Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Design Tambang
Tinggi bench = 12 m
Lebar bench =5m
Low wall slope = 40º
High wall slope = 50º
Endwall slope = 50º
Batas toleransi =3
84
72
Penambangan batubara
60 E
Penambangan Overburden
Toleransi ketinggian = 0,15-0,5 m
Toleransi slope = 3º
T210 T220
Model Penambangan Overburden dan Batubara
Tujuan :
1. Menghasilkan produktivitas alat muat yang optimal
2. Operasi penambangan yang memperhatikan sequence penambangan
Analisa Fishbone Diagram
Poor Pty
Interval penyiraman
Tidak takut dipunishment Drainase
Estimasi BD Time
Skill rendah Kontaminasi
Spare part tidak ada
Tidak proaktif Estimasi jam berdebu
Breakdown
Attitude jelek Lokasi licin
Low power engine
Monitor operasi kurang
Man Machine Environment
Posisi Alat Muat Jenis Backhoe dan Sequence
Pengambilan OB
Pengambilan OB dari
depan dan belakang
C
Pengambilan OB dari depan
Teknik Penggalian Depan dan Belakang Excavator
Passes = 13 kali
Loading time = 06:18:94
Dumping height RH 40-01 = 4,6 m
Tidak diisi
a a’
Teknik Pemuatan
Volume bucket tidak penuh (heap)
Solusi :
Untuk lokasi loading point baru, loader harus membuat dudukan
baru untuk mengurangi waktu swing dan jarak OHT lebih dekat lagi
½L Turning radius ½L
Standard parameter for loading area
Excavator type
Description Backhoe Shovel
D 450/500 PC 1250/RH 40 EX 2500 RH 120 E
Dump Truck BMA 35 CAT 777 D/HD 785 CAT 777 D/HD 785 CAT 777 D/HD 785
Max 3 4.5 5 9
Tinggi jenjang (m) Opt 1.5-2 3.5 4 7-8
Min 1 2.5 3 4
Lebar area kerja minimum (m) 15 25 25 35
Kendala : Dozer tidak setiap saat ada untuk maintenance front, jalan,
lokasi disposal
MF = 0.69
Jika MF 1 maka OHT = 7 unit
Foreman harus mengontrol waktu travel OHT supaya interval kedatangan OHT di front
lebih teratur untuk mencegah antrian di front lebih dari 1 OHT dan waktu standby EX
2500-06 di loading point dikurangi
Lebar = 29.35 m
Lebar = 25.35 m
1m
1m
1m
1m
1m
Lebar = 4 m
Spoil Mempersempit Badan Jalan
Di kiri dan kanan badan jalan diisi oleh material spoil yang mempersempit badan jalan.
Dozer membuang spoil kekiri atau kekanan dan menutupi daerah aliran air. Badan jalan akan semakin
menipis dan material di kiri dan kanan jalan akan semakin banyak.
OHT berhenti untuk berpapasan akibat jalan sempit
Badan Jalan Menjadi Saluran Air Karena Tidak Ada Gorong-Gorong
SURFACE/BASECOURSE
BUND-WALL
CL 1.7
2 % CROSS-FALL
1
SUB-BASE1
SUB-GRADE
Struktur badan jalan dibangun oleh material OB keras dan dipadat dengan menggunakan dozer dan
OHT yang melewati jalan. Penggantian material jalan dilakukan dengan sistem cut and fill dengan menggunakan dozer atau
PC kecil
Standard parameter for road design geometry & trafficability
Standard parameter
No Description Unit Remarks
Coal hauling road Pit mining road
1 Design speed km/hr 70 60
2 Lebar jalan m Min. 3.5 L Min. 3.5 L L : Lebar truk terbesar
3 Grade jalan % Max 3% Max 8%
4 Horizontal curve radius m Min. 50 m Min. 50 m
5 Super elevasi m Max 4% Max 5% Tikungan
6 Cross fall % Max 2%, shoulder 4-8% Max 5%, shoulder 4-8% Badan jalan
7 Sight distance m Min 200 m Min 80 m Jarak pandang (clear area)
8 Drainage % Min slope 1% Min slope 1% Kemiringan parit drainase
9 Kemiringan slope (cut) % 60% 60-70%
10 Tinggi jenjang m Max 10 m Max 6 m
11 Kemiringan slope (fill) % 45% 60%
12 Safety berm m Min 2/3D Min 2/3D D : Tinggi ban
Note : Outer diameter ban “Bridgestone” ukuran 27.00 R 49 tekanan 100 psi adalah 270 cm (kondisi ban baru)
Land clearing
Stripping soil
Dumping overburden
Hubungan Pit Sequence dan Disposal Sequence
Sekuen penambangan di loading point harus diimbangi dengan sekuen penimbunan di disposal.
