Você está na página 1de 69

Operasi Penambangan

Design Tambang
Tinggi bench = 12 m
Lebar bench =5m
Low wall slope = 40º
High wall slope = 50º
Endwall slope = 50º
Batas toleransi =3

120 Urutan penambangan secara vertikal mempertimbangkan :


1. Target OB dan Coal
2. Stripping ratio
3. Spesifikasi unit
108 4. Design tambang
5. Drainase

84

72
Penambangan batubara

60 E

Penambangan Overburden
Toleransi ketinggian = 0,15-0,5 m
Toleransi slope = 3º

T210 T220
Model Penambangan Overburden dan Batubara

Butter pick dan patok crest - toe

Urutan penurunan elevasi untuk


mengexpose batubara

Daerah potensi over cut


Latar belakang Masalah :
1. Produktivitas unit alat muat tidak tercapai
2. Operasi penambangan overburden yang kurang efisien dan efektif
3. Sequence penambangan overburden yang kurang terkontrol
4. Sequence penimbunan overburden di waste dump yang kurang terkontrol
5. Maintenance jalan angkut kurang optimal
6. Penanganan drill & blast yang belum mendukung operasional di loading point

Tujuan :
1. Menghasilkan produktivitas alat muat yang optimal
2. Operasi penambangan yang memperhatikan sequence penambangan
Analisa Fishbone Diagram

Method Sequence pengambilan material belum terkontrol


Material Keras
Lengket Teknik penggalian & pemuatan belum benar
Produktiviitas tidak tercapai
Basah
Lebar front yang sempit
Loose Kondisi front yang berair
Kondisi jalan yang tidak terawat dan mengalami penyempitan

Sekuen penimbunan OB belum terkontrol

Poor Pty
Interval penyiraman
Tidak takut dipunishment Drainase
Estimasi BD Time
Skill rendah Kontaminasi
Spare part tidak ada
Tidak proaktif Estimasi jam berdebu
Breakdown
Attitude jelek Lokasi licin
Low power engine
Monitor operasi kurang
Man Machine Environment
Posisi Alat Muat Jenis Backhoe dan Sequence
Pengambilan OB

Pengambilan OB dari
depan dan belakang

B 1. Butuh alat untuk


membuat saluran
drainase
2. Potensi overcut

C
Pengambilan OB dari depan
Teknik Penggalian Depan dan Belakang Excavator

Kecenderungan bucket tidak penuh lebih besar karena


Tidak semua material yang dipotong masuk ke bucket
Swing angle besar
Front kurang rapi
Pekerjaan lebih sulit
Tinggi material yang digali kurang terkontrol

Kecenderungan bucket tidak penuh lebih kecil karena


Material masuk ke bucket dengan mengungkit dan
Memanfaatkan gravitasi material
Swing angle lebih kecil
Front lebih rapi
Pekerjaan lebih mudah
Tinggi material yang digali terkontrol
Teknik Pemuatan
Metode penggalian dan pemuatan material :
Untuk jenis backhoe, alat muat berada di atas
material yang akan dimuat

Tinggi vessel OHT = 4,29 m


Tinggi vessel HD = 4,65 m 4,29 m

Passes = 13 kali
Loading time = 06:18:94
Dumping height RH 40-01 = 4,6 m

Tidak diisi

Kedalaman max. buang backhoe EX 2500 = 10,36 m

Pengisian vessel tidak maksimal


Teknik Pemuatan
Metode penggalian dan pemuatan material :
Untuk jenis shovel, alat muat di depan material
yang akan dimuat

Tinggi vessel OHT = 4,29 m


Lebar OHT = 6,1 m
Tinggi vessel HD = 4,65 m
Lebar HD = 5.7 m

Material jatuh dibantu gravitasi


material dan mengisi bucket

Max. dumping height RH 120 E = 10.63 m


Teknik Pemuatan

Double side loading mengurangi waktu


gantung RH 120 E untuk menunggu
OHT manuver

Tidak bisa double side


loading karena front sempit

Double side loading memiliki lebar front yang cukup


untuk 2 OHT dan RH 120 E

½ lebar badan RH 120 E ke depan = 3.82 m


Swing radius ujung belakang = 6.45 m
Jarak aman RH 120 E – OHT = 3.05 m
Jarak aman OHT ke bench wall = 3.05 m

Lebar front loading point RH 120 E = 34.67 m


Design Bench Penambangan

a a’
Teknik Pemuatan
Volume bucket tidak penuh (heap)

Posisi track sejajar dengan ban OHT jarak OHT dengan RH 40


terlalu jauh menyebabkan muatan hanya diisi di tengah dan
belakang vessel
Konsekuensi :
OB tumpah sebelum dumping di vessel
Jumlah passes lebih banyak
Loading time lebih lama
Isi vessel tidak maksimal

Solusi :
Untuk lokasi loading point baru, loader harus membuat dudukan
baru untuk mengurangi waktu swing dan jarak OHT lebih dekat lagi

Posisi truk membelakangi loader berpotensi vessel bagian depan


tidak terisi penuh. Posisi truk disamping loader berpotensi muatan
berat sebelah (tidak optimal) dan keseimbangan truk tidak stabil
Posisi Alat Muat Terhadap Truk

Posisi ketinggian track terlalu tinggi menyebabkan


loader tidak bisa menjangkau bagian depan vessel

Posisi ketinggian track hampir menyamai ketinggian


Vessel sehingga bisa menjangkau semua bagian
vessel
Posisi ketinggian track hampir sejajar ketinggian
ban sehingga waktu angkat dan swing lebih lama

Posisi ketinggian track dibawah elevasi ban truk se-


hingga waktu gali, waktu angkat dan waktu swing
akan lebih lama

Tinggi material yang akan digali terlalu tinggi


menyebabkan body material bagian atas jatuh
ke front dan menambah pekerjaan general

Tinggi material yang akan digali cukup untuk


mengisi bucket dan jika tidak perlu mengangkat bucket
lebih tinggi lagi untuk dumping ke vessel

