Você está na página 1de 14

Mochamad Gerindo Dwi Aqsho

PRMT-2017-004
Menurut Deutsche Industrie Normen (DIN)
dalam Harsono dkk (1991), las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang
dilakukan dalam keadaan lumer atau cair. Lingkup
penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi
sangat luas, meliputi perkapalan,
jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat,
pipa saluran, kendaraan rel dan lain sebagainya.
Selain untuk pembuatan, proses pengelasan juga
digunakan untuk reparasi atau perbaikan.
Study ini dilakukan untuk mengetahui jenis/metode
pengelasan yang lebih baik antara las busur listrk dengan las
gesek dimana masing masing metode mempunyai parameter –
parameter tersendiri agar memperoleh hasil yang maksimal.

Las gesek: Durasi gesek, tekanan gesek dan tekanan tempa.


Las busur listrik : Down hand position, horizontal position,
vertical position, dan over head position. Pengelasan
dilakukan dengan las SMAW dengan menggunakan kampuh
single V, single U dan single J serta lapisan las sebanyak 3 lapis
(single V, single U dan single J) dan 4 lapis (single V dan single
U).
Kekuatan tarik tertinggi diperoleh pada parameter (90 detik,
tekanan gesek 18 MPa, dan tekanan tempa 53 Mpa) yaitu sebesar
730 Mpa dengan lokasi patahan di logam induk (BM).
Kekuatan tarik terendah diperoleh pada parameter (50 detik,
tekanan gesek 6 Mpa, dan tekanan tempa 24 Mpa) yaitusebesar
282 Mpa dengan lokasi patahan di logam las.

Dari semua nilai kekuatan tarik posisi pengelasan, kekuatan tarik


hasil pengelasan arah beban longitudinal lebih tinggi
(±100N/mm2) dari kekuatan tarik hasil pengelasan arah beban
transversal. Hal ini dikarenakan pada arah beban transversal, gaya
tarik pada pengujian yang diberikan murni kepada logam las.
Sedangkan pada arah beban longitudinal, gaya tarik diberikan
kepada logam las dan logam induk baja AISI 1045 yang
mempunyai kekuatan tarik (502,40 N/mm2) yang lebih besar dari
kekuatan tarik logam las (± 380N/mm2).

Você também pode gostar