gangguan penglihatan, disfungsi otak minimal berupa
gangguan bahasa, gangguan kemampuan belajar,
hiperaktivitas, kurangnya perhatian, gangguan perilaku
Kardiovaskuler

•hipotensi akibat hipovolemia,  kehilangan volume karena


memang volumenya yang relatif kecil
• gangguan fungsi jantung dan vasodilatasi akibat sepsis.
• Kejadian PDA  gagal jantung kongestif

Hematologi

Anemia  sebab yang beragam


Hiperbilirubinemia
Trombositopenia
Gangguan Faal hemostasis
Manajemen dan Tatalaksana Bayi berat badan lahir
sangat rendah dan prematur

Tindakan resusitasi dan stabilisasi

Tindakan resusitasi dilakukan oleh tenaga yang mempunyai


kualifikasi, di tempat fasilitas yang memadai.

Oksigen yang adekuat dan suhu yang stabil merupakan salah


satu tujuan perawatan pasca natal
Manajemen bayi baru lahir

Stabilisasi suhu
bayi dibungkus dengan plastik poliethilen, s
uhu dipertahankan pada 36-37,5 C,
Jika hipotermi (<36.0°C) atur suhu penghangat
0.4°C lebih tinggi dari suhu bayi secara bertahap.
Peningkatan suhu bayi tidak boleh lebih cepat dari
1°C/jam.
 Rewarming yang cepat dihindari peningkatan
insensible water losses, peningkatan konsumsi O2,
periode apnue, peningkatan kejadian intraventricular
hemorrhage, gangguan sistem vital dan efek pada
neurodevelopment
Manajemen bayi baru lahir

Dukungan pernafasan

 Saturasi oksigen dipertahankan 88-92%.


Pada bayi yang membutuhkan intubasi  pemberian
surfaktan direkomendasikan.
Jika bayi bernafas spontan pemberian surfaktan masih
kontroversial,
pemberian continuous positive airway pressure (CPAP) 4–
6 cm H2O sebaiknya segera diberikan saat awal untuk
mencegah atelektasis
Indikasi pemberian surfaktan  tidak adanya pemberian
antenatal steroids, peningkatan kebutuhan oksigen bayi
>30%, dan pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya
defisiensi surfaktan
Terapi cairan dan elektrolit
 Pasien yang mendapat fototerapi cairan
ditingkatkan 10-20/kgbb/hari.\
 Rekomendasi Pemberian cairan enteral:
135-200 mL/KgBB/hari.
Asuhan nutrisi BBLR

Masalah nutrisi BBLR


 kemampuan penyediaan nutrisi yang terbatas,
 metabolisme yang belum matur,
 jalur penyerapan yang belum sempurna,
 belum matangnya proses perkembangan fungsi
oromotor
 Bayi prematur memiliki kebutuhan nutrien yang lebih
tinggi dibandingkan bayi cukup bulan.
Hal ini disebabkan bayi prematur kehilangan periode
pertumbuhan yang cepat, yaitu dimulai pada usia
gestasi 24 sampai 40 minggu
Asuhan nutrisi BBLR
Fisiologis Pencernaan Bayi Prematur

 Ketersediaan enzim pencernaan baik untuk karbohidrat, protein,


maupun lemak sangat berkaitan dengan masa gestasi.
Aktivitas enzim sukrase dan Iaktase Iebih rendah pada BBLR dan
sukrase Iebih cepat meningkat daripada laktase.

kemampuan pengosongan lambung (gastric emptying time) Iebih


lambat
fungsi mengisap dan menelan (suck and swallow) masih belum
sempurna, terlebih bila bayi dengan masa gestasi kurang dari 34
minggu
Asuhan nutrisi BBLR

Kebutuhan Energi
kalori pada hari pertama pascalahir harus dapat memenuhi
kebutuhan basal metabolic rate (BMR) yaitu 40-60 kkal/kgBB/hari
mencegah katabolisme protein 1.5 g/kg/hari

 Pemberian meningkat bertahap 25-30 kkal/ kgBB/hari sampai


tercapai kecukupan kalori selama pemberian nutrisi parenteral
total (NPT) yaitu 90-100 kkal/kgBB/hari.