Tinggi material yang akan digali cukup terlalu pendek


Sehingga bucket tidak heap dan arm harus ditinggikan
lagi untuk dumping ke vessel
Swing Angle 180º

Swing angle bisa mencapai 180º


Karena : Loaderi
1. Front sempit
2. Teknik pengambilan material
yang mengambil depan dan
belakang alat muat
3. Base front jelek sehingga manuver
OHT tidak bisa lebih dekat

Swing angle maximum diupayakan 90º


Ketinggian track loader minimal sejajar
dengan bibir vessel OHT
Ramp jalan
OHT Antri

Loading point PC 1250-24, 22 Mei 2005, 08:35 WITA


Lebar front
Mine plan design menentukan lebar front kerja di lapangan dan
Mine plan design harus menyesuaikan dengan spesifikasi teknis
unit yang akan digunakan

Dimensi titik pengeboran menentukan lebar


front oleh karena itu penentuan lebar minimal area
drill harus mempertimbangkan lebar front untuk mengoptimalkan
operasi pemuatan OB

Lebar minimum lokasi pengeboran harus


mempertimbangkan rencana lebar minimum
front kerja yang sesuai dengan spesifikasi
10-12 m rencana unit hauler yang akan digunakan
Lebar Front Kerja Ideal

Turning radius HD785 = 9,9 m Truck


Lebar front minimal = 3xlebar HD+TR Loader
Lebar front minimal = 27 m

Turning radius CAT 777 D = 13,9 m


Lebar front minimal = 3xlebar OHT+TR
Lebar front minimal = 32.2 m

½L Turning radius ½L
Standard parameter for loading area
Excavator type
Description Backhoe Shovel
D 450/500 PC 1250/RH 40 EX 2500 RH 120 E
Dump Truck BMA 35 CAT 777 D/HD 785 CAT 777 D/HD 785 CAT 777 D/HD 785
Max 3 4.5 5 9
Tinggi jenjang (m) Opt 1.5-2 3.5 4 7-8
Min 1 2.5 3 4
Lebar area kerja minimum (m) 15 25 25 35

Standard parameter cycle time (detik)


Excavator type
Description Backhoe Shovel
D 450/500 PC 1250/RH 40 EX 2500 RH 120 E
Digging time Max 9 11 12 12
Min 6 8 10 10
Swing time Max 5 7 7 7
Min 4 5 6 6
Bucket dump Max 2 3 3 3
Min 1 2 2 2
Swing empty Max 5 7 7 7
Min 4 5 6 6
CT Loading Max 22 27 29 29
Min 15 20 24 24

Sumber : Mine Planning Training, jakarta, May 09-20th, 2005


Kondisi Loading Point, Jalan, dan Disposal
Base front, jalan, dumping point harus keras untuk mencegah OHT
amblas. Dozer harus maintenance front dan bila perlu front ditimbun
dengan material keras

Kendala : Dozer tidak setiap saat ada untuk maintenance front, jalan,
lokasi disposal

FM harus jeli dan proaktif mengendalikan kondisi front sebelum OHT


amblas

HD amblas dan dumping di front


Penimbunan front dengan material keras dari Pama

Loading point PC 1250-14, CT1, 14 Mei 2005


Matching Fleet
EX 2500-06 loading overburden material blasting dengan 5 OHT
Jumlah passing rata-rata = 4
Lebar loading point ± 15 m karena material dibatasi oleh tunjaman coal T 220
Offset ke high wall RL 84 to 72

Waktu memuat = 02:00:24


Waktu travel (isi+kosong) = 10:33:00
Waktu di disposal = 01:26:00
Waktu manuver di front = 00:30:00
Total = 14:29:24
Jumlah ritasi per jam/OHT = 4.14
OB per jam/OHT = 165.5 bcm
OB per jam/5 OHT = 827.6 bcm

Cycle time loader = 00:30:06


Loading time = 02:00:24
Pty loader = 1693.2 bcm/jam

MF = 0.69
Jika MF 1 maka OHT = 7 unit

MF sebesar 0.69 berarti EX 2500-06 lebih sering standby menunggu OHT

Foreman harus mengontrol waktu travel OHT supaya interval kedatangan OHT di front
lebih teratur untuk mencegah antrian di front lebih dari 1 OHT dan waktu standby EX
2500-06 di loading point dikurangi

Data terambil : May 15th, 2005


Lokasi : overcut
2 Bundwall dan 1 Bundwall

Lebar = 29.35 m

Lebar = 25.35 m

1m

1m

1m
1m

1m
Lebar = 4 m
Spoil Mempersempit Badan Jalan

Di kiri dan kanan badan jalan diisi oleh material spoil yang mempersempit badan jalan.

Dozer membuang spoil kekiri atau kekanan dan menutupi daerah aliran air. Badan jalan akan semakin
menipis dan material di kiri dan kanan jalan akan semakin banyak.
OHT berhenti untuk berpapasan akibat jalan sempit
Badan Jalan Menjadi Saluran Air Karena Tidak Ada Gorong-Gorong

Aliran air melewati


badan jalan sehingga
memperlambat waktu
tempuh alat angkut

Ban akan cepat rusak

Tinggi tanggul untuk


mengisolasi air terlalu
pendek dan tidak ada
maintenance tanggul
sehingga air melimpas
dan melewati jalan
Geometri dan Struktur Jalan

SURFACE/BASECOURSE

BUND-WALL
CL 1.7
2 % CROSS-FALL
1

SUB-BASE1
SUB-GRADE

Lebar badan jalan = 21.35 m


Cross fall badan jalan tidak terkontrol Lebar saluran =1m
Jalur air tertutupi oleh spoil membentuk bund wall Lebar bundwall =3m
Lebar jalan ramp = 25.35 m

