Bank Syariah Mandiri (BSM) siap menampung dana repatriasi program tax amnesty hingga Rp 10 triliun dan menawarkan produk investasi syariah seperti Mudharabah Muqayyadah. BSM akan memaksimalkan 54 outlet prioritas dan 525 cabang untuk menerima dana tersebut. Alternatif investasi lainnya adalah akad Mudharabah yang mengatur bagi hasil dan tanggung jawab pengelola dana.
Bank Syariah Mandiri (BSM) siap menampung dana repatriasi program tax amnesty hingga Rp 10 triliun dan menawarkan produk investasi syariah seperti Mudharabah Muqayyadah. BSM akan memaksimalkan 54 outlet prioritas dan 525 cabang untuk menerima dana tersebut. Alternatif investasi lainnya adalah akad Mudharabah yang mengatur bagi hasil dan tanggung jawab pengelola dana.
Bank Syariah Mandiri (BSM) siap menampung dana repatriasi program tax amnesty hingga Rp 10 triliun dan menawarkan produk investasi syariah seperti Mudharabah Muqayyadah. BSM akan memaksimalkan 54 outlet prioritas dan 525 cabang untuk menerima dana tersebut. Alternatif investasi lainnya adalah akad Mudharabah yang mengatur bagi hasil dan tanggung jawab pengelola dana.
com, Jakarta - Bank Syariah Mandiri (BSM) siap menampung dana
repatriasi dari program pengampunan pajak (tax amnesty) sekitar Rp 10 triliun. Perusahaan merupakan satu-satunya bank syariah yang ditunjuk Pemerintah untuk bank persepsi penampung dana hasil repatriasi. Direktur Utama BSM Agus Sudiarto, menyatakan selain sosialisasi, manajemen BSM telah menyiapkan infrastruktur yang dapat mengakomodasi kebutuhan Wajib Pajak (WP) dalam menempatkan dana repatriasi. "Kami siap menampung dana hingga Rp 10 triliun. Karena saat ini sudah ada beberapa WP bersedia menempatkan dananya di BSM," ujar Agus dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu (24/7/2016).
Agus menuturkan, perusahaan telah menyiapkan produk-produk syariah yang tidak
dimiliki bank konvensional. Sementara untuk instrumen investasi lain di pasar modal dan asuransi, BSM dapat bersinergi dengan grup Mandiri, baik Mandiri Investasi, Mandiri Sekuritas dan Axa Mandiri. Selain dengan grup Mandiri, BSM juga bersinergi dengan BNP Paribas. Perusahaan mempunyai produk MMOB, yaitu mudharabah muqayyadah, saat shahibul mal (investor) dapat menempatkan sejumlah dana di bank untuk diinvestasikan pada instrumen investasi dengan akad mudharabah. Periode pengampunan pajak terbilang singkat, yakni hanya 9 bulan. Program itu hingga 31 Maret 2017, dan BSM akan memaksimalkan kantor cabang dalam menerima repatriasi dan setoran tebusan. BSM menyiapkan 54 outlet Priority Banking yang tersebar di area Aceh, Batam, Medan, Pekanbaru, Pematang Siantar, Jambi, Palembang, Bekasi, Bogor dan Jakarta sebagai touch point layanan amnesti pajak, khususnya menerima dana repatriasi hasil tax amnesty tax amnesty dan didukung oleh 525 kantor cabang serta kantor cabang pembantu yang dapat menerima setoran tebusan. Bank Syariah Mandiri sudah menandatangani kesediaan sebagai bank persepsi penerima dana repatriasi dengan Menteri Keuangan pada Senin lalu. BSM merupakan satu-satunya bank syariah yang telah masuk Buku III dan memiliki salah satu dari tiga persyaratan yakni sebagai bank pengelola rekening dana nasabah. Secara istilah bahasa pengertian repatriasi adalah proses kembali seseorang "secara sukarela atau secara paksa" untuk nya tempat asal atau kewarganegaraan. Istilah repatriasi adalah adopsi dari bahasa inggris repatriation. Pajak bukanlah lembaga atau badan hukum pertama yang menggunakan istilah repatriasi, perbankan telah sejak lama menggunakan istilah repatriasi. Dalam dunia perbankan pengertian repatriasi adalah pengembalian modal yang disimpan di kantor bank luar negeri atau cabang bank di luar negeri ke bank negara asal; apabila pengembatian tersebut dalam satuan mata uang asing, kemungkinan pengembalian modal akan terhambat oleh ketentuan pengendalian mata uang asing pada suatu negara. Sehingga konteks harta repatriasi disini ialah mengalihkan Harta ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Solusi investasi dana repatriasi program Tax Amnesty yang ditawarkan oleh Bank Syariah Mandiri (BSM) diantaranya: Pertama, Bank Syariah Mandiri menawarkan produk-produk syariah yang tidak dimiliki bank konvensional. Bank Mandiri Syariah mempunyai produk MMOB, yaitu mudharabah muqayyadah, saat shahibul mal (investor) dapat nantinya menempatkan sejumlah dana di bank untuk diinvestasikan pada instrumen investasi dengan akad mudharabah. Kedua, BSM akan memaksimalkan kantor cabang dalam menerima repatriasi dan setoran tebusan. BSM menyiapkan 54 outlet Priority Banking yang tersebar di area Aceh, Batam, Medan, Pekanbaru, Pematang Siantar, Jambi, Palembang, Bekasi, Bogor dan Jakarta sebagai touch point layanan amnesti pajak, khususnya menerima dana repatriasi hasil tax amnesty dan didukung oleh 525 kantor cabang serta kantor cabang pembantu yang dapat menerima setoran tebusan. Menurut kami alternatif solusi yang diambil selain apa yang telah ditawarkan oleh pihak Bank Syariah Mandiri yaitu pengoptimalan produk-produk syariah yaitu tentang mudharabah muqayyadah. Dimana akad mudharabah muqayyadah itu sendiri yaitu kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola, keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
Manfaat dari Mudharabah ini adalah Bank akan
menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat Akad Mudharabah harus bejalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’ah dimana si pengelola harus menjalankan usahanya dengan rasa tanggung jawab yang tinggi, sesuai dengan prisip Syari’ah dan berupaya agar usahanya tidak terjadi kerugian. Kerugian bisa di akibatkan oleh beberapa hal: 1) Disebabkan oleh resiko bisnis; 2) Disebabkan oleh musibah atau bencana alam 3) Disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan oleh sipengelola. Apabila kerugian terjadi disebabkan oleh resiko bisnis dan bencana alam maka atas kerugian tersebut ditanggung sepenuhnya oleh si pemilik modal tetapi kalau kerugian itu terjadi disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang sengaja dilakukan oleh sipengelola maka, atas segala kerugian itu harus ditanggung oleh si mudharib sepenuhnya dan modal yang diberikan harus dikembalikan oleh mudharib sepenuhnya. Oleh karena itu untuk memperkecil kesempatan terjadinya kerugian yang disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan oleh mudharib atau sipengelola maka, shahibul mal harus dapat membuat aturan atau peringatan yang dapat mengurangi kesempatan mudharib untuk melakukan tindakan yang merugikan.