Você está na página 1de 18

OFFERING GG

KELOMPOK 7:
Reni R. (150422607385)
Revina A. (150422605339)
Rofiqi A. (150422606006)
Silsilatul I. R. S. (150422607912)
Siti Antika S. (150422606746)
POKOK –POKOK PEMBAHASAN
Pengertian Etika
Diskriminasi Pekerjaan Tingkat Diskriminasi
dan Sifat Diskriminasi

Diskriminasi : Utilitas
Tindakan Afirmatif
Hak, dan Keadilan

Contoh Kasus dan


Analisis
Pengertian Etika Diskriminasi Pekerjaan
• Menurut (Munawir dalam Marwanto, 2007) Etika merupakan suatu prinsip moral dan
perbuatan yang menjadi landasan atau pedoman bagaimana seseorang bertindak atau
bertingkah laku sehingga apa yang dlakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan
terpuji untuk meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang.
• Diskriminasi merupakan adalah membedakan satu objek dari objek lainya, yang merupakan
suatu tindakan yang secara moral adalah netral dan tidak dapat disalahkan. Sedangkan dalam
pengertian modern, istilah ini secara moral tidak netral, karena mengacu pada tindakan yang
membedakan seseorang dengan orang lain bukan berdasarkan keunggulan yang dimiliki, namun
berdasarkan prasangka atau berdasarkan sikap-sikap yang secara moral tercela.
• Tindakan diskriminasi pekerjaan berarti membuat keputusan yang merugikan pegawai atau
calon pegawai yang merupakan anggota kelompok tertentu karena adanya prasangka yang
secara moral tidak dibenarkan terhadap kelompok tersebut.
Diskriminasi dalam ketenagakerjaan
melibatkan 3 elemen dasar
Keputusan yang Keputusan yang dambil
merugikan seorang berdasarkan prasangka
karena bukan didasarkan rasial atau seksual,
pada kemampuan yang stereotipe yang salah,
dimiliki atau sikap lain

Keputusan yang memiliki


pengaruh negatif atau
merugikan pada
kepentingan-
kepentingan pegawai
Tindakan yang
Tindakan yang tidak
sengaja dilakukan
sengaja dan tidak
namun tidak
terinstitusionalisasi
terinstitusionalisasi

Tindakan yang
Tindakan yang tidak
sengaja dilakukan
sengaja tetapi
dan
terinstitusionalisasi
terinstitusionalisasi
3 Perbandingan untuk Membuktikan Distribusi
suatu Kelompok dalam Institusi

Perbandingan Pengahasilan Rata-Rata

Perbandingan Kelompok Penghasilan Terendah

Perbandingan Pekerjaan yang Diminati


Diskriminasi: Utilitas, Hak, dan Keadilan
Argumen utilitarian
menyatakan bahwa
diskriminasi mengarahkan
pada penggunaan sumber
daya manusia secara tidak Argumen hak, menyatakan
efisien bahwa diskriminasi
melanggar hak asasi
manusia
Argumen keadilan,
menyatakan bahwa
diskriminasi mengakibatkan
munculnya perbedaan
distribusi keuntungan dan
beban masyarakat
Praktik Diskriminasi

Pelecehan Seksual

Di Luar Ras dan Jenis Kelamin: Kelompok Lain


Tindakan Afirmatif
Tindakan Afirmatif
Tindakan Afirmatif Sebagai Instrumen
Sebagai untuk Mencapai
Kompensasi Tujuan Sosial