Pertimbangan-pertimbangan :
1. Maksimum strike line loading point – disposal adalah 2 km (site Adaro)
2. Match factor
3. Kondisi dan jenis material (keras, lunak, clay, lempung, pasir, sub soil, soil)
4. Kestabilan disposal
5. Pengaturan pengambilan OB dengan mempertimbangkan jarak loading point dan dumping point
6. kondisi jalan (lebar, grade, permukaan)
7. Volume disposal
Jalan utama
Cut&fill
2%
2%
Geometri disposal
Lebar = 12 m
Tinggi = 6 m
Slope = 30 º
Toleransi elevasi = 0.5-1 m
Kesalahan-kesalahan yand ditemui di daerah disposal yaitu :
1. Overfilll
2. Aturan penimbunan dan sequence tidak mengikuti SOP
3. Material belum disebar sudah ditimbun kembali
4. Tidak mengikuti rencana drainase disposall
HW3A HW3
Note : Outer diameter ban “Bridgestone” ukuran 27.00 R 49 tekanan 100 psi adalah 270 cm (kondisi ban baru)
Sump RA
Creek
Sump
Air tanah
Setlling pond
Sumber-sumber air yang masuk ke pit CT3
Dimensi sump
Panjang = 77 m
Lebar = 33 m
Tinggi = 3 m
Volume = 5082 m3
trap
Aliran Air Disposal HW3
Gorong-gorong
Isolasi air
Disposal HW3
Drainase Disposal
2%
Berdasarkan SOP, dozer mengangkat blade 2 % sambil mendorong material untuk membentuk windrow. Aliran air akan
Bergerak menuju frame dan turun ke layer berikutnya.
Slope tanggul terjaga dan tidak dikikis oleh aliran air. Base lokasi dumping tidak lunak karena air tidak terkumpul di frame
Produktivitas unit akan semakin baik jika :
1. Design mine plan memperhitungkan lebar kerja unit beroperasi untuk mencegah OHT
sulit manuver di loading point karena lokasi kerja sempit
2. Desain pengeboran harus diatur untuk mempertimbangkan lebar front kerja
3. Teknik penggalian dan pemuatan dari depan
4. Peningkatan supervisi operasional di lapangan akan meningkatkan produksi :
1. Interval kedatangan truk
2. Sequence pengambilan material
3. Teknik pemuatan
4. Posisi antrian truk di front kerja
5. Cara kerja dozer merapikan front kerja
6. Rencana drainase front kerja
5. Material hasil peledakan tidak keras
6. Jalan tambang diperlebar dan dirawat
7. Peningkatan skill & attitude Foreman dan Operator
Analisa Drilling & Blasting
Aktivitas Departemen Produksi Departemen Engineering Dahana
Persiapan
Pengeboran Penentuan lokasi drilling
Standard ANFO
Burden ratio standard (KB)std = 30 27.13
Average density rock = 160 lb/cuft 131.1147 lb/cuft
Detonation velocity (Ve) = 12000 fps 11100 fps
SG Explosive (SG) = 1.2 0.85
Kondisi aktual
Burden = 7 m
Spasi = 7 m
Depth = 9 m
D245S ROC L 8
No B (m) S (m) Actual No B (m) S (m) Actual Perbedaan
Depth (m) Depth (m) Vol
Material Lempung pasir Lempung pasir Lempung pasir Lempung pasir Lempung pasir Lempung pasir
Jumlah hole (Shift I) 26.9 holes Jumlah hole (Shift II) 57.3 holes
Grafik Jumlah Lubang vs Kedalaman Lubang Drill Tech D245S
153.9
150 151.5
136.8 137.8
No of hole
130
126.3
123.1
116.6
110 111.9
108.2
102.6 101
94.7 94.7
90 87.9 89.1
82.1 84.2
77
70 72.4
68.4
50
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5
Depth (m)
Aktivitas Departemen Produksi Departemen Engineering Dahana
