Você está na página 1de 44

• TOTAL KEMATIAN AIDS TERCATAT: 3.

679
• TOTAL KASUS AIDS ANAK: 615
• KASUS AIDS PADA IBU RT: 2.963 (17% dari Total
AIDS)
• ODHA YANG MINUM ARV: 79%

Sumber Data: SIHA Dinkes Jatim s/d Des 2016


: 1- 500  17 Kab/ Kota

: > 500 – 1000  8 Kab/ Kota

: > 1000  13 Kab/ Kota


Sumber Data: SIHA Dinkes Jatim s/d Des 2016
TREN KENAIKAN JUMLAH KASUS HIV YANG DITEMUKAN PER TAHUN DAN
JUMLAH LAYANAN KONSELING DAN TES HIV (KTHIV)
DI JAWA TIMUR TAHUN 2011 - 2016

Sumber Data: SIHA Dinkes Jatim s/d Des 2016


Permenkes No. 21 Tahun 2013
PERMENKES 21 TAHUN 2013
Upaya Perluasan Konseling dan Tes HIV.
 Peningkatan diagnosis dini
melalui penawaran tes HIV melalui Tes dan Konseling Inisiatif
Petugas(TKIP/PITC), sehingga orang yang terinfeksi HIV dapat se gera
mendapatkan akses layanan
 Agar dianjurkan tes HIV kepada semua :
1. Ibu hamil di daerah dengan prevalensi HIV tinggi
2. Pasien Infeksi Menular Seksual (IMS)
3. Pasangan ODHA
4. Pasien TB; Pasien Hepatitis
5. Warga binaan Lapas/Rutan
6. Pada populasi kunci dan orang yang masih berperilaku berisiko agar
dilakukan tes
7. HIV ulang (retesting) minimal setiap 6 bulan sekali
PERMENKES 21 TAHUN 2013
Upaya, Perawatan, Dukungan dan Pengobatan:
 Penilaian dalam akreditasi
Puskesmas dan Rumah Sakit memasukkan layanan HIVAIDS sebagai
bagian dari standar Pelayanan di RS
 Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/kota agar segera
memperluas pelaksanaan Layanan Komprehensif
Berkesinambungan(LKB) dan menerapkan SE PPIA
 Inisiasi dini ART
tanpa melihat nilai CD4, dapat diberikan kepada Ibu Hamil
HIV(+),pasien koinfeksi TB, LSL,pasien koinfeksi Hepatitis B dan
C, WPS, Penasun, ODHA yg pasangan tetapnya memiliki status HIV
(-) &tidak menggunakan kondom secara konsisten.
Diharapkan Pemerintah Daerah/Rumah Sakit dapat membebaskan
biaya untuk pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan Rapid
Test HIV, Viral Load, dan pemeriksaan CD4 guna memudahkan akses
ODHA untuk pengobatan ARV.
DEFINISI Sindrom
• AIDS adalah kumpulan gejala atau penyakit yang
disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV (human infeksi
immunodeficiency virus) yang termasuk famili
retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari
infeksi HIV (sudoyo dkk, 2009).
aids
PATOGENESIS
PATOGENESIS
TES HIV
•Konseling dan tes HIV sukarela (KTS-VCT = voluntary
counseling & testing).
•Tes hiv dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan
(ktip – pitc = provider-initiated testing and counseling)
PEMERIKSAAN LAB HIV STRATEGI III

•MENGGUNAKAN 3 REAGEN YANG BERBEDA


•URUTAN

SESUAI REKOMENDASI NASIONAL
REAGEN 1  SENSITIFITAS MINIMAL 99%
• REAGEN 2  SPESIFISITAS MINIMAL 98%
• REAGEN 3  SPESIFISITAS MINIMAL 99%

•SEMUA REAGEN SUDAH DIKAJI OLEH LAB RUJUKAN NASIONAL


GEJALA DAN TANDA KLINIS YANG PATUT DIDUGA INFEKSI HIV
Keadaan Umum
- Kehilanan berat badan > 10% dari berat badan dasar
- Demam (terus menerus atau intermiten, temperatur oral > 37,50C) yang lebih dari satu bulan
- Diare (terus-menerus atau intermiten) yang lebih dari satu bulan
- Limfadenopati
Kulit
- PPE* dan kulit kering yang luas* merupakan dugaan kuat infeksi HIV. Beberapa kelainan seperti
kulit genital (genital warts), folikulitis dan psoriasis sering terjadi pada ODHA tapi tidak selalu
terkait dengan HIV.
Infeksi
Infeksi Jamur - Kandidiasis oral*; Dermatitis Seboroik*; Kandidiasis vagina berulang

Infeksi viral - Herpes zoster (berulang atau melibatkan lebih dari satu dermatom)*
- Herpes genital berulang; Moluskum kontangiosum; Kondiloma

Gangguan Pernapasan - Batuk lebih dari satu bulan; Sesak napas


- Tuberkulosis; Pneumonia berulang
- Sinusitis kronis atau berulang
Gangguan Neurologis - Nyeri kepala yang semakin parah (terus menerus dan tidak jelas
penyebabnya)
- Kejang demam
- Menurunnya fungsi kognitif
LABORATORIUM
TES HIV