 Pemberian kalori untuk mencapai pertumbuhan optimal selama


pemberian enteral nutrisi adalah 115-120 kkal/kgBB/hari
Asuhan nutrisi BBLR

Karbohidrat

Pemberian glukosa bayi prematur dimulai dalam 24 jam


pertama pascalahir - glucose infusion rate (GIR) 6-8 mg/kgBB
kemudian ditingkatkan bertahap 1-2 mg/kgBB/menit
sampai mencapai kecukupan maksimal dukungan NPT
dengan GIR 12-13 mg/kgBB/menit.

Dalam pemberian glukosa ini perlu pemantauan terhadap risik


Terjadinya hiperglikemi.

Kadar gula darah dipertahankan 50-120 mg/dL


 Ambilan glukosa usus sudah terlihat sejak usia
kehamilan 10 minggu.
 Pasokan karbohidrat seluruhnya dari glukosa
usus bayi berisiko mengalami kerusakan mukosa
mendapat cairan hiperosmolar
 Susu formula prematur 60% kalorinya berasal
dari karbohidrat menggunakan sumber polimer
glukosa, karena enzim yang dibutuhkan untuk
mencerna jenis karbohidrat ini sudah dibentuk
pada usia kehamilan 24 minggu
Asuhan nutrisi BBLR

Protein

 pemberian protein 1,5 g/kgBB/hari pada 24 jam


pertama pascalahir, ditingkatkan 0,5-1 g/kgBB/hari.
 Dosis maksimal protein pada minggu pertama
untuk bayi dengan berat lahir ≥1000 gram dapat
mencapai 3,5-4 g/kgBB/hari,
 bayi dengan berat lahir <1000 gram dapat
mencapai 4-4,5 g/kgBB/hari.
Pemberian dosis protein 1,5 kgBB/hari
pada hari pertama
dapat memenuhi kecukupan protein,
 mencegah katabolisme protein,
menjaga keseimbangan nitrogen sehingga
tercapai peningkatan tumbuh kembang.
meningkatkan toleransi glukosa,
 mengurangi risiko hiperglikemia melalui
sekresi insulin endogen dan
glukoneogenesis.
Asuhan nutrisi BBLR

