Você está na página 1de 54

KOMUNIKASI EFEKTIF

DENGAN MODEL SBAR


DAN HUKUM REACH
Dasar Hukum (1)
• UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit:
- Pasal 2 (asas dan tujuan)  RS
diselenggarakan berasaskan Pancasila dan
didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika
dan profesional, manfaat, keadilan,
persamaan hak & anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan
pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
- Pasal 3 ayat b (tujuan)  memberikan
perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat, lingkungan RS dan SDM di RS.
- Pasal 29 ayat b  memberi pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi, & efektif dgn mengutamakan
kepentingan pasien sesuai standar pelayanan
rumah sakit.
Dasar Hukum (2)
• UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
- Pasal 2  Praktik kedokteran dilaksanakan
berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah
…….. Serta perlindungan dan keselamatan pasien.

- Standar Akreditasi Rumah Sakit  KARS


- RSUP M Djamil Padang Telah Melaksanakan
Akreditasi 16 Pelayanan & Akan Mempersiapkan
Akreditasi Versi Baru (JCI)
Tahun 2000 Institute of Medicine (IOM) di Amerika
Serikat menerbitkan laporan yang dilakukan
di rumah sakit di Utah dan Colorado ditemukan
Kejadian Tidak Diduga (KTD) sebesar 2,9% dan
6,6% diantaranya meninggal, sedangkan di
rumah sakit yang ada di New York ditemukan
3,7% kejadian KTD dan 13,6% diantaranya
meninggal.
Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat
inap di seluruh Amerika Serikat yang berjumlah
33,6 juta per tahun berkisar 44.000 sampai
98.000 dilaporkan meninggal setiap tahunnya
dan kesalahan medis menempati urutan
kedelapan penyebab kematian di Amerika
Serikat.
Standar akreditasi RS 2012 SKP.2 / JCI
IPSG.2

mensyaratkan agar rumah sakit


menyusun cara komunikasi yang
efektif, tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas, dan dapat dipahami penerima.

Hal itu untuk mengurangi kesalahan


dan menghasilkan perbaikan
keselamatan pasien.
Bentuk komunikasi
yang rawan kesalahan

instruksi untuk
penatalaksanaan pasien
yang diberikan secara lisan
atau melalui telepon

pelaporan hasil tes abnormal,


misalnya petugas laboratorium
menelepon ke ruang perawatan
untuk melaporkan hasil tes
pasien
Komunikasi efektif, yang tepat
waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
yang dipahami oleh pasien, akan Komunikasi dapat berbentuk
mengurangi kesalahan, dan
menghasilkan peningkatan
elektronik, lisan, atau tertulis
keselamatan pasien Maksud
dan
•Komunikasi yang mudah Tujuan Komunikasi yang mudah
terjadi kesalahan yang lain SKP.II terjadi kesalahan
adalah pelaporan kembali hasil kebanyakan terjadi pada
pemeriksaan kritis, seperti saat perintah diberikan
melaporkan hasil laboratorium secara lisan atau melalui
klinik cito melalui telpon ke telpon
unit pelayanan.
)
Kolaborasi Kebijakan Rumah Sakit
(kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan telepon)

mencatat / (memasukkan ke
komputer) perintah secara
lengkap atau hasil
pemeriksaan oleh penerima
perintah

kemudian penerima
perintah membacakan mengkonfirmasi bahwa
kembali (read back) apa yang sudah
perintah atau hasil dituliskan dan dibaca
pemeriksaan; ulang adalah akurat
•Kebijakan dan/atau prosedur
pengidentifikasian juga menjelaskan
bahwa diperbolehkan tidak melakukan
pembacaan kembali (read back) bila
tidak memungkinkan seperti :
di kamar operasi dan situasi gawat
darurat di IGD atau ICU
Latar belakang

Keselamatan pasien telah menjadi isu dunia yang


perlu mendapat perhatian bagi sistem pelayanan
kesehatan.
Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar
dari pelayanan kesehatan yang memandang
bahwa keselamatan merupakan hak bagi setiap
pasien dalam menerima pelayanan kesehatan.

World Health Organization (WHO) Collaborating Center


for Patient Safety Solutions bekerjasama dengan Joint
Commision International (JCI) pada tahun 2005 telah
memasukan masalah keselamatan pasien dengan
menerbitkan enam program kegiatan keselamatan pasien
dan sembilan panduan/solusi keselamatan pasien di
rumah sakit pada tahun 2007 (WHO, 2007).
6 IPSG ( VERSI JCI, 2011 )

• Identifikasi pasien • Memastikan benar lokasi


Goal dengan tepat operasi, benar prosedur,
Goal dan benar pasien
1. 4.