Struktur badan jalan dibangun oleh material OB keras dan dipadat dengan menggunakan dozer dan
OHT yang melewati jalan. Penggantian material jalan dilakukan dengan sistem cut and fill dengan menggunakan dozer atau
PC kecil
Standard parameter for road design geometry & trafficability
Standard parameter
No Description Unit Remarks
Coal hauling road Pit mining road
1 Design speed km/hr 70 60
2 Lebar jalan m Min. 3.5 L Min. 3.5 L L : Lebar truk terbesar
3 Grade jalan % Max 3% Max 8%
4 Horizontal curve radius m Min. 50 m Min. 50 m
5 Super elevasi m Max 4% Max 5% Tikungan
6 Cross fall % Max 2%, shoulder 4-8% Max 5%, shoulder 4-8% Badan jalan
7 Sight distance m Min 200 m Min 80 m Jarak pandang (clear area)
8 Drainage % Min slope 1% Min slope 1% Kemiringan parit drainase
9 Kemiringan slope (cut) % 60% 60-70%
10 Tinggi jenjang m Max 10 m Max 6 m
11 Kemiringan slope (fill) % 45% 60%
12 Safety berm m Min 2/3D Min 2/3D D : Tinggi ban

Note : Outer diameter ban “Bridgestone” ukuran 27.00 R 49 tekanan 100 psi adalah 270 cm (kondisi ban baru)

Sumber : Mine Planning Training, jakarta, May 09-20th, 2005


Flow Chart Persiapan Lokasi Disposal

Survey Adaro • Lokasi disposal ditentukan oleh Adaro


• Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan lokasi disposal :
1. Aliran air (creek)
Konpensasi Adaro
2. Kondisi topografi lokasi
3. Unit dozer yang digunakan
Data topografi 4. Sequence penempatan OB Hard, clay, soil, lumpur, fine coal
5. Rencana volume overburden yang bisa ditampung per layer
6. Rencana drainase
Survey Buma 7. Penempatan gorong-gorong
8. Rencana perluasan disposal (lanjutan land clearing)
9. Rencana jalan utama
Cek lokasi

Land clearing

Stripping soil

Dumping overburden
Hubungan Pit Sequence dan Disposal Sequence
Sekuen penambangan di loading point harus diimbangi dengan sekuen penimbunan di disposal.
Pertimbangan-pertimbangan :
1. Maksimum strike line loading point – disposal adalah 2 km (site Adaro)
2. Match factor
3. Kondisi dan jenis material (keras, lunak, clay, lempung, pasir, sub soil, soil)
4. Kestabilan disposal
5. Pengaturan pengambilan OB dengan mempertimbangkan jarak loading point dan dumping point
6. kondisi jalan (lebar, grade, permukaan)
7. Volume disposal

Contoh Section Mine Sekuen


Dengan Mempertimbangkan Balance Material dan Balance Hauling Distance
Contoh Sequence Disposal

Jalan utama

Jalan untuk membentuk layer ke kiri


maupun ke kanan

Satu jalan utama dari awal hingga akhir disposal terbentuk


Jalan untuk membentuk layer demi layer dibuat jalan ke kiri dan ke kanan
Disposal

Patok toe & ketinggian Daerah potensi overfill

Cut&fill

2%

2%

Geometri disposal
Lebar = 12 m
Tinggi = 6 m
Slope = 30 º
Toleransi elevasi = 0.5-1 m
Kesalahan-kesalahan yand ditemui di daerah disposal yaitu :
1. Overfilll
2. Aturan penimbunan dan sequence tidak mengikuti SOP
3. Material belum disebar sudah ditimbun kembali
4. Tidak mengikuti rencana drainase disposall

Material clay Base disposal harus material keras


Untuk mendukung kestabilan disposal
Disposal Retak Fine coal

HW3A HW3

Urutan penempatan material di Fine coal diisolasi ditengah area


disposal harus per layer disposal untuk mencegah
material disposal melorot dan
Tumpukan OB harus dispread mencemari lingkungan
dan tidak diperbolehkan tumpukan
OB dumpingan ditimbun kembali
dengan OB dumpingan baru

Kestabilan dinding dan base


disposal harus dijaga unjuk
mencegah timbulnya retakan
Standard parameter for waste dump/disposal
No Description Unit Standard parameter Remarks
1 Lebar disposal m 2x(lebar truk terbesar+turning radius)xNL NL : Jumlah loading point
2 Face per layer m Tdisposal/Nlayer : 5 s/d 10 m Material normal, max 3 layer
3 Kemiringan permukaan % Max 2% Arah ke free face
4 Access road elevasi m +0.5 s/d 1 m
5 Lebar access road m 3.5L L : Lebar truk terbesar
6 Dozing % Max 60% total material Max jumlah 2 unit
7 Dump-bund wall m 1/3T T : Tinggi

Note : Outer diameter ban “Bridgestone” ukuran 27.00 R 49 tekanan 100 psi adalah 270 cm (kondisi ban baru)

Sumber : Mine Planning Training, jakarta, May 09-20th, 2005


Air yang masuk ke pit

Sump RA

Creek

Sump

Air tanah

Setlling pond
Sumber-sumber air yang masuk ke pit CT3

Air yang masuk ke sump :


1. Creek
2. Air tanah
3. Air hujan
4. Limpasan air sump RA
Isolasi Air Sebelum Menuju Sump
Isolasi air dekat loading point untuk mencegah air
melewati jalan OHT menuju loading point

Jika sequence penambangan selalu


memperhitungkan rencana drainase lokal maka
isolasi air dekat loading point tidak akan mengganggu
operasi hauling & loading untuk mengurangi waktu
maintenance front

Gorong-gorong digunakan untuk mengalirkan


air melewati badan jalan
Diameter gorong-gorong = 60-80 cm
Maintenance saluran air kurang optimal
Sistem Penyaliran Tambang
Elevasi Multiflo 48
Debit = 220 ltr/dtk

Aliran dari timur

Aliran dari barat

Coal berair karena


luapan sump

Elevasi sump 43 dan elevasi ujung hose 114


Geometri sump membentuk baji dimana base membentuk grade ke timur
Sump dan Multiflo

N5108;E8908 Elv 114

Dimensi sump
Panjang = 77 m
Lebar = 33 m
Tinggi = 3 m
Volume = 5082 m3

Debit = 200 ltr/dtk


Elevasi hose intake multiflo = 41 m
Elevasi ujung hose = 114 m
Catchment area = 61,35 ha
Curah hujan harian tertinggi = 86.7 mm (9 Maret 2003)
Panjang pipa = 300,5 m
Settling Pond