Lemak
BBLSR dan BBLASR memiliki cadangan lemak
yang sangat terbatas, sehingga sangat bergantung
pada nutrisi enteral dan parenteral.
pemberian lemak pada fase awal kehidupan 
luaran yang bervariasi  terhadap pertumbuhan
fisik dan perkembangan intelektual
Pemberian lemak dalam dua hari pertama
kehidupan bayi sangat prematur  aman dan dapat
ditoleransi dengan baik
Pemberian Lemak dalam 24 jam
pertama
 dimulai dengan dosis 1 g/kgBB/hari dinaikkan bertahap
sebanyak 0,5-1 g/kgBB/hari hingga 2,5-3,5 g/kgBB/hari.
 Bayi prematur yang mendapat nutrisi parenteral tanpa lipid
akan mengalami defisiensi asam lemak
 peningkatan tumbuh kembang dan pengurangan morbiditas
serta mortalitas
 Pemberian lipid intravena konsentrasi 20% lebih dipilih
dibandingkan dengan 10% karena kadar fosfolipid lebih rendah
untuk tiap gram trigliserida,  memudahkan ekskresinya
mengurangi efek samping hipertrigliseridemia,  densitas
kalori lebih tinggi
Kondisi yang perlu pertimbangan
pemberian lemak
 Pemberian lipid intravena bisa dikurangi atau dihentikan jika
terjadi
◦ sepsis,
◦ trombositopenia (<50.000/ mm3),
◦ asidosis (PH < 7,25),
◦ Hiperbilirubinemia
◦ kadar trigliserida dalam darah >200 mg/dL.
 sepsis  penurunan ekskresi trigliserda dan oksidasi asam
lemak, meningkatkan kadar trigliserida dalam plasma.
 Pada keadaan peningkatan kadar bilirubin yang mendekati
ambang tranfusi tukar, perlu penyesuaian dosis lipid intravena
menjadi 0,5-1 g/kg/hari.
Dukungan perawatan
 Intervensi minimal : BBLSR intoleran terhadap
stress seperti bising, cahaya dan akitivitas yang
invasif.
 Posisi : Penanganan dalam perawatan BBLSR
diupayakan pada posisi flexi di satu sisi atau
posisi telentang dengan penyangga dan diganti
posisi tiap 4
 Kangaroo care: mendukung pembentukan
prilaku, meningkatkan perleketan ibu dan anak
 mendukung pertumbuhan dan perkembangan.
ANALISIS KASUS
Resume Pasien
 BBLSR 1000 gram dengan distress nafas
ec suspect HMD, didiferensial diagnosis
pneumonia neonatal dan diduga early
onset sepsis dan hipotermi.
 Pasien lahir spontan, dengan ibu ketuban
pecah dini 12 jam, leukositosis dan
ketuban hijau kental, Apgar score 6/7. Bayi
lahir dengan usia gestasi 29-30 minggu,
bayi sesuai dengan masa kehamilan
 BBLSR dengan maturitas sangat prematur (28-<32
minggu)  berisiko memiliki banyak masalah dan
komplikasi.
 Faktor resiko lahir prematur pada pasien 
adanya infeksi intrauterine (amnionitis) dan
ketuban pecah dini.
◦Definisi infeksi intra amnionitic  jika memenuhi
kategori berikut, yaitu ibu demam lebih dari 38o C,
paling sedikit terdapat 2 kriteria berikut:
 ibu leukositosis (lebih dari 15.000/mm3,
maternal takikardi (lebih dari 100x/menit),
 fetal takikardi (> 160x/menit),
uterine terderness,
Hipotermi
 Insiden hipotermi pada BBLSR berkisar antara
31-90%.
 Hipotermi  hipoglikemia, apnea dan asidosis
metabolik.
 BBLSR  Rentan hipotermi OK
◦ kehilangan panas sebagai akibat dari tingginya rasio
permukaan tubuh : berat badan,
◦ kurangnya lemak coklat,
◦ kulit yang belum memiliki keratin dan
◦ kurangnya cadangan |glikogen.
 Kontrol suhu penting untuk kelangsungan hidup
bayi  Hipotermi berhubungan dengan luaran
 Bayi harus segera diletakkan dibawah radiant
warmer segera setelah lahir dengan kepala bayi
ditutup dengan topi,  kepala merupakan
tempat kehilangan panas yang besar.
 pemakaian plastik untuk membungkus bayi
segera setelah diletakkan di radiant warmer 
mengurangi kehilangan panas melalui evaporasi
dan konveksi.
 Pada kasus ini, pasien ditransport ke NICU dgn
suhu stabil serta terpasang plastik dan selimut
hangat.
 Pasien kemudian dirawat di dalam inkubator
RDS ec susp HMD . DD/
Pneumonia neonatal

