Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Nama : Fian Muhammad AL Farisi
NIM : 17060484071
Kelas : IKOR 2017-B
Daftar isi
1. Pendahuluan
1.1 Kata Pengantar
1.2 Latar Belakang
2. Pembahasan
2.1 Pengertian Marxisme
2.2 Sejarah Marxisme
2.3 Pengaruh Marxisme
2.4 Tradisi Hegel
2.5 Ilmu ekonomi sebagai dasar
2.6 Aliran-aliran Marxisme
2.6.1 Materialisme
2.6.2 Sosialisme
2.6.2.1 Politik
2.6.2.2 Ekonomi
2.7 Tokoh Aliran Marxisme
2.7.1 Karl henrich marx
2.7.2 Mao Zedong
2.8 Perbedaan pemikiran marx dengan pemikiran lain
2.8.1 Ekonomi
2.8.2 Materialisme Sejarah
2.8.3 Revolusi
3. Kesimpulan
4. Referensi
PENDAHULUAN
Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku
Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels.Marxisme merupakan
bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital
mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar
sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum,
sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum
proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa
masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan
yang didominasi orang-orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx
berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila
kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan
menuntut keadilan. Inilah dasar dari marxisme.
Marxisme
Marxisme adalah sebuah paham yang berdasar pada pandangan-pandangan Karl Marx. Marx
menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem
politik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup materialisme dialektis
dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.
2.6.1 MATERIALISME
Konsep Marx tentang materialisme sejarah adalah bahwa sejarah manusia sejak jaman primitif dibentuk oleh
faktor-faktor kebendaan. Awal sejarah manusia dimulai dengan adanya pemilikan pribadi yang kemudian
menimbulkan pertarungan memperebutkan materi atau kekayaan ekonomi. Materi atau bendalah yang menjadi
faktor konstitutif proses sosial politik historis kemanusiaan. Marx menyangkal argumen Hegel dan Marx Weber yang
melihat faktor non-bendawi, roh (spirit) dan gagasan (idea) berpengaruh dan menentukan sejarah.
Memahami konsep materialisme sejarah Marx tidak bisa dipisahkan dengan dialektika dan materialisme. Dalam
merumuskan gagasannya tentang dialektika, Marx memperoleh inspirasi dari gurunya, Hegel. Tidak berlebihan
untuk dikatakan bahwa substansi dialektika Marx tidak lain merupakan penjungkirbalikan saja dari dialektika Hegel.
Bagaimana dengan gagasan dialektika Hegel itu?. Hegel berpendapat bahwa dialektika merupakan proses
antagonisme tesis versus antitesis yang kemudian menghasilkan sintesis. Dari sintesis ini akan timbul tesis dan
antitesis yang baru. Demikian seterusnya proses ini akan berlangsung. Proses dialektis Hegel terjadi dalam dunia
gagasan atau jiwa. Hegel percaya dengan adanya ‘jiwa’ -suatu entitas mistis- yang menjadi penyebab
berkembangnya sejarah manusia melalui proses dialektika. Proses dialektika ini akan berhenti bila sudah tercapai
ide mutlak. Bagi Engels, sahabat Marx, dialektika adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum-hukum gerak dan
perkembangan alam, masyarakat manusia dan pemikirannya.
Untuk memahami materialisme sejarah, kita perlu memahami faham materialisme Marx. Materialisme adalah
faham serba benda. Marx meyakini bahwa tahap-tahap perkembangan sejarah ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberadaan material. Bentuk dan kekuatan produksi material tidak saja menentukan proses perkembangan dan
hubungan-hubungan sosial manusia, serta formasi politik tetapi juga pembagian kelas-kelas sosial. Dalam Powerty
of Philosophy, Marx, berpendapat bahwa hubungan-hubungan sosial sangat erat kaitannya dengan kekuatan-
kekuatan produksi dan dalam menciptakan kekuatan produksi baru manusia akan mengubah bentuk-bentuk atau
cara produksi mereka. Jadi, materi baik dalam bentuk modal kekuatan-kekuatan maupun alat-alat produksi
merupakan basis sedangkan kehidupan sosial, politik, agama, seni dan negara -dengan segala dinamika dan
perkembangannya- merupakan suprastruktur.