Persiapan
Charging Pemasangan rambu blasting
Prepare jalan menuju lokasi blasting
Informasi drill & blast ke Dahana
Work order grader untuk menggeser
shelter, genset, tower lamp
Penggambaran desain peledakan
Distribusi Dahana Gel dan IHD
Cek wet & dry hole
Distribusi kondom
Penimbangan ANFO per hole
Pengisian ANFO ke hole
Stemming hole
Distribusi surface delay
Tie up
Penarikan wire cable ke shelter
FA
S
TB
BH
C
SD
1. Jika bit sudah menyentuh roof coal maka operator akan mengangkat rod
2. Untuk memperkecil toe burden, jarak crest burden adalah ½ burden (di lapangan bisa 1 m)
3. Panjang stemming menyesuaikan dengan sisa lubang yang tidak terisi ANFO
Date 24-04-05 25-04-05 26-04-05 27-04-05 28-04-05 29-04-05 30-04-05 01-05-05 02-05-05
Strip 54.5 56 49 50 49 44 50 52 50
Burden (m) 7 7 7 7 7 7 6 5 7
Spacing (m) 7 7 7 7 7 7 6 5 7
Depth (m) 9 9 9 9 9 9 9
Depth (m) 7 6 6 6 6
Number of Hole 12 6 9 37 97
Depth (m) 4 4 4 4
Number of Hole 22 10 38 20
Eldeto 1 1 1 1 1 1 2 2
Surface delay 17 ms 9m 15 8 22 33 0 19 74 9
25 ms 9m 33 10 15 27 125 15 15 45
67 ms 9m 48 45 69 0 7 52 83 135
500 ms 12 m
Volume (bcm) 19992 26460 46746 20629 54439 37926 13464 14550 69482
Pola Pergerakan D 245 S
Teras atas
Loading point
EX 2500-06
Teras bawah
OB Hard
Teras bawah
Tumpahan material blasting tidak
didozing dengan baik
Design Tie Up
Free Face
Free Face
Control row 67 ms
Pergerakan lemparan
Free Face
Posisi IP ditentukan oleh :
Free Face 1. Arah Freeface
2. Arah lemparan batuan
Surface delay 17 ms atau 25 ms 3. Tempat shelter yang memungkinkan
Hasil peledakan
Pola 6x6x4 dan 6x6x6 (Unit Drill = D245S). Surface delay 25 ms, control row 67 ms. Jumlah hole 40 dan Anfo per hole 30
dan 40 kg. Tgl : 30 April 2005 Lokasi IB blok 93 strip 50 Elv 54 to 48. PF1 = 0,23 kg/bcm, PF2 = 0,21 kg/bcm
Pola 7x7x9 (Unit drill = D245S). Surface delay 25 ms, control row 67 ms. Jumlah hole 66 dan Anfo per hole 90 kg
Tgl : 22 Mei 2005 Lokasi HW Blok 97 strip 51 Elv 80 to 71. PF = 0,20 kg/bcm
Pola 5x5x6 (Unit drill = ROC L 8). Surface delay 25 ms, control row 67 ms. Jumlah hole 97 dan Anfo per hole 30 kg
Tgl : 1 Mei 2005 Lokasi HW Blok 107 strip 52 Elv 106 to 100. PF = 0,20 kg/bcm
Permasalahan
Aktivitas Masalah Penyelesaian
Persiapan pengeboran Infromasi lokasi pengeboran dan pemasangan patok terlambat Survey lokasi pengeboran yang baru sudah selesai sebelum unit
berpindah tempat
Peminjaman dozer untuk preparasi area kadang-kadang sulit dan Dept produksi harus menjadwalkan dozer untuk preparasi lokasi sampai
pekerjaan preparasi kurang termonitor sehingga operator dozer benar-benar siap untuk dimasuki unit drill dan preparasi lokasi harus
kurang tahu cara dan arah dozer memindahkan spoil-spoil dimonitor FM
Informasi geometri pengeboran terlambat ke operator drill Sebelum membor, operator diberi tahu geometri pengeboran dan sketsa
geometri dan kedalaman lubang
Pengeboran Urutan pengeboran kadang tidak dimulai dari free face Starting point harus dari free face dan bergerak menjauhi free face.