A1 A2

A3

ELISA
Hasil Interpretasi Tindak Lanjut

A1 (-) Non reaktif - Bila yakin tidak ada faktor resiko dan atau perilaku beresiko
Atau dilakukan LEBIH DARI tiga bulan sebelumnya maka pasien diberi
Á1 (-) A2 (-) A3 (-) konseling cara menjaga tetap negatif
- Bila belum yakin ada tidaknya faktor resiko dan atau perilaku
beresiko dilakukan DALAM tiga bulan terakhir maka dianjurkan
untuk TES ULANG dalam 1 bulan

Á1 (+) A2 (+) A3 (-) Indeterminate Ulang tes dalam 1 bulan


Atau Konseling cara menjaga agar tetap negatif ke depannya
Á1 (+) A2 (-) A3 (-)

Á1 (+) A2 (+) A3 (+) Reaktif atau positif Lakukan konseling hasil tes positif dan rujuk untuk mwndapatkan paket
pelayanan PDP
DIAGNOSIS HIV TEGAK 1. Menentukan apakah pasien
sudah memenuhi syarat
Rujuk ke untuk terapi antiretroviral;
layanan PDP 2. Menilai status supresi imun
pasien;
3. Menentukan infeksi
Penilaian
oportunistik yang pernah
virologi
Penilaian dan sedang terjadi; dan
imunologis 4. Menentukan paduan obat
yang akan digunakan
Stadium
klinis
1. STADIUM KLINIS
2. PEMERIKSAAN LAB
- Darah lengkap* - Tes kehamilan (perempuan usia reprodukstif
- Jumlah CD4* dan perluanamnesis mens terakhir)
- Sgot / sgpt* - PAP smear / IFA-IMS untuk menyingkirkan
- Kreatinin serum* adanya ca cervix yang pada ODHA bisa
- Urinalisa* bersifat progresif)
- Hbsag* - Jumlah virus / viral load RNA HIV** dalam
- Anti-hcv (untuk ODHA IDU atau dengan plasma (bila tersedia dan bila pasien
riwayat IDU) mampu)
- Profil lipid serum
- Gula darah
- VDRL/TPHA/PRP
- Ronsen dada (utamanya bila curiga ada
infeksi paru)
• Infeksi oportunistik (IO) pada
ODHA dapat dicegah dengan
pemberian pengobatan
profilaksis
• Pengobatan pencegahan
kotrimoksasol (PPK)
PENGOBATAN
PENCEGAHAN
KOTRIMOKSASOL
DEFINISI
• Penatalaksanaan odha terdiri atas beberap jenis, yaitu
1. Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat
antiretroviral (ARV)
2. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker
yang menyertai infeksi HIV seperti jamur, tuberkulosis, hepatis,
toksoplasma, sarkoma kaposi, limfoma, kanker serviks
3. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang
lebih baik dan pengobatan pendukung lain.
MEMULAI ARV
• Paling penting : pasien harus sudah siap ; hambatan terhadap kepatuhan berobat
seumur hidup harus sudah dapat diatasi
• Sebelum mulai ARV perlu dilakukan :
1. konseling tentang ARV dan kepatuhan berobat
2. menilai ada tidaknya hambatan terhadap kepatuhan
3. risiko toksisitas jangka pendek dan panjang
4. penilaian awal laboratorium : CD4 dan viral load ( bila memungkinkan ), darah
lengkap, profil lipid, gula darah, fungsi hepar/ginjal
MEMULAI ARV
- Pasien dengan jumlah CD4 <350 sel/mm3
tanpa stadium klinisnya.
- Semua pasien dengan TB aktif, ibu hamil
dan koinfeksi Hepatitis B tanpa

Ada pmx
memandang jumlah CD4.

CD4
Tdk ada Penilaian
Klinis
pmx CD4
Prinsip memulai ARV:
• Paduan obat ARV harus menggunakan 3 jenis obat yang terserap dan
berada dalam dosis terapeutik. Prinsip tersebut untuk menjamin
efektivitas penggunaan obat.
• Membantu pasien agar patuh minum obat antara lain dengan
mendekatkan akses pelayanan arv .
• Menjaga kesinambungan ketersediaan obat arv dengan menerapkan
manajemen logistik yang baik.
MACAM ARV


Zidovudin
Stafudine
NtRTI • Nevirapine
PI


Lamivudine
Didanosine • Tenofovir • Efavirenz Lopinavir
• Abacavir
• Emtricitabine

NRTI NNRTI
ZIDOVUDINE (AZT)
dOSIS 250-300 mg/12 jam
Efek samping Supresi SUMTUL (anemia)
N Intoleransi gastrointestinal