Pemotongan trap outlet antar kolam terlalu rendah


Selang pompa dari sump
dan terkikis oleh aliran air menyebabkan lumpur
mengalir bebas melimpas
Panjang = 50 m, lebar = 20 m, tinggi = 4 m
Volume = 4000 m3

Settling pond Parking bay

trap
Aliran Air Disposal HW3

Gorong-gorong

Isolasi air

Disposal HW3
Drainase Disposal

2%

Grade disposal tidak dikontrol untuk drainase sehingga


air terkumpul dijalan dan membuat jalan becek
Disposal HW3 :
Drainase disposal kurang terkontrol karena fungsi dozer hanya untuk meratakan timbunan material tanpa memperhati-
kan rencana drainase lokasi disposal.

Berdasarkan SOP, dozer mengangkat blade 2 % sambil mendorong material untuk membentuk windrow. Aliran air akan
Bergerak menuju frame dan turun ke layer berikutnya.

Slope tanggul terjaga dan tidak dikikis oleh aliran air. Base lokasi dumping tidak lunak karena air tidak terkumpul di frame
Produktivitas unit akan semakin baik jika :
1. Design mine plan memperhitungkan lebar kerja unit beroperasi untuk mencegah OHT
sulit manuver di loading point karena lokasi kerja sempit
2. Desain pengeboran harus diatur untuk mempertimbangkan lebar front kerja
3. Teknik penggalian dan pemuatan dari depan
4. Peningkatan supervisi operasional di lapangan akan meningkatkan produksi :
1. Interval kedatangan truk
2. Sequence pengambilan material
3. Teknik pemuatan
4. Posisi antrian truk di front kerja
5. Cara kerja dozer merapikan front kerja
6. Rencana drainase front kerja
5. Material hasil peledakan tidak keras
6. Jalan tambang diperlebar dan dirawat
7. Peningkatan skill & attitude Foreman dan Operator
Analisa Drilling & Blasting
Aktivitas Departemen Produksi Departemen Engineering Dahana
Persiapan
Pengeboran Penentuan lokasi drilling

Pengajuan lokasi blasting di low wall


Material overburden
Lithologi overburden
Pemasangan patok drill & blast
Geometri lokasi
Diameter bor, burden, spasi, depth
Pola titik bor
Powder factor
Peta pengeboran
Prepare lokasi pengeboran :
Persiapan unit dan man power
Pemindahan aktivitas dari lokasi
Dozing spoil
Maintenance grade
Pemasangan rambu drilling
Pemasangan titik drilling

Pengeboran Aturan pergerakan drilling Aturan pergerakan drilling


Pengontrolan kedalaman lubang Pengontrolan kedalaman lubang
drilling drilling
Penetrasi mesin drilling Penetrasi mesin drilling
Monitoring plan time to drill Monitoring plan time to drill
Informasi hole Informasi hole
Prepare lokasi drilling selanjutnya Prepare lokasi drilling selanjutnya
Design Pola Pengeboran Berdasarkan Formula R.L. Ash

Standard ANFO
Burden ratio standard (KB)std = 30 27.13
Average density rock = 160 lb/cuft 131.1147 lb/cuft
Detonation velocity (Ve) = 12000 fps 11100 fps
SG Explosive (SG) = 1.2 0.85

Diameter drill (ø) = 7.875 in


Burden (B) = 5.43 m
Subdrill (J) = 1.63 m (0.3)
Stemming (T) = 3.80 m (0.7)
Spacing (S) = 6.51 - 9.77 m (range : 1.2-1.8)
Depth (H) = 8.14 - 21.71 m (range : 1.5-4.0)

Kondisi aktual
Burden = 7 m
Spasi = 7 m
Depth = 9 m

Loading density ANFO = 23.2 kg/m (untuk diameter 7 7/8 in)


= 15.5 kg/m (untuk diameter 6 in)

SG sandstone = 2.15, UCS = 87 Mpa


Sumber : OMM Drill Tech D245S
Deviasi Volume
D245S D245S
Actual Perbedaan Perbedaan
No B (m) S (m) Depth (m) Vol No B (m) S (m) Actual Depth (m) Vol

1 7.60 6.80 4.20 50.8% 1 7.18 6.05 7.48 26.3%

2 7.10 7.00 7.20 18.9% 2 6.48 7.08 8.38 12.8%

3 7.00 7.00 7.20 20.0% 3 7.18 6.68 8.08 12.1%

4 7.00 7.00 8.10 10.0% 4 7.18 6.93 8.26 6.8%

5 7.00 6.70 7.20 23.4% 5 7.18 6.18 8.26 16.9%

6 7.00 7.00 7.77 13.7% 6 7.18 5.68 8.18 24.4%

7 7.00 7.00 7.97 11.4% 7 7.18 6.68 8.41 8.5%

8 7.00 7.00 7.57 15.9% 8 7.18 6.53 7.28 22.6%

9 7.00 7.00 7.87 12.6% 9 7.18 7.03 7.98 8.7%

10 7.00 7.00 7.57 15.9% 10 7.18 7.00 6.98 20.5%

11 7.00 7.00 8.37 7.0% 11 7.18 7.00 8.08 7.9%

Avg 7.06 6.95 7.37 18.1% 12 7.18 7.00 7.28 17.0%

Avg 7.12 6.65 7.89 15.4%

Perbedaan Target dan Aktual OB yang diledakkan

D245S ROC L 8
No B (m) S (m) Actual No B (m) S (m) Actual Perbedaan
Depth (m) Depth (m) Vol