Penerapan Gaji yang


Tindakan Afirmatif Sebanding untuk
dan Penanganan Pekerjaan yang
Keberagaman Sebanding
GENDER & PEKERJAAN : DISKRIMINASI TERHADAP TKW DALAM PROSES MIGRASI
Perempuan bernama Sofi merupakan tenaga kerja wanita yang mengikuti proses migrasi sebagai syarat untuk
bekerja diluar negeri. Alasan sofi menjadi TKW untuk memperbaiki ekonomi keluarganya. Suami yang bekerja sebagai
buruh pabrik pengolahan kayu. Sofi hanya ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan sambilan apa pun. Keinginan
untuk merubah nasib dan merasa bertanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan ekonomi untuk masa depan
anaknya, maka ia memutuskan untuk merantau keluar negeri. Sofi mendatangi PJTKI di kawasan terminal lama
Wonosobo untuk mendaftar sebagai TKI di luar negeri. Selain menjamin semua proses keberangkatan cuma-cuma,
sponsor juga menjanjikan pemberian uang saku bila ia bersedia untuk bergabung. Namun kenyataan uang saku yang
dijanjikan tidak pernah ia dapatkan kemudian. Selain itu, sofi harus menandatangani pernyataan kesediaan potong gaji
dan kesanggupan membayar ganti rugi jika pulang sebelum kontrak yang ditentukan. Serta tidak lupa harus
menyerahkan dokumen-dokumen asli sebagai syarat keberangkatan.
Setelah semua syarat terpenuhi, tiga bulan sofi harus menunggu di tempat penampungan untuk menjalani masa training.
Penampungan tersebut berupa rumah yang dihuni oleh 400 calon TKW. Selama tinggal disana, Sofi mengaku kekurangan makanan dan
susah untuk keluar rumah. Selain mengikuti masa training, calon TKW harus menjalani pemeriksaan kesehatan seperti pengambilan
sampel darah, urine, pemeriksaan fisik, dan foto rontgen. Selama menjalani pemeriksaan, sofi disuruh telanjang bulat dan semua bagian
tubuhnya diraba dan dipegang-pegang oleh petugas laki-laki. Jadwal harian yang harus dikerjakan sofi yaitu ia harus bangun pukul 05.00
dan tidur pukul 01.00 – 02.00 dini hari, menunggu majikan pulang dari berjualan. Ia juga tidak diperbolehkan menulis surat apalagi
memegang HP. Sehari-hari sofi tidak mendapat makanan yang cukup dari majikannya, dan hanya mendapat gaji 2,5 dolar sehari yaitu
harga yang sama dengan membeli sebungkus nasi.Karena keadaan seperti itu, akhirnya sofi hanya bertahan dalam dua minggu dan
akhirnya dipulangkan ke agen oleh majikannya tanpa di bayar upah selama bekerja. Sofi juga mendapat marah dan hukuman dari agen
karena tidak dapat bekerja sesuai kontrak yang ditentukan.Setelah ia mendapatkan agen, kemudian sofi diantar kerumah majikannya.
Beberapa bulan kemudian sofi mendapat majikan baru. Seorang bapak paruh baya yang tinggal bersama istri, dua orang anak berumur
15 dan 13 tahun, serta seorang nenek. Pekerjaan sofi cukup banyak yaitu merawat orang tua atau nenek yang sudah lumpuh. Tetapi
majikan perempuan tidak suka kehadiran sofi karena merasa cemburu terhadapnya hingga Sofi dikatakan sebagai perempuan
penggoda.Akhirnya sofi kembali ke daerah asal dan hanya mendapat setengah gaji dari pekerjaannya.
Dunia kerja menjadi salah satu kebiasaan diskriminatif bagi pekerja perempuan. Bentuk-bentuk diskriminasi bagi
wanita dalam hubungan kerja atau hubungan industrial sangat luas sekali lingkup spektrumnya, sejak seseorang belum bekerja
sampai purna kerja (Syamsuddin, M Syaufii. 2004: 89-96). Hal tersebut mengakibatkan perempuan mengalami ketidakadilan
gender dalam hubungan pekerjaan. Karena pada kenyataannya, kaum laki-laki mudah dalam mencari kerja dan hampir tidak
mengalami diskriminasi yang datang dari dunia kerja atau perusahaan. Gender dipahami sebagai pembeda antara perempuan
dan laki-laki. (Trisakti Handayani, 2001). Diskriminasi yang menimpa kaum perempuan memunculkan persepsi bahwa
perempuan dilahirkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang jauh lebih terbatas jumlahnya dengan status pekerjaan
rendah dengan imbalan upah/gaji yang rendah pula.

Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam bentuk diskriminasi seperti marginalisasi, subordinasi, stereotipe,
kekerasan, dan beban kerja. Bentuk manifestasi ketidakadilan ini adalah dalam mempersepsi, memberi nilai serta dalam
pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan:
Marginalisasi
Marginalisasi dipahami sebagai pemiskinan atau diskriminasi terhadap kaum perempuan dari dunia kerja dan sektor publik lainnya, sebagai akibat dari
pemaknaan gender yang menyudutkan kaum perempuan dengan sifat pembawaannya yang dinilai tidak sebanding dengan laki-laki.
Jika dikaitkan dengan kasus diatas maka :
• Sofi tidak mendapat atau hanya sebagian upah yang diberikan oleh majikannya selama bekerja.
• Sofi harus menandatangani pernyataan kesediaan potong gaji dan kesanggupan membayar ganti rugi jika pulang sebelum kontrak yang ditentukan.

Subordinasi
Subordinasi dipahami sebagai anggapan konstruktif dari masyarakat yang menempatkan perempuan dalam posisi lemah dan dibawah laki-laki, terutama
dalam pekerjaan.
Dari hal tersebut maka subordinasi yang muncul yaitu sebagai berkut :
• Suara atau pendapat Sofi sering kali tidak di dengar oleh para petugas yang mengawasi saat masa training berlangsung.