R
STAVUDINE (d4T)
Dosis 30 mg / 12 jam

T Efek samping Neuropati perifer


Laktat asidosis
I Pankreatitis
DIDANOSIN (ddI)
Dosis 250 mg (BB < 60) & 400mg (BB>60) single dose/24
jam
Efek samping Golongan “d”
Pankreatitis; Neuropati
Asidosis laktat dengan steatosis hepatis
LAMIVUDINE (3TC)
Dosis 150 mg /12jam atau 300 mg /24

N
jam
Efek samping Toksisitas rendah
R ABACAVIR (ABC)

T Dosis
Efek Samping
300 mg /12 jam 600mg/24 jam
Hipersensitivitas
I Gangguan pernafasan
Kontraindikasi dengan Nevirapine
Emtricitabine (FTC)
Dosis 200 mg /24 jam
Efek samping Turunan dari 3TC
NEVIRAPINE (NVP)
Dosis 200 mg/24 jam slm 14 hari, 200mg/12 jam
Efek samping Dose dependent
N Hepatotoksik
Steven Johnson Sindrom
N Alergi
EFAVIRENZ (EFV)
R Dosis 600 mg single dose 24 jam malam hari
T Efek samping Gejala SSP
Peningkatan kadar transamine
I Ginekomasti
Hiperlipidemia
Ruam Kulit
Teratogen
TENOFOVIR (TDF)
N Dosis 300 mg/24 JAM
t Efek Samping Insufisiensi fungsi Ginjal
Sindrom Faconi
R Astenia
Sakit Kepala
T Diare, muntah, kembung,
I Osteomalasia

Lopinavir (LPV)

P Dosis
Efek samping
200mg+50mg ritonavir
DM
I Hipercholesterolemi
Intoleransi GIT
ANJURAN PEMILIHAN OBAT ARV LINI PERTAMA
PADUAN LINI PERTAMA PADA ORANG DEWASA YANG BELUM PERNAH
MENDAPAT TERAPI ARV ( TREATMENT – NAÏVE) :
PADUAN OBAT ARV YANG TIDAK DIANJURKAN
PEMANTAUAN PASIEN DALAM TERAPI ARV
• Pada M 2, 4, 8, 12 dan 24 minggu sejak memulai terapi ARV dan setiap 6 bulan
Klinis

• CD4
• Hb
• Kimia Darah (fungsi Hepar, Fungsi Ginjal)
Laboratoris • GDA
• Asam laktat
• Viral load

CD4 • Ada peningkatan


KEGAGALAN ARV
• VL < 400c/ml dlm 24 mg
• VL < 50 c/ml dlm 48 mg
Virologis • VL > 50c/ml setelah VL < 50 c/ml (pengukuran berurutan)

• CD4 meningkat 25-50 cell/mm3 dlm 1 tahun


imunologis

• Terjadinya gejala HIV > 3 bln setelah dimulainya ARV


klinis
PENCEGAHAN
1. Pendidikan KESPRO pada remaja dan dewasa muda
2. Penyuluhan sebaya untuk berbagai kelompok sasaran
3. Kerjasama dengan media cetak dan elektronik
4. Pencegahan penggunaan narkotik
5. Pendidikan agama
6. Pengobatan ims
7. Promosi kondom untuk pelacur
8. Pelatihan ketrampilan hidup
9. Pengadaan tes HIV dan konseling
10.Pengobatan dan dukungan untuk odha
11.Pencegahan ibu ke balita
PROFILAKSIS PASCA PAJANAN

• PENGERTIAN : PENGOBATAN PROFILAKSIS PASCA PAJANAN DI TEMPAT KERJA.


• PROFILAKSIS INI DAPAT MENGURANGI RESIKO INFEKSI HINGGA 79%
• RESIKO PENULARAN HIV MELALUI JARUM SUNTIK ADALAH KURANG DARI 1 %.
• PPP JUGA DAPAT DIGUNAKAN PADA KASUS PEMERKOSAAN, ATAU KEADAAN PECAH KONDOM PADA
PASANGAN SUAMI ISTRI
• WAKTU TERBAIK ADALAH DIBERIKAN SEBELUM 4 JAM DAN MAKSIMAL DALAM 48-72 JAM SETELAH
KEJADIAN
• PADUAN YANG DIANJURKAN ADALAH AZT+3TC+EFV ATAU AZT+3TC+LPV/LOPINAFIR
• ARV DIBERIKAN SELAMA SATU BULAN
• PERLU DILAKUKAN TEST HIV SEBELUM MEMULAI TERAPI, JIKA HASILNYA REAKTIF MAKA TIDAK
DIPERLUKAN PENGOBATAN PPP
• PERLU DILAKUKAN PEMANTAUAN EFEK SAMPING OBAT
• PERLU DILAKUKAN TEST HIV DALAM 3 BULAN DAN 6 BULAN KEMUDIAN
• PPP TIDAK MENJAMIN 100% PASCA PAJANAN, TIDAK TERINFEKSI HIV, MAKA PENCEGAHAN TERBAIK
ADALAH MELAKSANAKAN KEWASPADAAN STANDAR PADA SEMUA PASIEN
TERIMA KASIH

Você também pode gostar