Jumlah lubang bor dibatasi oleh kemampuan operasi dan man power Jumlah lubang bor harus diset jumlah maksimum untuk
Dahana memaksimalkan target pengeboran dan peledakan untuk mencegah
waktu moving A2B yang terlalu cepat
Kondisi hujan maka unit drill tidak bisa beroperasi Fan harus terlindungi supaya tidak dimasuki air hujan
Setelah pengeboran Operator drill belum tahu area lokasi drill yang baru dan preparasi FM harus memastikan ada area baru dan mulai di preparasi saat
lokasi belum dimulai pengeboran dilakukan untuk mencegah unit dan man power tidak
beroperasi
Pengisian ANFO Untuk lubang dengan air sedikit, lubang ditimbun dengan Harus memakai kondom untuk mencegah ANFO basah dan peledakan
memasukkan cutting ke air supaya air tersebut gagal
terserap cutting
Untuk lubang berair, kondom sulit dimasukkan dan untuk Pengunaan pompa sedot. Stemming menggunakan kerikil supaya saat
antisipasinya isian ANFO dikurangi. Stemming kurang padat stemming kerikil langsung masuk dan dipadatkan dengan stick
Permasalahan
Persiapan peledakan Moving A2B terlalu cepat sehingga mengurangi waktu produksi Moving A2B harus diset dan diinformasikan via CCR
Dozer dan operatornya sulit dicari posisinya dan kadang Mengontrol posisi dozer dan operatornya melalui FM produksi sebelum
operatornya tidak ada di unit tersebut istirahat
Map road blocker tidak ada Map road blocker harus ada untuk menjelaskan radius aman untuk unit
dan manusia, jumlah road blocker, posisi road
blocker, dan nama-nama road blocker
FT memasuki radius unit area Koordinasi dengan FM Fuel untuk pengisian solar supaya proses
peledakan tidak tertunda tetapi pengisian solar juga
bisa tetap berjalan
Peledakan Radio silent ch. Mining untuk proses peledakan terganggu Informasi FM D&B ke semua pengguna channel supaya tidak
menggunakan ch. Mining pada saat peledakan
Misfire Crew Dahana harus mengecek tie up, gun, dan wire line lebih teliti
untuk menghindari misfire dan mencegah loss time
Unit sarana, FT, Lub car memasuki radius peledakan Mobil road blocker melintang di jalan, pintu mobil terbuka, road blocker
harus keluar mobil dan berdiri dekat radio
sambil memonitor aktivitas
Mobil sarana untuk FM D&B rusak Koordinasi dengan FM Produksi lain untuk penggunaan unit sarana
Sirine untuk peledakan tidak ada Sirine harus disediakan dan penggunaan klakson seharusnya tidak
dipakai lagi. Informasi peledakan harus
diinformasikan ke semua channel untuk menghindari unit dan orang
memasuki area peledakan
Setelah Peledakan Evaluasi hasil peledakan tidak ada FM D&B, Supv Dept. Produksi harus mengevaluasi hasil peledakan
apakah berhasil atau tidak dengan mencatat dan
mendokumentasikan hasil peledakan dan memberi feed back ke Dept
Engineering dan Dahana
Tindak lanjut perbaikan dan analisa pengeboran dan peledakan Dept Engineering harus menganalisa proses pengeboran dan
tidak ada peledakan untuk optimasi operasi dan biaya.
Kedalaman Lubang Bor
Berdasarkan perhitungan volume peledakan,
kedalaman yang dipakai selalu 9 meter
padahal kondisi di lapangan kedalaman
lubang tidak sampai mencapai 9 m. Hal ini
disebabkan seluruh rod tidak bisa masuk
lubang karena dibatasi oleh attachment mast.
