Você está na página 1de 31

Ir. Mohammad Sholichin MT., Ph.

D
Website. www.water.lecture.ub.ac.id
email : sholichin67@gmail.com
 Aliran air tanah bisa merupakan satu atau lebih
dari sub-sistem dan tidak lagi tertutup, karena
sistem tertutup itu dipotong pada suatu bagian
tertentu dari seluruh sistem aliran.
 Transportasi aliran di luar bagian aliran air tanah
merupakan masukan dan keluaran dari sub
sistem aliran air tanah tersebut.
 Demikian pula aliran air permukaan dapat
merupakan satu atau lebih dari subsistem dan
tidak lagi tertutup, karena sistem tertutup itu
dipotong pada suatu bagian tertentu dari
seluruLuh sistem aliran
Tipe hujan menurut Mason (1975) ada
beberapa jenis hujan, antara lain:
1. Hujan konvektif
Merupakan tipe hujan untuk daerah
tropis, yang disebabkan oleh naiknya
udara yang lebih padat dan dingin.
Hujan konvektif sangat berubah-ubah
dan intensitasuya dapat bervariasi dari
hujan yang ringan sarnpai hujan yang
deras. (Mason' 1975)
2.Hujan Orografik
 Merupakan hujan yang dihasilkan dari
penggangkatan mekanis di atas rintang
rintang pegunungan, misalnya hujan di
bagian Barat P. Sumatra atau Selatan P. Jawa.
(Mason' 1975)
3. Hujan siklonik
Merupakan hujan yang dihasilkan dari
pergerakan massa udara dari daerah
bertekanan tinggi, ke daerah bertekanan
rendah. Perbedaan tekanan ini disebabkan
oleh pemanasan yang tidak sama dari
permukaan bumi.
Hujan siklonik dapat frontal maupun non
frontal. Hujan frontal dihasilkan dari
pengangkatan udara panas ke as udara
dingin, pada lajur pertemuan antara massa
udara yang mempunyai karakteristik
berbeda.
Menurut Mason (1975), bentuk-bentuk
presipitasi antara lain:
1. Gerimis
Ialah tetes cair air yang tipis dengan diameter < 0,5 mm,
intensitas <
I mm/jarn.

2. Hujan
Tetes cair air dengan diameter > 0,5 mm. Curah hujan umumnya
disebut dalam 3 intensitas yaitu :
Ringan : intensitas sampai 2,5 mrn/jarn;
Sedang : intensitas 2,8-7,6 mn/jam;
Berat : intensitas lebih dari 7,6 mm/jam;

3. Hujan yang bercampur es dan salju (sieel) merupakan butir


bola-bola es bundar tembus cahaya, yang berasal dari pembekuan
tetes air hujan yang jatuh rnelalui suatu lapis udara, dengan suhu
di bawah titik beku, di dekat pennukaan bumi.
3. Salju
Campuran kristal-kristal es yang sebagian
besar dalam bentuk konpleks, berbentuk
heksagonal bercabang, dan sering
bergumpal dalam kumpulan salju, yang
diameternya dapat tnencapai beberapa
inci.

4.Hujan Es
Merupakan hujan dalam bentuk batu-batu
es, yang dihasilkan dalam awan-awan
konvektif (culumo nimbus).
 Air hujan yang jatuh ke tanah akan terserap
oleh tanah, yang kemudian akan mengisi
sistem akuifer menjadi air tanah.
 Dalam proses pengisian air tanah
memerlukan media yang tebagi menjadi dua
media, yaitu media pori yang merupakan
media primer dan media sekunder yang
sering disebut dengan media rekahan.
 Media pori merupakan media pengisian air tanah,
di mana air meresap melalui ruang antar butir
tanah. Besar kecilnya pengisian air tanah melalui
media pori dipengaruhi oleh karakteristik
tanah/batuan yang meliputi porosity, ukuran
butir dan keterhantaran hidraulik.
 Karakteristik tanah/batuan tersebut akan
mempengaruhi besar kecilnya tambatan jenis
(specific retention) yakni kapasitas lapang yang
dinyatakan sebagai presentase volume dan
serahan jenis (specific yield) yakni bandingan
volume airtanah yang dapat diperoleh dari suatu
tanah/batuan akibat gaya berat terhadap volume
tanah/batuan itu sendiri.
Beberapa hal yang penting tentang
tanah/batuan yang terkait dengan pengisian
air tanah antara lain, klasifikasi tanah/batuan,
kerapatan relatif, ukuran butiran, dan koef
lengkungan (ASCE, 1987).
l. Klasifikasi tanah
Klasifikasi tanah/batuan tergantung pada
persentase jumlah kerikil ,pasir, lanau, dan
lempung. Secara sederhana berdasarkan
ukuran diameter butirnya tanah/batuan
diklasifikasikan sebagai berikut (Canadian
Foundation Eng, Manual 3nd edition, 1989).
No Jenis Tanah/batuan Ukuran
1 Lempung < 0.002 mm
2 Lanau 0.002 – 0.060 mm
a. Halus 0.002 – 0.006 mm
b. Sedang 0.006 – 0.020 mm
c. Kasar 0.02 – 0.060 mm
3 Pasir 0.06 – 2.000 mm
a. Halus 0.06 – 0.20 mm
b. Sedang 0.20 – 0.60 mm
c. Kasar 0.60 – 2.000 mm
4 Kerikil 2.000 – 60 mm
a. Halus 2.000 – 6.000 mm
b. Sedang 6.00 – 20 mm
c. Kasar 20 – 60 mm
5 Berangkal 60 – 200 mm
6 Bongkah > 200 mm
 Kerapatan Relatif Retative Density (Dr)
Kerapatan relatif adalah kerapatan butir tanah/batuan
relatif terhadap kepadatan maksimurn dan minirnum
hasil tes laboratorium (Linderburg, 1999). Kerapatan
relatif menunjukkan derajat kerapatan dari
tanah/batuan berbutir kasar (kerikil dan pasir) dan
didefinisikan sebagai