• Meningkatkan • Mengurangi Resiko


Goal komunikasi efektif infeksi terkait dengan
Goal pelayanan kesehatan
2.
5.

• Meningkatkan
keamanan obat-obat • Mengurangi resiko
Goal dengan kewaspadaan bahaya akibat pasien
3. tinggi Goal jatuh
6.
PENDAHULUAN
 Banyak KTD di RS disebabkan
karena masalah komunikasi
termasuk di Bagian
Keperawatan.

 Data dari hasil RCA salah satu


RS di Amerika :
 65% sentinel event ,
 90% penyebabnya adalah
komunikasi
 50% terjadi pada saat serah
terima informasi pasien.
( JCI, Journal on Quality and
Patient Safety, Vol.32,
March 2006 )
RIWAYAT PENGEMBANGAN SBAR (1)

• Awalnya digunakan di
beberapa perusahaan industri
berat, perusahaan kapal selam
nuklir, angkatan laut, dan
perusahaan penerbangan di
Amerika.

Saving our country


• Kecelakaan pesawat akibat
masalah komunikasi dapat
dikurangi dengan penggunaan
metode SBAR
RIWAYAT PENGEMBANGAN SBAR (2)
• Di bidang kesehatan:
– Dikembangkan
pertama kali pada
tahun 2002 oleh
Michael Leonard,
M.D., Koordinator Saving our patients

Medis untuk Patient


Safety bekerja sama
dengan Doug Bonacum
dan Suzanne Graham
di Kaiser Permanente,
Colorado
Implementasi SBAR di SHLV
• Mulai Juni 2009
• Tujuan & Sasaran
– Memastikan komunikasi efektif
dan efisien saat serah terima
pasien.

– Monitoring & evaluasi


implementasi SBAR
Critical Result
Daftar singkatan
Value/ nilai-
baku yang tidak
nilai
boleh
pemeriksaan
digunakan.
yang kritis

“ Hand-off
“ Read back “. communications

ELEMEN
SASARAN
READ BACK
KEBIJAKAN DASAR SPO
Setiap order secara lisan atau 1. Mengembangkan kebijakan dan
melalui telepon atau prosedur yang mengarahkan pada
keakuratan komunikasi lisan atau
melaporkan hasil-hasil melalui telepon.
pemeriksaan dengan nilai yang 2. Orang yang menerima informasi
kritis, maka yang memberikan atau order, mencatat kelengkapan
order harus memverifikasi order atau hasil pemeriksaan atau
kelengkapan order tersebut menginput ke dalam komputer.
dengan meminta pada penerima 3. Orang yang menerima informasi
order untuk membacakan atau order membacakan kembali atau
“ read back “ secara lengkap.
kembali atau "read back"
4. Orang yang memberikan order
kelengkapan order tersebut. mengkonfirmasi kembali informasi
atau order tersebut
SINGKATAN BAKU YANG TIDAK BOLEH
DIGUNAKAN
STANDAR DASAR SPO
RS harus membakukan daftar Menetapkan dan
singkatan, akronim, simbol, mengimplementasikan daftar
dan penandaan dosis yang singkataan baku, akronim,
tidak boleh digunakan di simbol-simbol dan penandaaan
seluruh bagian RS dosis yang tidak boleh
digunakan di seluruh bagian
RS dan menggunakannya pada
semua pendokumentasian
baik secara manual maupun
dengan komputer.
Contoh :
The Joint Commissions”Do Not Use” Abbreviation list
PEMERIKSAAN DAN HASIL YANG KRITIS
( CRITICAL RESULT VALUE )
STANDAR DASAR SPO
RS menetapkan kebijakan untuk 1. Ada ketetapan jenis pemeriksaan kritis, hasil
dan nilai yang kritis.
mengukur, menilai, dan bila 2. Ada ketetapan lama waktu ( timeliness ):
diperlukan mengambil tindakan 1. Antara order diberikan dan pelaporan
hasil baik normal maupun abnormal.
untuk meningkatkan ketepatan ( dari staf laboratorium )
waktu pelaporan dan penerimaan
hasil/ nilai-nilai pemeriksaan yang 2. Pelaporan hasil-hasil pemeriksaan rutin
dengan nilai-nlai abnormal atau kritis (
kritis oleh orang yang kompeten oleh perawat )
dan bertanggung jawab 3. Sejak adanya/ diterimanya hasil dan nilai
pemeriksaan yang kritis sampai diterima
oleh dokter yang bertanggung jawab

