Você está na página 1de 10

APLIKASI LIPID

( BIODIESEL )
BIODIESEL
• Biodiesel adalah bahan bakar dari
minyak nabati maupun lemak hewan
yang memiliki sifat menyerupai minyak
diesel.
• Bersifat terbarukan, dapat menurunkan
emisi kendaraan, bersifat melumasi
dan dapat meningkatkan kinerja mesin.
• Beberapa minyak nabati yang sudah
dapat digunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan biodiesel yaitu
minyak kelapa sawit, minyak bunga
matahari, minyak kedelai dan minyak
canola.
MIKROALGA SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIODIESEL
• Kelebihan mikroalga adalah mampu
menyerap karbondioksida dan
nutrien secara efektif dan dapat
tumbuh dengan cepat, bisa dipanen
dalam 4-10hari, produktivitasnya 30
kali lebih banyak dibanding
tumbuhan darat (Zuhdi, 2003).
Kelapa sawit, misalnya, perlu waktu 5
bulan, sedangkan jatropa perlu 3
bulan.

• Pada 1 hektar ladang minyak bumi


hanya bisa disedot 0,83 barrel minyak
per hari, sedangkan pada luas yang
sama budidaya mikroalga
menghasilkan 2 barrel BBN (Sukardi,
2005).
• Pada tahap pengolahan mikroalga
menjadi BBN, tidak menimbulkan
pencemaran karena limbahnya 100
persen jadi pakan ternak (Bahtiar,
2007).
• bersifat ramah lingkungan dan dapat
terurai bila tumpah karena sifatnya
yang biodegradable, biodiesel dari
mikroalga bersifat renewable (dapat
terbarukan) dan teknologi mikroalga
dapat dikembangkan di sepanjang
wilayah pantai Indonesia (Kawaroe,
2007).
Nama Senyawa Chlorella Nannochloropsis
sp. sp.
Berdasarkan hasil penelitian yang Asam kapirat - 0,30
dilakukan oleh Kawaroe et al., Asam laurat 0,02 0,99
(2009), dijabarkan kandungan Asam miristat - 7,06
senyawa lipid dari beberapa Asam stearate 29,50 -
spesies mikroalga, diantaranya : Asam palmitat 8,09 23,07
Asam oleat 2,41 12,25
Asam valerat 10,06 -
Asam palmitoleat 2,15 42,32
Asam linoleat 45,07 2,47
Asam linolenat 11,49 -
METODE SINTESIS BIODIESEL
REAKSI TRANSESTERIFIKASI
Reaksi antara minyak dan alkohol untuk membentuk ester dan gliserol.
Penggunaan alkohol harus berlebih karena reaksi bersifat reversible. Pada
reaksi transesterifikasi ini biasanya menggunakan katalis asam atau basa.

1 Reaksi transesterifikasi
menggunakan katalis
asam

Katalis asam yang biasa


digunakan adalah asam
sulfat dan asam sulfonat.
Reaksi berlangsung pada
suhu tinggi dan memakan
waktu yang lama.
2 Katalis
Reaksi transesterifikasi menggunakan katalis basa
yang biasa digunakan adalah NaOH, KOH, K2CO3. Sejumlah kecil
air yang ikut dalam reaksi dapat menyebabkan terbentuknya sabun
selama proses transesterifikasi.
Penggunaan katalis basa membuat reaksi berlangsung lebih cepat.
Reaksi dengan katalis basa berlangsung pada suhu yang tidak terlalu
tinggi.

METODE PIROLISIS (THERMAL CRACKING)


Pirolisis adalah proses dekomposisi minyak nabati secara termal atau dapat
juga menggunakan bantuan katalis untuk memutuskan rantai hidrokarbon.
Pemutusan rantai minyak nabati secara katalik dilakukan dengan
menggunakan katalis yang biasa digunakan pada pemutusan rantai minyak
bumi, yaitu SiO2 atau Al2O3 pada temperatur 450°C. Produknya kemudian
difraksionasi untuk menghasilkan biodiesel dan biogasoline.
TEKNIK OZONASI

Direaksikan
Minyak Goreng dengan Etanol Diozonasi dengan
Sawit (katalis KOH dan Katalis zeolit/GAC
NaOH (2,5:1))

Filtrasi atau Minyak Biodiesel


Dekantasi Ozonasi
METODE DRY WASH
Metode ini merupakan proses lanjutan dari proses transesterifikasi. Pada
proses ini minyak hasil dari proses transesterifikasi dan magnesol akan
dicampur.

Magnesol
Magnesol Magnesol
dimasukkan ke Magnesol
dipisahkan dari dicampurkan
dalam larutan asam dikeringkan di oven
pelarut asam dengan biodiesel
dan air

Campuran magnesol dan biodiesel paling efektif berlangsung pada


suhu 55°C dengan magnesol sebanyak 1%.

Você também pode gostar