1 5.40 4.40 5.20 1 6.00 6.00 5.80 3.3%

2 5.40 4.40 4.84 2 6.00 6.00 5.50 8.3%

3 5.40 4.40 5.70 3 6.00 6.00 5.40 10.0%

4 5.40 4.40 5.63 4 6.00 6.00 5.60 6.7%

5 5.50 3.80 5.76 5 6.00 6.00 5.70 5.0%

6 5.40 3.80 5.00 6 6.00 6.00 5.80 3.3%

7 4.40 4.00 5.20 7 6.00 6.00 5.60 6.7%

8 4.00 4.70 5.56 8 6.00 6.00 5.60 6.7%

9 4.90 4.70 4.80 9 6.00 6.00 5.68 5.3%

Avg 4.97 4.36 5.30 Avg 6.00 6.00 5.63 6.15%


Penetrasi Drill Tech D245S dan ROC L 8
Drill Tech D 245 S ROC L 8

Blok 106 91 91 92 106 92


Strip 56 47 47 50 56 51

Operator Muchriji Muchriji Aripinsyah Astaf Ario Rusli

Material Lempung pasir Lempung pasir Lempung pasir Lempung pasir Lempung pasir Lempung pasir

Average cycle time 0:15:14 0:09:30 0:07:33 0:03:39 0:09:44 0:04:12


Average depth 7.36 m 7.93 m 7.73 m 3.82 m 5.32 m 5.59 m

Penetrasi 0:02:45 0:01:36 0:01:18 0:01:16 0:02:26 0:01:00

Jumlah Handak Perlubang


Drill Tech D 245 S
Depth (m) Burden (m) Spasi (m) Volume (bcm) PF ANFO (kg) Stemming (m)
9 7 7 441 0.18-0.22 80-100 4.6-5.5
6 7 7 294 0.13-0.20 40-60 3.4-4.3
4 7 7 196 0.15-0.20 30-40 1.3-2.7
ROC L 8
Depth (m) Burden (m) Spasi (m) Volume (bcm) PF ANFO (kg) Stemming (m)
6 6 6 216 0.15-0.20 30-40 3.4-4.1
4 6 6 144 0.15 30.0 3.40
Drill Activities
Drilling Plan Estimated Time Time Drilling Plan Estimated Time Time

Masuk kerja 7:00:00 Masuk kerja 18:00:00


Prestart 0:15:00 7:15:00 Prestart 0:15:00 18:15:00
P2H 0:10:00 7:25:00 P2H 0:10:00 18:25:00
Prepare lokasi 0:20:00 7:45:00 Prepare lokasi
Pemasangan rambu drilling 0:05:00 7:50:00 Pemasangan rambu drilling
Pemasangan titik bor 0:05:00 7:55:00 Pemasangan titik bor
Mulai membor 7:55:00 Mulai membor 18:25:00
Stop membor 9:00:00 Stop membor 23:55:00
Prerest 0:05:00 0:00:00
Charging + Blasting + Rest 3:30:00 12:30:00 Rest 1:00:00 1:00:00
Late rest 0:10:00 1:10:00
Late rest 0:10:00 12:40:00
Prepare lokasi 0:20:00 13:00:00 Mulai membor 1:10:00
Pemasangan rambu drilling 0:05:00 13:05:00 Stop membor 6:50:00
Pemasangan titik bor 0:05:00 13:10:00 Preovershift 0:10:00 7:00:00
Mulai membor 13:10:00
Stop membor 17:20:00
Preovershift 0:10:00 17:30:00

Jumlah hole (Shift I) 26.9 holes Jumlah hole (Shift II) 57.3 holes
Grafik Jumlah Lubang vs Kedalaman Lubang Drill Tech D245S

No of Hole v s Depth-D245S-Pasir Lempung

190 189.4 Barat


Timur
170 168.4

153.9
150 151.5

136.8 137.8
No of hole

130
126.3
123.1
116.6
110 111.9
108.2
102.6 101
94.7 94.7
90 87.9 89.1
82.1 84.2
77
70 72.4
68.4

50
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5
Depth (m)
Aktivitas Departemen Produksi Departemen Engineering Dahana
Persiapan
Charging Pemasangan rambu blasting
Prepare jalan menuju lokasi blasting
Informasi drill & blast ke Dahana
Work order grader untuk menggeser
shelter, genset, tower lamp
Penggambaran desain peledakan
Distribusi Dahana Gel dan IHD
Cek wet & dry hole
Distribusi kondom
Penimbangan ANFO per hole
Pengisian ANFO ke hole
Stemming hole
Distribusi surface delay
Tie up
Penarikan wire cable ke shelter

Peledakan Road blocker


Peta road blocker
Clearing area
Pengecekan road blocker
Pemasangan inisiasi
Proses peledakan
Post blast check
Penandatangan dokumen handak
Cross Section Drilling & Blasting
B CB

FA

S
TB

BH
C

SD

1. Jika bit sudah menyentuh roof coal maka operator akan mengangkat rod
2. Untuk memperkecil toe burden, jarak crest burden adalah ½ burden (di lapangan bisa 1 m)
3. Panjang stemming menyesuaikan dengan sisa lubang yang tidak terisi ANFO
Date 24-04-05 25-04-05 26-04-05 27-04-05 28-04-05 29-04-05 30-04-05 01-05-05 02-05-05

Blok 107 107 91 99 92 91 93 107 93

Strip 54.5 56 49 50 49 44 50 52 50

Elevasi 112 111 96 N/A 99 96 54 106 82

RL 103 102 87 N/A 90 87 48 100 73

Burden (m) 7 7 7 7 7 7 6 5 7

Spacing (m) 7 7 7 7 7 7 6 5 7

Depth (m) 9 9 9 9 9 9 9

Number of Hole 36 56 106 37 113 86 108

Explosive per hole (kg) 80 80 80 80 80 90 90

PF (kg/bcm) 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18 0.20 0.20

Depth (m) 7 6 6 6 6

Number of Hole 12 6 9 37 97

Explosive per hole (kg) 60 60 50 50 30

PF (kg/bcm) 0.17 0.20 0.17 0.23 0.20

Depth (m) 4 4 4 4

Number of Hole 22 10 38 20

Explosive per hole (kg) 30 30 30 40

PF (kg/bcm) 0.15 0.15 0.21 0.20

Total Holes 48 62 106 59 132 86 172 189

Primer 84 118 212 89 245 172 172 297

Eldeto 1 1 1 1 1 1 2 2

Surface delay 17 ms 9m 15 8 22 33 0 19 74 9

25 ms 9m 33 10 15 27 125 15 15 45

67 ms 9m 48 45 69 0 7 52 83 135

In Hole Delay 500 ms 9m 48 62 107 60 133 86 172 190

500 ms 12 m

Volume (bcm) 19992 26460 46746 20629 54439 37926 13464 14550 69482
Pola Pergerakan D 245 S