2.6.2 Sosialisme
Konsep sosialisme Marx berasal dari konsepnya tentang manusia. Menurut konsep tentang
manusia ini, sosialisme bukan sebuah masyarakat yang tersusun atas individu-individu yang
diatur dan otomatis yang mengabaikan apakah mereka memiliki pendapatan yang cukup atau
tidak, dan yang mengabaikan apakah pangan dan sandang mereka tercukupi dengan baik atau
tidak. Sosialisme bukanlah sebuah masyarakat di mana individu tersubordinasikan oleh negara,
mesin dan birokrasi. Tujuan sosialisme adalah manusia. Sosialisme harus menciptakan sebuah
bentuk produksi dan organisasi masyarakat di mana manusia dapat mengatasi alienasi dari
produknya, dari kerjanya, dari sesamanya, dari dirinya sendiri dan dari alam; di mana dia dapat
kembali menjadi dirinya sendiri dan menguasai dunia.
Dalam konsep sosialisme Marx, individu berpartisipasi secara aktif dalam perencanaan dan
pelaksanaannya, pendeknya, merupakan pewujudan demokrasi politik dan industrial.
Sosialisme, bagi Marx, adalah sebuah masyarakat yang memberi ruang bagi aktualsasi esensi
manusia, dengan cara mengatasi alienasinya. Sosialisme tidak kurang dari menciptakan kondisi-
kondisi untuk mencapai manusia yang benar-benar bebas, rasional, katif dan independen. Bagi
Marx, tujuan sosialisme adalah kebebasan, tetapi kebebasan yang maknanya jauh lebih radikal
daripada yang dipahami oleh demokrasi yang hidup pada saat itu, yakni dalam pengertian
independen yang didasarkan pada kedirian manusia yang berpijak pada kakinya sendiri, yang
menggunakan kekuasaannnsya sendiri dan menghubungkan dirinya dengan dunia secara
produktif.
Dalam konsep sosialisme, meliputi bidang – bidang :
Bidang politik
Masyarakat dan Negara. Negara menurut Marx sebagai alat belaka dari kelas penguasa
(berpunya) untuk menindas kelas yang dikuasai (yang tidak berpunya). Negara dan
pemerintahan identik dengan kelas penguasa, artinya dengan kelas berpunya dalam sejarah
berturut dikenal kelas pemilik budak, kelas bangsawan (tuan tanah), kelas borjuis. Ini berkaitan
dengan dialektika bahwa perkembangan masyarakat feodalisme kemasyarakatan borjuis atau
kapitalisme dan se-lanjutnya menuju masyarakat sosialisme yang perubahan itu merupakan
kelanjutan yang tidak dapat dielakkan. Untuk menuju masyarakat komunis, tidak dengan
berdiam diri, melainkan harus berjuang bukan menanti dialektika sejarah itu.
Bidang ekonomi
Adanya kelas-kelas sosial yang membedakan diri satu sama lain berdasarkan kedudukan dan
fungsi masing-masing dalam proses produksi. Pemisahan antara para pemilik dan pekerja yaitu
masyarakat Borjuis dan masyarakat Proletar. Masyarakat Borjuis adalah mereka yang menguasai
negara, cara dan alat-alat produksi serta kapital. Masyarakat Proletar adalah masyarakat kelas
buruh, petani, usahawan kecil, mereka yang tidak punya apa-apa selain tenaga kerja.
Masyarakat proletar berusaha untuk melawan kelas Borjuis dengan cara menghilangkan kelas.
Dan hal ini sering disebut sebagai pemikiran utopis para pengikut Marxis. Pergesekan kelas ini
membuat para kaum Proletar tergerak untuk meniadakan kelas-kelas tersebut. Tetapi malah
menimbulkan konflik yang berkepanjangan sehingga melibatkan pengikut-pengikutnya untuk
selalu mengobarkan permusuhan.
2.7 Tokoh utama aliran Marxisme
Mao banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme dan
penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktek. Konsep falsafi Mao yang terpenting adalah
konflik. Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses
perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir”. Mao jadi
berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan kata lain bersifat
abadi.
Konsep Mao kedua yang penting adalah konsepnya mengenai pengetahuan yang juga ia ambil
dari paham Marxisme. Mao berpendapat bahwa pengetahuan merupakan lanjutan dari
pengalaman di alam fisik dan bahwa pengalaman itu sama dengan keterlibatan.Mao
membedakan dua jenis konflik; konflik antagonis dan konflik non-antagonis.
2.8 Perbedaan pemikiran marx dengan pemikiran lain