Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
disseases
• Piperazin
• Heksilresorsinol
• Pirantel Pamoat dosis 10 mg/kg berat badan
Pengobatan • Levamisol dosis tunggal 150 mg.
• Albendazol dosis tunggal 400 mg.
• Mebendazol dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari
• Pneunomoni
Komplikasi
2. Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale
Ancylostoma Necator americanus
duodenale
• Hospes: manusia • Hospes: manusia
• Morfologi:
• Morfologi:
- memiliki 2 psg gigi
- hidup selama sekitar 6 - memiliki benda kitin
hingga 8 tahun - 3 hingga 5 tahun
- 10.000-25.000 butir
- Cacing betina berukuran 1 telur 5000
cm, cacing jantan 0,8 cm -10000 butir
- bentuk badan spt hrf S
- Cacing jantan mempunyai - Bentuk badan spt hrf c
bursa kopulatriks.
•Daur hidup
• Gejala klinis:
ground itch, penyakit wakana dengan gejala
mual, muntah, iritasi, faring, batuk, sakit leher
dan serak.
• Komplikasi :
Kerusakan pada kulit akan menyebabkan
dermatitis yang berat terlebih bila pasien
sensitif.
• Pengobatan:
▫ Albendazol dapat diberikan dengan dosis tunggal 400
mg.
▫ Mebendazol dapat diberikan dengan dosis 100 mg, 2
kali sehari selama 3 hari.
▫ Tetrakloretilen
▫ Befanium hidroksinaftat obat pilihan utama untuk
ankilostomiasis dan baik untuk pengobatan masal
pada anak.
▫ Pirantel pamoat dosis 10 mg/kg berat badan/hari
sebagai dosis tunggal.
▫ Heksilresorsinol
3. Trichuris trichiura
Hospes • Manusia
• Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,4 mm.
• Cacing jantan berukuran 2-5 mm bentuknya seperti
tanda Tanya (?)
• Cacing betina yang gravid mengandung 11.000 -
Morfologi 15.000 butir telur
• Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi
di sekum.
• Cacing jantan mati setelah kopulasi dengan cacing
betina. Sedangkan cacing betina mati setelah
bertelur
• pruritus lokal
• pruritus ani
Gejala klinis • Cacing betina gravid mengembara dan dapat
bersarang di vagina dan di tuba fallopii se-
hingga menyebabkan radang di saluran telur.
Daur hidup
• Pengobatan
- Mebendazol dosis tunggal 500 mg
- Albendazol dosis tunggal 400 mg
- Piperazin sitrat dosis 2 x 1 g/ hari selama 7 hari
- Pirvium parnoat dosis 5 mg/kg berat badan
- Pirantel pamoat dapat diberikan dengan dosis 10
mg/kg berat badan sebagai dosis tunggal dan
maksimum 1 gram.
5. Strongyloides stercoralis
• Morfologi dan Daur Hidup
hidup sebagai parasit di vilus duodenum dan yeyunum.
Cacing betina berbentuk filiorm, halus, tidak berwarna
dan panjangnya 2 mm
• berkembang biaknya diduga secara parlenogenesis.
• Siklus langsung
Sesudah 2-3 hari di tanah, larva rabditiform →larva
filariform →menembus kulit manusia, larva tumbuh,
masuk ke dalam peredaran darah vena, →antung kanan
sampai ke paru→alveolus→rakea dan laring. Sesudah
sampai di laring trjadi refleks batuk, sehingga parasit
tertelan, kemudian sampai di usus halus bagin atas dan
menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur
ditemukan ± 28 hari sesudah infeksi.
• Siklus tidak langsung
Siklus langsung sering terjadi di negeri yang lebih dingin
dengan keadaan yang kurang menguntungkan untuk parasit
tersebut.
• Autoinfeksi
Larva rabditiform kadang-kadang menjadi larva filariform di
usus atau di daerah sekitar anus (perianal). Bila larva
filariform menembus mukosa usus atau kulit perianal, maka
terjadi daur perkembangan di dalam hospes. Autoinfeksi
dapat menyebabkan strongiloidiasis menahun pada penderita
yang hidup di daerah nonendemik.
Rhizopoda Sporozoa
Ciliata Mastigophora
Rhizopoda
Entamoeba
histolytica
Morfologi Patologi
Daur Gejala
Hidup Klinis
• Kista matang tertelan
• Kista tiba di lambung masih
dalam keadaan utuh (karena
dinding kista tahan asam
lambung)
• Rongga terminal usus halus
(dinding kista dicerna)
• Terjadi ekskistasi
• Keluarlah stadium trofozoit
dan masuk ke rongga usus
besar
• Stadium trofozoit mengikuti
aliran darah dan menyebar ke
jaringan hati, paru, otak, kulit
dan vagina dan ada juga yang
keluar bersama tinja.