Teras atas

Loading point
EX 2500-06

Teras bawah
OB Hard
Teras bawah
Tumpahan material blasting tidak
didozing dengan baik

Design Tie Up

Surface delay 17 ms atau 25 ms Control row 67 ms

Free Face
Free Face

Control row 67 ms

Pergerakan lemparan
Free Face
Posisi IP ditentukan oleh :
Free Face 1. Arah Freeface
2. Arah lemparan batuan
Surface delay 17 ms atau 25 ms 3. Tempat shelter yang memungkinkan
Hasil peledakan

Boulder keras Ngeplos Retakan antar lubang

Pola 6x6x4 dan 6x6x6 (Unit Drill = D245S). Surface delay 25 ms, control row 67 ms. Jumlah hole 40 dan Anfo per hole 30
dan 40 kg. Tgl : 30 April 2005 Lokasi IB blok 93 strip 50 Elv 54 to 48. PF1 = 0,23 kg/bcm, PF2 = 0,21 kg/bcm

Pola 7x7x9 (Unit drill = D245S). Surface delay 25 ms, control row 67 ms. Jumlah hole 66 dan Anfo per hole 90 kg
Tgl : 22 Mei 2005 Lokasi HW Blok 97 strip 51 Elv 80 to 71. PF = 0,20 kg/bcm

Pola 5x5x6 (Unit drill = ROC L 8). Surface delay 25 ms, control row 67 ms. Jumlah hole 97 dan Anfo per hole 30 kg
Tgl : 1 Mei 2005 Lokasi HW Blok 107 strip 52 Elv 106 to 100. PF = 0,20 kg/bcm
Permasalahan
Aktivitas Masalah Penyelesaian
Persiapan pengeboran Infromasi lokasi pengeboran dan pemasangan patok terlambat Survey lokasi pengeboran yang baru sudah selesai sebelum unit
berpindah tempat
Peminjaman dozer untuk preparasi area kadang-kadang sulit dan Dept produksi harus menjadwalkan dozer untuk preparasi lokasi sampai
pekerjaan preparasi kurang termonitor sehingga operator dozer benar-benar siap untuk dimasuki unit drill dan preparasi lokasi harus
kurang tahu cara dan arah dozer memindahkan spoil-spoil dimonitor FM
Informasi geometri pengeboran terlambat ke operator drill Sebelum membor, operator diberi tahu geometri pengeboran dan sketsa
geometri dan kedalaman lubang
Pengeboran Urutan pengeboran kadang tidak dimulai dari free face Starting point harus dari free face dan bergerak menjauhi free face.
Jumlah lubang bor dibatasi oleh kemampuan operasi dan man power Jumlah lubang bor harus diset jumlah maksimum untuk
Dahana memaksimalkan target pengeboran dan peledakan untuk mencegah
waktu moving A2B yang terlalu cepat
Kondisi hujan maka unit drill tidak bisa beroperasi Fan harus terlindungi supaya tidak dimasuki air hujan
Setelah pengeboran Operator drill belum tahu area lokasi drill yang baru dan preparasi FM harus memastikan ada area baru dan mulai di preparasi saat
lokasi belum dimulai pengeboran dilakukan untuk mencegah unit dan man power tidak
beroperasi
Pengisian ANFO Untuk lubang dengan air sedikit, lubang ditimbun dengan Harus memakai kondom untuk mencegah ANFO basah dan peledakan
memasukkan cutting ke air supaya air tersebut gagal
terserap cutting
Untuk lubang berair, kondom sulit dimasukkan dan untuk Pengunaan pompa sedot. Stemming menggunakan kerikil supaya saat
antisipasinya isian ANFO dikurangi. Stemming kurang padat stemming kerikil langsung masuk dan dipadatkan dengan stick
Permasalahan
Persiapan peledakan Moving A2B terlalu cepat sehingga mengurangi waktu produksi Moving A2B harus diset dan diinformasikan via CCR
Dozer dan operatornya sulit dicari posisinya dan kadang Mengontrol posisi dozer dan operatornya melalui FM produksi sebelum
operatornya tidak ada di unit tersebut istirahat
Map road blocker tidak ada Map road blocker harus ada untuk menjelaskan radius aman untuk unit
dan manusia, jumlah road blocker, posisi road
blocker, dan nama-nama road blocker
FT memasuki radius unit area Koordinasi dengan FM Fuel untuk pengisian solar supaya proses
peledakan tidak tertunda tetapi pengisian solar juga
bisa tetap berjalan
Peledakan Radio silent ch. Mining untuk proses peledakan terganggu Informasi FM D&B ke semua pengguna channel supaya tidak
menggunakan ch. Mining pada saat peledakan
Misfire Crew Dahana harus mengecek tie up, gun, dan wire line lebih teliti
untuk menghindari misfire dan mencegah loss time
Unit sarana, FT, Lub car memasuki radius peledakan Mobil road blocker melintang di jalan, pintu mobil terbuka, road blocker
harus keluar mobil dan berdiri dekat radio
sambil memonitor aktivitas
Mobil sarana untuk FM D&B rusak Koordinasi dengan FM Produksi lain untuk penggunaan unit sarana
Sirine untuk peledakan tidak ada Sirine harus disediakan dan penggunaan klakson seharusnya tidak
dipakai lagi. Informasi peledakan harus
diinformasikan ke semua channel untuk menghindari unit dan orang
memasuki area peledakan
Setelah Peledakan Evaluasi hasil peledakan tidak ada FM D&B, Supv Dept. Produksi harus mengevaluasi hasil peledakan
apakah berhasil atau tidak dengan mencatat dan
mendokumentasikan hasil peledakan dan memberi feed back ke Dept
Engineering dan Dahana
Tindak lanjut perbaikan dan analisa pengeboran dan peledakan Dept Engineering harus menganalisa proses pengeboran dan
tidak ada peledakan untuk optimasi operasi dan biaya.
Kedalaman Lubang Bor
Berdasarkan perhitungan volume peledakan,
kedalaman yang dipakai selalu 9 meter
padahal kondisi di lapangan kedalaman
lubang tidak sampai mencapai 9 m. Hal ini
disebabkan seluruh rod tidak bisa masuk
lubang karena dibatasi oleh attachment mast.