Kepadatan stemming
Stemming harus menggunakan stick untuk memadatkan material
stemming. Hal itu bertujuan untuk mencegah material stemming
terlempar ke udara pada saat peledakan. Jika material stemming
terlempar ke udara menunjukkan pengungkungan tekanan peledakan
tidak bagus dan sebagian besar energi yang dihasilkan akan lepas
ke udara (airblast)
Untuk lubang basah akibat hujan atau karena air tanah maka kondom digunakan untuk mencegah air memasuki ANFO.
Pemompaan tidak dilakukan sehingga crew Dahana akan menekan kondom dengan menggunakan stick.
Air akan menekan balik kondom berisi ANFO dan memunculkannya kepermukaan. Kondisi ini menimbulkan pekerjaan
Stemming sulit dilakukan dan potensi lubang ngeplos akan lebih besar.
02-05-2005
03-05-2005
07-05-2005
11-05-2005
12-05-2005
14-05-2005
19-05-2005
20-05-2005
Rata-rata 0:00:59
Mulai Selesai Durasi Waktu stand by EX 2500-06 dalam waktu pengamatan = 00:24:21
Waktu pengamatan = 08:35:00-10:07:34 = 01:32:34
8:39:10 8:41:11 0:02:01
Persentase waktu EX 2500-06 stand by adalah 26.3%
8:42:38 8:43:02 0:00:24
8:48:55 8:50:11 0:01:16 Berdasarkan data MCC :
Jumlah OHT yang digunakan adalah 5 unit yaitu OHT 19, 11, 12, 15, 21
8:52:13 8:53:21 0:01:08
Ritasi jam 07.00-08.00 = 13, menggunakan 5 unit OHT
8:54:52 8:57:11 0:02:19 Mulai 07.30 karena safety talk
8:58:30 8:59:09 0:00:39 Ritasi jam 08.00-09.00 = 25
Menggunakan 5 unit OHT
9:00:34 9:03:10 0:02:36
Ritasi jam 09.00-10.00 = 21
9:06:11 9:09:52 0:03:41 Menggunakan 4 unit OHT (OHT 15 masuk W/S)
9:15:53 9:18:04 0:02:11 Ritasi jam 10.00-11.00 = 22
Menggunakan 5 unit
9:19:06 9:22:57 0:03:51
Ritasi jam 11.00-12.00 = 19
9:30:24 9:32:39 0:02:15 Menggunakan 5 unit (stop jam 11.44, moving untuk peledakan)
9:34:18 9:34:53 0:00:35 Ritasi jam 12.30-13.00 = 2
Menggunakan 5 unit (mulai jam 12.53, blasting selesai jam 12.35)
10:06:09 10:07:34 0:01:25
Ritasi jam 13.00-14.00 = 23
Menggunakan 5 unit
Ritasi jam 14.00-15.00 = 21
Menggunakan 5 unit
Ritasi jam 15.00-16.00 = 22
Menggunakan 5 unit
Produktivitas tidak tercapai bukan hanya disebabkan oleh material hasil peledakan keras tetapi juga
Disebabkan manajemen pengaturan unit di jalur loading point – disposal seperti interval kedatangan
OHT/HD di loading point untuk mengoptimalkan produktivitas alat.
Inventory Peledakan
Tujuan :
• Inventory untuk mengetahui volume material yang diledakkan dengan volume yang tertambang (OB recovery)
• Mengetahui lebar, panjang, kedalaman penggalian alat muat sesuai dengan lebar, panjang, kedalaman pengeboran
• Mengetahui setiap saat jumlah overburden yang sudah tertambang
• Mencegah deviasi kedalaman pengeboran
• Mencegah terjadinya over lap pengeboran
• Memberikan informasi ke dept produksi kedalaman penggalian yang harus diturunkan lagi
• Mencegah terjadinya overcut atau undercut
Kedalaman Pengeboran Tahap I
Elv 84
9m
12 m
3m
RL 72
Saran :
• Untuk optimasi fragmentasi, harus dilakukan trial & error design drill & blast sehingga diperoleh dimensi
fragmentasi yang mengoptimalkan produktivitas unit alat muat
• Gunakan pompa legra untuk lubang berair untuk memaksimalkan jumlah handak yang masuk ke dalam
lubang
• Analisa energi factor untuk membandingkan energi explosive dengan kekuatan batuan