pneumonia neonatal  distress nafas disertai faktor


resiko infeksi intra uterine
HMD
Tatalaksana pasien
Apnue
Tatalaksana Apnue Prematurity
 Pemberian xantin : aminofillin, teofilin,
caffeine
 meningkatkan sensitivitas CO2 (peningkatan
CO2 disertai peningkatan laju pernafasan)
 meningkatkan kontraktilitas diafragma
 menurunkan pernafasan periodik.
Mekanisme kerja xantin yaitu melalui
kompetisi antagonis pada reseptor adenosine.
Adenosin bekerja sebagai menghambat neuro-
regulator pada SSP yang dilepaskan selama
hipoksia.
 Pemakaian CPAP  efektif untuk
mengatasi AOP.
◦Bayi yang memakai CPAP memiliki episode
apnea yang lebih sedikit.
 CPAP dapat mempertahankan jalan nafas
tetap terbuka  mengurangi episode apnea
akibat sumbatan maupun campuran
Sepsis neonatorum
komplikasi serius terutama pada BBLSR
dan bayi prematur  kematian,
kecacatan : seperti gangguan pendengaran
sensorineural, gangguan penglihatan dan
gangguan neurodevelopmental 
menurunkan kualitas hidup anak
 sepsis neonatorum dua bentuk
 sepsis neonatorum awitan dini (kurang
dari 72 jam) , diperoleh pada saat proses
kelahiran atau in utero
 Sepsis awitan lambat (lebih dari 72 jam)
Faktor Resiko Sepsis
Neonatorum
Gejala Klinis sepsis
variabel klinis sepsis  takipnue,
intoleransi minum, perdarahan saluran
cerna, ikterik
 variabel inflamasi  leukositosis pada
bayi dengan adanya gambaran eritrosit
berinti lebih dari 10 per 100 leukosit.
Idealnya dilakukan pemeriksaan kultur
darah  tidak bisa dilakukan karena
keterbatasan fasilitas.
Penegakan diagnosis dini sepsis tanpa
Pemberian Nutrisi
 Bayi prematur  kebutuhan gizi khusus
 cepatnya laju pertumbuhan dan fungsi
organ pencernaan yang belum matang.
 Kebutuhan energi bayi prematur dibagi
menjadi:
◦ untuk pemeliharaan fungsi tubuh antara lain
meliputi metabolisme basal, aktivitas otot,
regulasi suhu tubuh, dan ekskresi.
◦ Untuk tumbuh
 Kalori yang dibutuhkan untuk
 Enteral feeding diberikan setelah bayi stabil dengan atau tanpa
bantu alat nafas.
 Gustina dkk : semakin dini enteral feeding diberikan maka
pertambahan berat badan semakin besar.
 Nutrisi enteral dini : meningkatkan toleransi makan, waktu
lebih cepat untuk menerima makanan enteral secara penuh,
pematangan saluran cerna, adaptasi endokrin, meningkatkan
fungsi imunitas tubuh, penurunan bilirubin lebih cepat, dan
frekuensi kolestasis lebih sedikit.
 dimulai dari tropic feeding  OK BBLSR perkembangan enzim
pencernaan belum sempurna dan gastric emptying time yang lebih
lama, kapasitas lambung yang masih kecil.
 pada bayi berat < 1500 g diberikan ASI yang difortifikasi karena
rendahnya kadar potein dan mineral yang terkandung dalam ASI
Perdarahan saluran cerna
 Pasien diberikan nutrisi parenteral saat awal
masuk dengan  hingga hari ke 6 rawatan
pasien mengalami perdarahan saluran cerna,
 trophic feeding baru dimulai pada hari ke 7
perawatan.
 Perdarahan saluran cerna  merupakan salah
satu variabel klinis dari kondisi sepsis yang
menyebabkan adanya gangguan koagulasi darah,
sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan
spontan.
 evaluasi klinis dengan dilakukan septic work up
Evaluasi kalori pada awal TPN
 3 hari pertama  penurunan berat badan yang
besar disebabkan  kalori yang didapat < 50
kkal
 pemberian lipid intravena. Ditambahkan
 Pasien dapat mencapai full feeding pada hari ke-
16 rawatan  adanya penyulit akibat kondisi
prematur, sepsis dan BBLSR sebagai faktor resiko
imaturitas saluran pencernaan.
 Pasien mendapat fototerapi dalam perawatan
karena ikterik.
Evaluasi setelah pasien Full Feed
Monitoring Kompilkasi dan
perawatan lanjutan
 Kondisi pasien stabil  sudah Kanggooro
mother care dan mendapatkan
multivitamin mineral serta zat besi
 ( Fe boleh diberikan mulai usia 2
minggubayi memasuki fase pertumbuhan)
 direncanakkan untuk pemeriksaan USG
kepala, mata dan pemeriksaan OAE serta
pemeriksaan lainnya
 memantau pertumbuhan, perkembangan serta
skrining komplikasi jangka panjang
Grafik kenaikan BB berdasarkan
pemberian Kalori per Hari
selama rawatan
Terimakasih

Você também pode gostar