3. Adanya monitoring data ketepatan waktu


pelaporan hasil dan nilai yang kritis :
1. Pengumpulan data
2. Menilai/ analisa data
3. Menetapkan upaya-upaya peningkatan (
bila dibutuhkan )
4. Menetapkan tindakan yang tepat untuk
meningkatkan ketepatan pelaporan
5. Mengukur efektivitas tindakan
Situation Background

Assessment Recommendation

(SBAR)
SBAR Adalah Alat Komunikasi Dalam
Melakukan Identifikasi Terhadap Pasien
Sehingga Mampu Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Antara Perawat
Dan Dokter
Kegagalan komunikasi menyebabkan
kesalahan dalam pelayanan kepada pasien

(Leonard, 2004)
• Dokter lebih memperhatikan karena informasi
yang ringkas
• Perawat bekerja lebih cepat
• Mengkomunikasikan masalah dengan jelas
• Memberi kesempatan
menyampaikan saran kolaborasi
Acronym SBAR adalah
S – Situation : Apa yang terjadi dengan
pasien ?
B – Background: Hal-hal apa yang
melatarbelakangi kondisi klinis pasien ?
A – Assessment: Saya pikir apakah
problemnya ?
R – Recommendation: apa yang akan
saya lakukan untuk memperbaiki
kondisi itu ?
FORMAT PENDOKUMENTASIAN MODEL
SBAR UNTUK SERAH TERIMA ANTAR SHIFT

• Diagnosa Medis
S • Masalah Keperawatan

• Sign and symptome dari masing-masing masalah keperawatan:


• Data subjektif
B • Data Objektif

• Analisa dari data-data yang ada di background ( B ) sesuai masalah


keperawatan
• Mengacu kepada tujuan dan kriteria hasil masing-masing diagnosa
A keperawatan.

• Intervensi mandiri/ kolaborasi yang prioritas dikerjakan


• Hal-hal khusus yang harus menjadi perhatian
R
MODEL SBAR
SEBAGAI STRATEGI UNTUK
MENINGKATKAN KOMUNIKASI
EFEKTIF SAAT SERAH TERIMA
INFORMASI PASIEN

MENINGKATKAN PATIENT SAFETY


HAND OFF COMMUNICATIONS
( Komunikasi Serah terima pasien antar
perawat dan/staf medis )

RS mengimplementasikan
pendekatan yang standar/
baku untuk “ Metode
komunikasi serah terima
informasi kesehatan
pasien “.
Serah Terima Informasi Kesehatan
Pasien
( Hand-off )
 Serah terima terjadi kapanpun pada saat ada
pengalihan tanggung jawab pasien dari satu
tenaga kesehatan kepada yang lain.

 Tujuan:
 Untuk menyediakan informasi secara akurat,
tepat waktu tentang rencana keperawatan,
pengobatan, kondisi terkini, dan perubahan
kondisi pasien yang baru saja terjadi ataupun
yang dapat di prediksi selanjutnya
Serah terima informasi pasien di RS
 Antar perawat antar
shift
 Pengalihan tanggung
jawab dari dokter
kepada perawat
 Pengalihan tanggung
jawab dokter on-call
 Pengalihan tanggung
jawab sementara, mis:
saat istirahat makan.
 Antar perawat antar
ruangan
CONTOH PENULISAN SBAR
S: Anak post op hari 1 dengan Craniotomi removal e.c Astrocitoma post pemasangan Vp
Shunt
Masalah keperawatan :
– Gangguan perfusi jaringan Cerebral
– Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
– Resiko infeksi
– Resiko gangguan keseimbangan cairan : kurang
B: Ibu pasien mengatakan anak cendrung tidur , ubun-ubun tampak cekung , refleks
menghisap kurang, tidak ada muntah . Breast feeding hanya 20 ml. Feeding susu 8x 50ml.
GCS; E 3 M 5 V menangis, pupil 2/2 reaksi positif, suhu 37.3°C, RR 24 x/mnt, Ronchi
dikedua lapang paru, HR 144x/mnt. BAB tidak ada, hasil PA belum ada. Sedang terpasang
D5i/4 NaCl/12 jam. BB 5.8Kg

A: Perfusi jaringan serebral belum adekuat pasen masih cenderung tidur. Tidak ada tanda-
tanda peningkatan TIK, slem masih banyak, batuk tidak efektif, tanda-tanda infeksi tidak
ditemukan
R: Monitor status neurologi dan tanda-tanda peningkatan TIK
Gunakan tehnik a/anti septic dalam merawat luka.
Observasi balance cairan
Kaji dan monitor status pernafasan
Follow up dan diskusikan hasil PA
FORMULIR SBAR
(SITUASTION, BACKGROUND, ASSESMENT, RECOMENDATION)

Tanggal/Jam: Yang Melapor: Penerima Laporan: Saksi:

................... ..................... .............................. ...............