Kepadatan stemming
Stemming harus menggunakan stick untuk memadatkan material
stemming. Hal itu bertujuan untuk mencegah material stemming
terlempar ke udara pada saat peledakan. Jika material stemming
terlempar ke udara menunjukkan pengungkungan tekanan peledakan
tidak bagus dan sebagian besar energi yang dihasilkan akan lepas
ke udara (airblast)

Tanpa menggunakan stick Dengan menggunakan stick

Ngeplos & Backbreak


Ngeplos disebabkan oleh :
1. Stemming tidak padat
Ngeplos
2. Stemming length terlalu pendek

Back break disebabkan oleh :


1. Jarak lubang ledak ke rencana crest line terlalu dekat
2. Explosive terlalu banyak
3. Stemming terlalu banyak
Back break
Charging Lubang Berair

Untuk lubang basah akibat hujan atau karena air tanah maka kondom digunakan untuk mencegah air memasuki ANFO.
Pemompaan tidak dilakukan sehingga crew Dahana akan menekan kondom dengan menggunakan stick.
Air akan menekan balik kondom berisi ANFO dan memunculkannya kepermukaan. Kondisi ini menimbulkan pekerjaan
Stemming sulit dilakukan dan potensi lubang ngeplos akan lebih besar.

Crew Dahana akan mengeluarkankan sebagian isinya


Konsekuensi :
1. Jumlah ANFO berkurang = energi untuk meledakkan batuan akan berkurang
2. Fragmentasi besar atau hanya membentuk garis retak antar lubang
Material stemming tidak padat diindikasikan :
1. Waktu stemming hanya sebentar dan lubang sudah penuh
2. Material stemming sebagian berubah menjadi lumpur dan tidak bisa turun ke lubang
Loss Time Evakuasi Peledakan
Evakuasi
Tanggal Evakuasi Peledakan Durasi Peledakan Durasi Remarks

01-05-2005 14:45 17:30 2:45

02-05-2005

03-05-2005

04-05-2005 12:30 12:50 0:20

05-05-2005 12:30 13:05 0:35

06-05-2005 14:25 15:00 0:35

07-05-2005

08-05-2005 12:30 14:05 1:35

09-05-2005 12:30 13:15 0:45 Loss time dihilangkan


10-05-2005

11-05-2005

12-05-2005

13-05-2005 11:20 11:30 0:10 13:30 13:55 0:25

14-05-2005

15-05-2005 12:30 13:00 0:30

16-05-2005 12:30 13:00 0:30

17-05-2005 12:30 13:10 0:40 (+Grease)

18-05-2005 12:30 13:00 0:30

19-05-2005

20-05-2005

21-05-2005 11:35 12:00 0:25 12:30 13:30 1:00

22-05-2005 11:50 12:00 0:10 12:30 13:10 0:40

Total 9:30 2:05

Sumber loss time :


Prediksi waktu charging meleset karena tidak ada dasar estimasi data yang mendekati
Operator dozer tidak ditemukan untuk menggeser shelter
Waktu peledakan yang berbeda antara Buma dan RA
Radio tidak bagus sehingga komunikasi lambat
Misfire
Prerest
Laterest
Cycle Time Charging MMU Dahana
Waktu pengisian Durasi Manuver & Spotting Durasi Stemming Durasi

10:04:00 10:04:56 0:00:56 11:08:57 11:09:05 0:00:08 11:31:15 11:32:22 0:01:07

10:06:26 10:07:31 0:01:05 11:22:02 11:22:34 0:00:32 11:46:08 11:47:04 0:00:56

11:09:05 11:09:48 0:00:43 11:23:54 11:24:16 0:00:22 11:48:05 11:49:10 0:01:05

11:12:00 11:13:20 0:01:20 11:25:29 11:25:44 0:00:15 11:52:53 11:53:33 0:00:40

11:14:48 11:15:58 0:01:10 11:26:42 11:27:07 0:00:25 11:58:51 12:00:13 0:01:22

11:17:29 11:18:44 0:01:15 11:49:13 11:49:20 0:00:07 11:59:53 12:00:58 0:01:05

11:20:49 11:22:02 0:01:13 11:50:36 11:50:46 0:00:10 12:01:06 12:01:46 0:00:40

11:22:34 11:23:54 0:01:20 11:51:55 11:52:02 0:00:07 12:02:07 12:03:05 0:00:58

11:24:16 11:25:29 0:01:13 12:18:27 12:18:35 0:00:08 12:04:40 12:05:28 0:00:48

11:25:44 11:26:42 0:00:58 Rata-rata 0:00:15 12:12:09 12:13:46 0:01:37

11:27:07 11:28:20 0:01:13 12:14:53 12:16:00 0:01:07

11:34:02 11:35:12 0:01:10 12:17:25 12:18:02 0:00:37

11:37:15 11:38:24 0:01:09 12:18:35 12:19:37 0:01:02

Rata-rata 0:01:08 12:19:45 12:20:27 0:00:42

12:21:09 12:22:23 0:01:14

12:22:18 12:23:07 0:00:49

Rata-rata 0:00:59

Cycle time untuk pengisian sebuah lubang = 0:02:22 = 2.36 menit


Kecepatan pengeluaran ANFO = 38.1 kg/menit
Jumlah lubang yang bisa diisi per jam = 25.4 lubang
Note : Cycle time ini belum termasuk waktu manuver antar row
Kondisi pengamatan lapangan :
1. Lokasi cukup datar dan bersih dari spoill
2. Jarak antar lubang 7 meter
3. Kedalaman lubang 9 meter
4. Jumlah ANFO per lubang 90 kg
5. Stemming dibantu dengan stick untuk memadatkan material stemming dalam lubang
Material Hasil Peledakan Keras
Digging time EX 2500-06 hasil peledakan tgl 21 Mei 2005 No Digging time