Stereotipe
Stereotype yaitu pelabelan atau cap atau stigma terhadap seseorang, kelompok, atau jenis pekerjaan tertentu.
Maka hal-hal yang berkaitan dengan stereotipe yaitu sebagai berikut :
• Majikan perempuan mengatakan Sofi sebagai perempuan penggoda, karena majikan laki-laki atau suaminya mencoba menggoda sofi karena
kecantikan yang dimiliki.
• Pekerjaan sebagai TKW dikatakan sebagai pekerjaan yang tidak halal.
Kekerasan
Kekerasan adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang.
Kekerasan yang muncul di dalam kasus tersebut yaitu :
• Mendapat marah dan hukuman dari agen TKI karena tidak dapat bekerja sepenuhnya sesuai waktu kontrak yang ditentukan.
• Perlakuan majikan perempuan yang sangat semena-mena kepada sofi, membuatnya tertekan dan memilih untuk keluar.
• Karena pekerjaannya sebagai TKW Sofi mendapat hinaan dan cibiran yang datang dari tetangga dan keluarga suaminya.
• Dalam perjalanan pulang, Sofi dihentikan oleh preman untuk diminta uang dalam jumlah yang tidak sedikit.
• Merasa tidak nyaman saat mengikuti masa training karena banyak larangan kepada para pekerja. Seperti kekurangan makanan, larangan untuk
keluar rumah, dan larangan bertelephone dengan keluarga
• Pelecehan seksual kepada Sofi saat menjalani pemeriksaan kesehatan, ia diminta telanjang bulat dan dipegang bagian-bagian tubuhnya.

Beban Kerja
Permasalahan beban kerja yang lebih berat ini menyangkut masalah dua peran perempuan dalam sektor domestik dan sektor publik.
Jika dikaitkan dengan kasus, maka adanya beban kerja sebagai berikut :
• Selain sebagai ibu rumah tangga, sofi juga harus bekerja mencari nafkah untuk keperluan ekonomi keluarganya. Walaupun dia berada di luar
negeri, namun setelah kembali dia juga harus kembali bekerja di sektor domestik.
Adapun solusi yang dapat diberikan sesuai kasus yaitu sebagai berikut :
◦ Pemerintah seharusnya membuat Peraturan-peraturan yang menetapkan adanya tindak pidana kepada
seseorang yang melakukan diskriminasi kepada para pekerja. Khususnya terhadap pekerja perempuan.
◦ Pemerintah menerapkan UU yang menegaskan bahwa setiap pekerja harus digaji sesuai dengan ketentuan yang
belaku.
◦ Perusahaan atau PJTKI harus mempersiapkan serta memberikan layanan yang baik lebih agar bisa
mensejahterakan para TKW.
◦ PJTKI lebih menyediakan tempat tinggal yang layak untuk para calon TKW yang menjalani masa training.
◦ Para pekerja perempuan yang mendapatkan diskriminasi, hendaknya melaporkan segala permasalahan pada
pemimpin PJTKI agar tidak terulang kembali.
◦ Perusahaan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi perempuan untuk memperoleh pendidikan dan
pelatihan yang lebih tinggi untuk mengurangi kesenjangan antar gender.
◦ Menyediakan banyak lapangan kerja yang diminati dan dikuasai para perempuan untuk mensejahterakan
kehidupnya.
Peran utama pemerintah adalah membuat peraturan-peraturan yang mengatur penghapusan
diskriminasi terhadap pekerja wanita tersebut. Seperti pasal 5 dan 6 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 yang
mengatakan bahwa dalam dunia kerja basicly tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pasal 81
Undang-undang No. 13 tahun 2003 yang mengatakan bahwa pekerja wanita dalam masa haid terdapat
dysmenorrhoea dan memberitahu pada perusahaan tidak wajib bekerja pada hari 1 dan 2 dalam masa haid.
Selain itu pemerintah dapat meminimilisasikan deskriminasi itu dengan cara :
- Melakukan pembinaan terhadap Tenaga Kerja Wanita.
- Penempatan dan pekerjaan yang tepat bagi Tenaga Kerja Wanita.
- Perlindungan bagi Tenaga Kerja Wanita dan penyediaan fasilitas yang diperlukan.
- Mengembangkan motivasi khusus kewanitaan.
Kebijakan Hukum Melarang Diskriminasi
Undang-undang dasar kita yang dirumuskan tahun 1945 sejak semula telah mencantumkan dalam pasal 27(1) bahwa semua orang
mempunyai kedudukanyang sama di muka hukum. Kebijakan menghapus diskriminasi terhadap wanita bertujuan untuk (antara
lain,mengutip beberapa butir di bawah ini)

◦ membuat peraturan perundang-undangan yang tepat dan peraturan lainya termasuk sangsi-sangsinya dimana perlu melarang semua
diskriminasi terhadap wanita.

◦ Menegakkan perlindungan hukum terhadap hak-hak wanita atas dasar yang sama dengan kaum pria dan untuk menjamin melalui
pengadilan nasional yang kompeten dan badan-badan pemerintah lainnya.

◦ Tidak melakukan suatu tindakan atau praktek diskriminasi terhadap wanita dan untuk menjamin bahwa pejabat-pejabat terhadap
wanita , dan untuk menjamin bahwa pejabat-pejabat pemerintah dan lembaga-lembaga Negara akan bertindak sesuai dengan
kewajiban ini.

◦ Membuat peraturan-peraturan yang tepat untuk mengubah dan menghapuskan undang-undang, peraturan-peraturan, kebiasaan-
kebiasaan dan praktek-praktek yang ada, yang merupakan diskriminasi terhadap wanita.
KELOMPOK 7

Você também pode gostar