Hukum Komunikasi “REACH”
• Respect (sikap menghargai)
• Empathy (kemampuan mendengar)
• Audible (dapat didengarkan atau
dimengerti dengan baik)
• Clarity (jelas)
• Humble (rendah hati)
Hukum Komunikasi “REACH”
Respect
(sikap
menghargai)

Empathy
Humble
(kemampuan
(rendah hati)
mendengar)

Audible (dapat
didengarkan
Clarity (jelas)
atau dimengerti
dengan baik)
• Jika kita membangun
komunikasi dengan
respect rasa dan sikap saling
menghargai dan
• Berarti rasa menghormati, maka
hormat & saling kita dapat
menghargai membangun
• Jika kita bahkan harus kerjasama yang
orang lain. Pada
mengkritik atau menghasilkan sinergi.
prinsipnya,
memarahi seseorang, Selanjutnya, hal ini
manusia ingin
maka lakukan dengan akan meningkatkan
dihargai dan
penuh respek terhadap efektifitas kinerja kita
dianggap baik sebagai individu
harga diri dan
penting maupun secara
kebanggaaan
seseorang. keseluruhan sebagai
sebuah tim
respect
respect
“Empathy”

Adalah kemampuan
kita untuk
menempatkan diri kita
pada situasi atau
kondisi yang dihadapi
oleh orang lain
Salah satu prasyarat utama
dalam memiliki sikap
empati adalah kemampuan
kita untuk mendengarkan
atau mengerti terlebih dulu
sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain.
audible Bermakna antara audible Dalam
lain: dapat
didengarkan atau komunikasi
dimengerti dengan
baik
personal, hal
ini berarti
Jika empati berarti kita bahwa pesan
harus mendengar
terlebih dahulu
disampaikan
ataupun mampu dengan cara
menerima umpan atau sikap
balik dengan baik,
maka audible berarti yang dapat
pesan yang kita diterima oleh
sampaikan dapat
diterima oleh
penerima
penerima pesan pesan.
pesan harus
dapat maka hukum keempat
dimengerti yang terkait dengan
itu adalah kejelasan
dengan baik dari pesan itu sendiri
sehingga tidak
menimbulkan multi
interpretasi atau
berbagai penafsiran
yang berlainan

clarity
Berarti rendah hati

Prinsip kelima dalam membangun


komunikasi yang efektif adalah sikap
rendah hati

Sikap ini merupakan unsur yang


terkait dengan prinsip pertama.
Untuk membangun rasa menghargai
orang lain biasanya didasari oleh
sikap rendah hati yang kita milik
STANDAR PROSEDUR OPERSIONAL
( SPO )
MONITORING DAN EVALUASI

 Dengan cara Audit


 Kuesioner kepada staf
 Observasi pelaksanaan dan
kelengkapan pendokumentasian
INDIKATOR KLINIK DAN PARAMETER
PENGUKURAN
Cara Audit Indikator Pengukuran Kriteria Sukses

Numerator Denominator

Kuesioner Staf Total staf Total staf Semua staf yang diaudit
yang diaudit yang diaudit mampu menjawab
mampu prosedur read back
menjawab secara lengkap dan benar
kuesioner (100%)
prosedur
read back
secara
lengkap dan
benar
INDIKATOR KLINIK DAN PARAMETER
PENGUKURAN
Cara Audit Indikator Pengukuran Kriteria Sukses

Numerator Denominator

Observasi Total rekam Total rekam Semua rekam medis


Pelaksanaan medis yang medis yang yang diaudit
diaudit diaudit menunjukan prosedur
menunjukan read back secara
dokumentas lengkap dan benar
i prosedur (100%)
read back
secara
lengkap dan
benar
Elemen Penilaian SKP.II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon
atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh
penerima perintah
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil
pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap oleh
penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil
pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui
telepon secara konsisten.
KESIMPULAN
 Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima
informasi dapat mengurangi kesalahan dan
meningkatkan keselamatan pasien.

 RS harus mengembangkan kebijakan dan


prosedur terkait secara kolaborasi dan
koordinasi antar bagian,
mengimplementasikannya kedalam praktek
sehari-hari, memonitor kepatuhan staf
terhadap SOP, mengevaluasi, dan menindak
lanjuti bersama jika ditemukan
ketidaksesuaian dengan kebijakan dan
prosedur yang berlaku ( siklus PDCA )
TERIMA
KASIH

Você também pode gostar