Burden =7m 1 9.16 detik


Spasi =7m 2 9.60 detik
Depth =9m 3 9.75 detik
Blok = 97.24 4 9.84 detik
Elevasi = 71 m
5 9.93 detik
Jarak loading point ke dumping point = 1.900 meter
6 10.02 detik
PF = 0.2 kg/bcm
7 10.72 detik
Dari pengamatan lapangan diperoleh digging time 8 10.94 detik
material blasting adalah 12.75 detik. Digging time
9 11.34 detik
ini hampir sama dengan pengamatan digging time
10 11.37 detik
di CT3 tanggal 7 April 2005 dengan material lempung
pasiran hasil peledakan, dimana digging timenya 11 12.57 detik

adalah 11.6 detik. 12 12.88 detik


13 13.17 detik
14 13.22 detik
15 14.06 detik
16 14.44 detik
17 15.53 detik
18 16.40 detik
19 17.31 detik
20 17.56 detik
21 17.97 detik
Average 12.75 detik
Pengamatan Waktu STB EX 2500-06

Mulai Selesai Durasi Waktu stand by EX 2500-06 dalam waktu pengamatan = 00:24:21
Waktu pengamatan = 08:35:00-10:07:34 = 01:32:34
8:39:10 8:41:11 0:02:01
Persentase waktu EX 2500-06 stand by adalah 26.3%
8:42:38 8:43:02 0:00:24
8:48:55 8:50:11 0:01:16 Berdasarkan data MCC :
Jumlah OHT yang digunakan adalah 5 unit yaitu OHT 19, 11, 12, 15, 21
8:52:13 8:53:21 0:01:08
Ritasi jam 07.00-08.00 = 13, menggunakan 5 unit OHT
8:54:52 8:57:11 0:02:19 Mulai 07.30 karena safety talk
8:58:30 8:59:09 0:00:39 Ritasi jam 08.00-09.00 = 25
Menggunakan 5 unit OHT
9:00:34 9:03:10 0:02:36
Ritasi jam 09.00-10.00 = 21
9:06:11 9:09:52 0:03:41 Menggunakan 4 unit OHT (OHT 15 masuk W/S)
9:15:53 9:18:04 0:02:11 Ritasi jam 10.00-11.00 = 22
Menggunakan 5 unit
9:19:06 9:22:57 0:03:51
Ritasi jam 11.00-12.00 = 19
9:30:24 9:32:39 0:02:15 Menggunakan 5 unit (stop jam 11.44, moving untuk peledakan)
9:34:18 9:34:53 0:00:35 Ritasi jam 12.30-13.00 = 2
Menggunakan 5 unit (mulai jam 12.53, blasting selesai jam 12.35)
10:06:09 10:07:34 0:01:25
Ritasi jam 13.00-14.00 = 23
Menggunakan 5 unit
Ritasi jam 14.00-15.00 = 21
Menggunakan 5 unit
Ritasi jam 15.00-16.00 = 22
Menggunakan 5 unit

Produktivitas tidak tercapai bukan hanya disebabkan oleh material hasil peledakan keras tetapi juga
Disebabkan manajemen pengaturan unit di jalur loading point – disposal seperti interval kedatangan
OHT/HD di loading point untuk mengoptimalkan produktivitas alat.
Inventory Peledakan
Tujuan :
• Inventory untuk mengetahui volume material yang diledakkan dengan volume yang tertambang (OB recovery)
• Mengetahui lebar, panjang, kedalaman penggalian alat muat sesuai dengan lebar, panjang, kedalaman pengeboran
• Mengetahui setiap saat jumlah overburden yang sudah tertambang
• Mencegah deviasi kedalaman pengeboran
• Mencegah terjadinya over lap pengeboran
• Memberikan informasi ke dept produksi kedalaman penggalian yang harus diturunkan lagi
• Mencegah terjadinya overcut atau undercut
Kedalaman Pengeboran Tahap I

Elv 84

9m
12 m

3m
RL 72

Daerah potensi over cut/under cut

Daerah potensi over cut/under cut


Kedalaman Pengeboran Tahap II
RL 60
Target dan operasi drill masih bisa ditingkatkan dengan cara :
• Lokasi drill baru sudah diprepare sebelum drilling selesai untuk mencegah loss time akibat lokasi tidak ada atau
belum di prepare
• Operasional drilling dikontrol dengan membuat drilling plan target
• Loss time working hour unit drill dihilangkan dengan memperkirakan waktu charging
• Operasi drill tetap berjalan untuk kondisi hujan

Hasil peledakan bisa ditingkatkan dengan cara :


• Lubang distemming dengan padat untuk mencegah lubang ngeplos
• Informasi lubang saat membor menjadi masukan untuk menentukan jumlah explosive
• Lubang basah harus dipompa untuk menambah explosive didalam lubang

Operasional peledakan bisa ditingkatkan dengan cara :


• Prepare lokasi lebih baik untuk memudahkan operasi MMU di lokasi peledakan
• Kecepatan pengeluaran ANFO dari MMU dioptimalkan untuk mempercepat operasi charging
• Pembuatan blasting inventory
• Monitor pekerjaan stemming ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas stemming

Saran :
• Untuk optimasi fragmentasi, harus dilakukan trial & error design drill & blast sehingga diperoleh dimensi
fragmentasi yang mengoptimalkan produktivitas unit alat muat
• Gunakan pompa legra untuk lubang berair untuk memaksimalkan jumlah handak yang masuk ke dalam
lubang
• Analisa energi factor untuk membandingkan energi explosive dengan kekuatan batuan

Você também pode gostar