Você está na página 1de 6

PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF

Mata Kuliah : Komunikasi Informasi & Konseling Obat Nama : Annisa Devitasari S.farm
Dosen : Dea. Refdanita, M.S., Apt NPM : 17340121
Suatu organisasi akan berjalan dengan sukses apabila organisasi dapat menyediakan dan
memberikan segala kebutuhan informasi yang dibutuhkan para karyawannya, informasi
merupakan sumber kehidupan organisasi. Dalam konteks komunikasi organisasi, terdapat
komunikasi eksternal dan komunikasi internal. Komunikasi eksternal lebih terfokus pada
komunikasi yang dilakukan organisasi dengan publik eksternal seperti customer, distributor,
investor dan lain-lain, sedangkan komunikasi yang terjadi dalam lingkup organisasi dan
mencakup para anggota organisasi disebut komunikasi internal.

Latar Belakang

Rumusan Masalah & Tujuan

RUMUSAN MASALAH
• Apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif ?
• Apa syarat komunikasi efektif?
• Apa ciri dalam peningkatan komunikasi efektif?

TUJUAN
Untuk mengetahui dan memahami cara peningkatkan komunikasi efektif.
• Pengirim pesan (sender) dan isi pesan atau materi
• Simbol atau isyarat
• Media atau penghubung
• Mengartikan kode atau isyarat
• Penerima pesan
• Umpan balik (feedback)
• Gangguan

Proses Komunikasi Efektif


• Persuasif Communication (Komunikasi Persuasif)
• Coersive/ Instruktive Communication(Komunikasi Bersifat Perintah)
Teknik Komunikasi Efektif • Human Relation (Hubungan Manusia)

Rumusan Masalah & Tujuan


1. Situation, Catat kondisi pasien yang mengkhawatirkan akibat
penggunakan obat. Contoh: Bibir melepuh setelah minum
carbamazepin.
2. Background, Catat latar belakang penggunaan obat. Contoh:
carbamazepin pada kasus di atas diberikan untuk indikasi nyeri
neuropati.
3. Assessment, Lakukan penilaian terhadap data S-B di atas dengan
mengacu pada kaidah farmakoterapi, EBM,dan guideline.
4. Recommendation, Catat rekomendasi kepada klinisi terkait hasil
assessment di atas, termasuk persetujuan klinisi. Bila klinisi tidak
setuju dengan rekomendasi apoteker, sebaiknya tetap
didokumentasikan dan mencantumkan bahwa klinisi tidak setuju..
Komunikasi telepon antara perawat dengan dokter di ruang ICU dinilai tidak efektif karena
implementasi metode SBAR-TBAK tidak mencapai 100%. Diketahui implementasi metode
SBAR yang tidak mencapai 100%, adalah: komponen situation (79%), background (64%),
assessment (21%). Metode TBAK yang tidak mencapai 100%, adalah: komponen baca
kembali (21%) dan konfirmasi kembali (0%). Komponen Assessment merupakan komponen
yang jarang dilakukan oleh perawat ketika berkomunikasi dengan dokter melalui telepon. Hal
Pembahasan yang sama ditemukan pula oleh Zhu et al, bahwa komponen alat komunikasi SBAR dengan
frekuensi terendah yang dilakukan oleh perawat adalah Assessment. Komponen baca
kembali dan konfirmasi kembali sering tidak dilakukan oleh perawat ketika menelpon dokter.
Hal ini akan menimbulkan medical error dan insiden keselamatan pasien.

Ketidaksiapan perawat berkomunikasi dengan dokter juga diketahui dapat menghambat komunikasi. Kompetensi dan kemampuan perawat
mempersiapkan komunikasi merupakan komponen kunci keberhasilan komunikasi antara perawat dengan dokter dengan telepon. Kualitas
persiapan komunikasi perawat termasuk komponen terpenting. Tjia et al menemukan bahwa perawat melakukan persiapan sebelum menelepon
dokter dapat mewujudkan komunikasi yang efektif.
Kebiasaan dokter yang juga ditemukan di dalam studi ini, adalah dokter menghentikan pembicaraan selama telepon, dokter terburu-buru
berkomunikasi, dan perilaku dokter yang tidak sopan. Kebiasaan dokter tersebut telah dijelaskan oleh studi-studi sebelumnya. Penyebabnya
adalah waktu komunikasi dokter yang terbatas. Perilaku dokter yang mengganggu ini memiliki hubungan yang kuat dengan keselamatan pasien
(patient safety) di rumah sakit, terutama penyebab terjadinya kejadian yang tidak diiharapkan (KTD). Beberapa studi terdahulu telah menemukan
bahwa penghentian pembicaraan di tengah komunikasi telepon memiliki dampak negatif terhadap alur kerja, komunikasi, isi komunikasi,
penyelesaian tugas, bangsal rawat inap, dan kejadian tidak diharapkan di ruang ICU.
Kesimpulan

Untuk meningkatkan komunikasi efektif, maka harus di dukung oleh beberapa hal diantaranya:
Respect atau sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan.
Dengan memberikan pertanyaan dalam mengarahkan tugas yang harus dikerjakan bukan
memberikan perintah.
Empati, ketika seseorang mampu untuk menempatkan dirinya pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain.
Audible atau mendengarkan, bagaimana seseorang mampu menerima dan mendengarkan pesan
yang disampaikan dan dapat dimengerti.
Clarity atau kejelasan, informasi yang disampaikan harus jelas, agar tidak ada kesalahan dalam
penafsiran informasi yang disampaikan.
Humble atau rendah hati, komunikasi yang disampaikan dengan rendah hati akan memberikan
perasaan menghargai kepada penerima pesan.
Reward dan Punishment, bentuk dorongan positif dan negative bagi mereka yang menghargai waktu
dalam menjalankan komunikasi yang efektif, seperti kehadiran dalam rapat atau menyampaikan
amanat dengan tepat waktu.

Você também pode gostar