Você está na página 1de 21

1

BAGIAN/SMF THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT MEURAXA
BANDA ACEH
2018

Tinjauan Pustaka
Tonsilitis Difteri

Oleh :
Fadhilatul Khair
120611040

Preseptor :
dr. Ery Ananda, Sp.THT-KL
25/04/2018
2

25/04/2018

Anatomi Tonsil

Tonsil Palatina dibatasi oleh :


-Lateral : M. konstriktor faring superior
-Anterior : M. palatoglosus
-Posterior : M. Palatofaringeus
-Superior : Palatum mole
-Inferior : Tonsil lingual
3

25/04/2018

Anatomi Tonsil
Fisiologi Tonsil
Sistim imun kompleks yang terdiri atas :
• Sel M (sel membran)
• Makrofag
• APCs yang berperan dalam transportasi antigen
ke sel limfosit sehingga terjadi sintesis
imunoglobin spesifik.
• Sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel
pembawa IgG
5

Tinjauan Pustaka
25/04/2018

• Definisi
Peradangan Corynebacteriu Epitel
Eksotoksin
tonsil palatina m Diphtheriae respiratorius

•Epidemiologi
▫ Sering pada anak usia <15 tahun dengan riwayat tidak
mendapatkan imunisasi primer.
▫ Laki : Prempuan sama
▫ Kemenkes Tahun 2017 KLB difteri, setidaknya 20 provinsi
melaporkan adanya kasus difteri.
Corynebacterium diphteriae
-Bakteri basil pleomorfis, gram
positif, tidak bergerak, tidak
membentuk spora.

-Biasanya hidup di saluran nafas


bagian atas yaitu hidung, faring
dan laring

-Titer anti toksin 0,03 IU/ml


darah dapat dianggap cukup
memberikan dasar imunitas. Hal
inilah yang dipakai pada tes
Schick.
7

25/04/2018

Patofisiologi
Mekanisme infeksi  aspirasi bahan-bahan
orofaring.
24 - 48 jam 4 – 7 hari

Aspirasi Pneumoni aspirasi


Nekrosis
karena  Produk Inflamasi
gagalnya - Eksudat
mekanisme - Darah
Abses paru
bersihan - Jaringan nekrotik
8

Diagnosis
25/04/2018

Manifestasi Klinis Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Gejala Lokal

Gejala Sistemik
Auskultasi Tonsilitis Palpasi
difteri

Gejala Komplikasi

Perkusi
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Kultur dengan media


loeffler

Schick test

Penunjang lainya
11

Tatalaksana
25/04/2018

Umum
Definitif
Isolasi dan Karantina
Anak yang telah mendapat imunisasi dasar diberikan booster dengan toksoid
diphtheria.

-Bila kultur (-)/Schick test (-) : Bebas isolasi


-Bila kultur (+)/Schick test (-) : Pengobatan carrier
-Bila kultur (+)/Schick test (+)/gejala (-) :Anti toksin diphtheria + penisilin
-Bila kultur (-)/Shick test (+) : Toksoid (imunisasi aktif).
Pengobatan
Umum
• Istirahat ± 2 minggu
• Pemberian cairan serta diet yang adekuat.
• Khusus pada diphtheria laring, dijaga agar nafas
tetap bebas serta dijaga kelembaban udara
dengan menggunakan nebulizer.
• Bila tampak gelisah, iritabilitas serta gangguan
pernafasan yang progresif indikasi tindakan
trakeostomi.
Definitif

Anti Difteria Serum (ADS)


• Pemberian ADS secara intravena dilakukan
secara tetesan dalam larutan 200 ml dalam
waktu kira-kira 4-8 jam.
• Pengamatan terhadap kemungkinan efek
samping obat/reaksi dilakukan selama
pemberian antitoksin dan selama 2 jam
berikutnya.
• Perlu dimonitor terjadinya reaksi
hipersensitivitas lambat (serum sickness).
Antimikroba
• Untuk menghentikan produksi toksin.
• Penisilin prokain 50.000-100.000 IU/BB/hari
selama 7-10 hari
• Bila alergi bisa diberikan eritromisin 40
mg/kg/hari
Kortikosteroid
• Penderita dengan gejala obstruksi saluran nafas
bagian atas.
• Bila terdapat penyulit miokardiopati toksik.
Pengobatan Carrier
• Pengobatan yang dapat diberikan adalah penisilin
oral atau IM, atau eritromisin selama satu
minggu. Mungkin diperlukan tindakan
tonsilektomi/adenoidektomi.
Tonsilektomi
Indikasi Absolut
• Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan
jalan napas atas, disfagia berat, gangguan tidur,
atau terdapat komplikasi kardiopulmonal
• Abses peritonsiler yang tidak respon terhadap
pengobatan medik dan drainase
• Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
• Tonsil yang akan dilakukan biopsi untuk
pemeriksaan patologi
Indikasi Relatif
• Terjadi >3 kali infeksi tonsil pertahun
• Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak ada
respon terhadap pengobatan medik
• Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa
streptokokus yang tidak membaik dengan
pemberian antibiotik, kuman resisten terhadap β-
laktamase.
• Timbul komplikasi berupa Rhinitis dan Sinusitis
yang kronis
• Terjadi Otitis Media Efusi/Supuratif
Kontraindikasi
-Gangguan perdarahan
-Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat
-Anemia
-Infeksi akut yang berat
-Asma
-Tonus otot yang lemah
-Albuminuria
-Hipertensi
-Rinitis alergika
20

Prognosis
25/04/2018

Mortalitas
56,8%

Sembuh
21

25/04/2018

Terima kasih. . .

Você também pode gostar