Dimana :
e = angka pori dari contolr tanah/batuan yang bersangkutan
emax = angka pori terbesar yang bisa dicapai di
laboratorium dengan tanah/batuan tsb.
emin =angka pori terkecil yang bisa dicapai di
laboratorium dengan tanah/batuan tsb.
Istilah kerapatan ada tiga (Wesley, 1973):
 Lepas (loose) Dr = 0 – 0,33
 Sedang (medium) Dr = 0,33 - 0,67
 Padat (dense ) Dr= 0,67 - 1,0

Ukuran Butir Efektif (Effective Grain Size) d10


 Menunjukkan ukuran butir di mana l0 % dari
berat material yang ada lebih kecil daripada
ukuran butir tersebut. Ukuran butir ini
biasanya dipakai sebagai standar untuk
kepentingan yang terkait dengan mekanika
tanah/batuan dan aliran air tanah.
Rata-rata Ukuran Butir
Menunjukkan ukuran butir di mana 50 %o dari
berat material yang ada lebih kecil daripada
ukuran butir tersebut.

KoefisienKeseragaman
Suatu angka yang menunjukkan keseragaman
suatu material tanah/batuan dilihat dari ukuran
butirnya di mana hal ini dapat diformulasikan
sebagai Cu (Hazen uniformity coefficient)
Koefisien Gradasi (Cofficient of Gradation)
Koefisien gradasi disebut juga koefisien
kelengkungan (Linderburg, 1999). Koefisien
gradasi (Cc) menggunakan diameter 30 % dan
60 % dari besar butir sebagai D30 dan D60.

(𝐷)
C=
𝐷10 𝑥𝐷60
 Media Rekahan (Fracture Media)
Media rekahan merupakan salah satu media
dalam pengisian air tanah selain media pori.
Media rekahan biasanya disebabkan oleh
peristiwa-peristiwa alam, seperti proses
pendinginan (cooling), lipatan (folding),
patahan (faulting), perubahan cuaca, ataupun
karena reaksi kimia (ASCE, 1987).
Rekahan (fractures), sebagian besar terjadi
pada daerah dekat permukaan tanah. Selain
peristiwa-peristiwa di atas, akar-akar tanaman
yang besar, perilaku hewan, seperti tikus,
serangga juga dapat mempercepat adanya
bukaan sekunder pada batuan dan tanah
(ASCE, 1987).
 Kesarangan (Porosity)
Kesarangan didefinisikan sebagai
perbandingan isi ruang antar butir dibagi total
isi suatu material tanah/batuan (Linderburg,
1999).
 Rasio rongga (void ratio, e) dapat
didefinisikan sebagai perbandingan isi ruang
antar butir tanafi/batuan (vv) terhadap isi
butir tanah/batuan (vs) (Linderburg, 1999).

 Besarnya kesarangan (porosity) untuk jenis


tanah/batuan di bawah ini:
Material Nilai n
kerikil kesarangan n berkisar antara25 - 40 %
pasir kesarangan n berkisar antata 25 - 50 %
lanau kesarangan n berkisar antara 35 – 50 %
lempung kesarangan n berkisar antara 40 - 75 %
 Tambatan Jenis (Specific Retention)
Tambatan jenis merupakan kapasitas
lapang/jenuh batuan untuk menahan air
setelah drainase, di mana volume air tertahan
merupakan persentase dari total volume
batuan. Jumlah air yang akan dibuang dari
batuan tergantung pada durasi drainase, suhu,
kandungan kimia, sifat fisik batuan (Karanth,
1987).

Menurut Meinzer (1923) dalam Fetter (1994),


tanbatan jenis suatu batuan atau tanah adalah
perbandingan antara volume air yang
terkandung dalam batuan yang dapat mengalir
secara gravitasi degan volume total batuan.
100 𝑉𝑐
𝑆=
𝑉
dimana:
S = tambatan jenis, dalam persen
V.= volume air yang terkandung karena gravitasi
V = volume total batuan

 Selain cara di atas, dapat juga dilakukan dengan


menggunakan alat centrifuge. Sampel jenuh air dan
subyek diputar selama satujam dengan putaran rata-
rata mencapai 1000 kali dari gaya gravitasi.
Presentasi volume merupakan hasil perkalian antara
kandungan sisa, kandungan yang ada di alat
centrifuge (moisture equivalent), berat kering
material dan dibagi oleh berat air yang terkandung,
dapat dirumuskan sebagai berikut (Karanth, 1987)
𝑃𝑑
𝑆 = 𝑀𝑒 𝑁𝑒
𝑃𝑤

dimana:
S = tambatan jenis, dalam persen volume
Me = moisture equivalent, dalam persen berat
Nr = bandingan Sr/Me,
Pd = kerapatan materil kering
Pw = kerapan air
 Serahan jenis (Specific Yield)

Parameter kesimpanan jenis (specific storativity)


digunakan untuk akuifer yang dibatasi oleh dua
lapisan kedap air seperti yang terjadi pada akuifer
tertekan.

Pada kondisi di mana lapisan kedap airnya hanya


satu yaitu pada akuifer taktertekan dikenal dengan
sebutan serahan jenis, ialah isi air yarg keluar dari
tampungan atau yang diperoleh oleh satuan luas
dari akuifer akibat satu unit penurunan dari muka
air (Kodoatic, I996)

Você também pode gostar