Naegleria
fowleri
Morfologi Patologi
Daur Gejala
Hidup Klinis
Amuba ini memasuki tubuh
melalui hidung, biasanya ketika
orang sedang berenang di bawah
air atau menyelam. Dari hidung,
amuba ini menjalar ke serat saraf,
melewati tengkorak, dan
memasuki otak. Naegleria ini
menyukai kehangatan otak dan
akan berkembang biak hingga
suatu hari, biasanya hanya dalam
waktu tiga hingga tujuh hari,
korbannya tewas.
Agen soil transmiited secara tidak
langsung
Taeniasis
Definisi
• Taeniasis atau penyakit cacing pita ialah infeksi
pada manusia oleh cacing pita dewasa yang
tergolong dalam genus Taenia.
Taeniasis
• Etiologi
▫ Taenia solium (cacing pita babi, pork tapeworm)
dan
▫ Taenia saginata (cacing pita sapi, cattle atau beef
tapeworm).
Epidemiologi
• Di Indonesia infeksi Taenia saginata pertama
kali dilaporkan di Malang oleh Luchtman pada
tahun 1867
• Infeksi Taenia solium ditemukan pertama kali
di Kalimantan Barat oleh Bonne pada tahun
1940.
Patogenenis
• Sistiserkosis adalah infeksi bentuk larva Taenia
solium pada manusia.
• Neurosistiserkosis adalah sistiserkosis pada
susunan saraf pusat
Usus:
Telur/larva
•Menetes
•menembus
Peredaran
darah
Susunan saraf
Mata otot
Jaringan pusat
tubuh jaringan
subkutan Neurosistiserkosis
Gejala klinis
• keluarnya proglotid dalam • diare (3%)
tinja (91%) • Eosinofilia (kadang-kadang)
• Perut berbunyi (91%), • Mual (17%),
• Mengantuk (57%), • Sakit perut (11%)
• Badan lemah (17%),
Pengobatan
• Prazikuantel dosis tunggal 10 mg/kgBB
• Niclosamide Dosis adalah 2 gram (4 tablet @
500 mg) sekali makan atau diberikan 1 gram
dengan jarak 1 jam, pagi-pagi pada waktu perut
kosong. Tablet harus dikunyah sebelumnya,
kemudian diminum dengan sedikit air
• Albendazol dosis 400 mg peroral dua kali sehari
selama 8-30 hari
• Mebendazol dosis 600 mg-1200 mg/ hari
selama 3-5 hari
• Paromomisin dosis 75 mg/kg BB (maksimum 4
gram)
Pencegahan
• Menghilangkan sumber infeksi dengan
mengobati pasien taeniasis
• Pendidikan kesehatan, terutama dalam
pembuangan kotoran (tinja) yang sembarangan
• kebiasaan memakan daging yang tidak dimasak
dengan sempurna.
Leptospirosis
• Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
Leptospira.
• Pertama kali ditemukan oleh Weil (1886)
Etiologi
• Indonesia :
DKI, Jabar, Jateng, DI Yogya, Lampung, Sumsel,
Bengkulu, Riau, Sumbar, Sumut, Bali, NTB, Sulsel,
Sulut, Kaltim dan Kalbar.
Masuk ke sirkulasi
Gejala klinis
3 mekanisme
Pathogenic leptospires
2) Nonspecific inflammatory
effects
• mediators
• cytokines
• oxygen radicals
• complemen activation
• intravascular haemolysis
• intravascular coagulation
Compromised microcirculation
Tissue injury
Pengobatan
Indication Compound Dosage
Chemoprophylaxis Doxycycline 200 mg PO orally once
per week
• Penyakit zoonosis
• Bacillus anthraxis :
- ditularkan ke manusia melalui kontak binatang atau
bahan
dari binatang yang terkontaminasi
- Antraks = batu bara lesi nekrotik berwarna hitam
seperti
batu bara.
Etiologi
Bacillus anthraxis :
• Mikroskopik :
- membentuk rantai panjang, paralel menyerupai gerbong
barang
- spora berbentuk oval dan terletak sentral atau parasentral
Bacillus anthraxis
Patogenesis
Inhalation anthraxs
• 5% kasus
• Masa inkubasi 1-5 hari, dapat sampai 60 hari
• Gambaran bifasik : fase initial (ringan) fase kedua
yang lebih berat ( sesak nafas, sianosis, stridor, syok)
Manifestasi Klinis
Gastrointestinal anthraxs
• Masa inkubasi 2- 5 hari
• demam, nyeri perut, muntah darah, melena, perforasi
usus
• Angka kematian 25-60%
Diagnosis
• Riwayat pekerjaan dan kontak
• Laboratorium :
Lekosit normal atau sedikit Î, dominasi PMN
• Rontgen Thorax : pelebaran mediastinum
• Cairan pleura & CSF : hemoragis
• Gram dan kultur :
lesi kulit, apus tenggorok, efusi pleura, cairan asites, CSF
kuman gram positif
• Serologis :
indirect hemaglutinin, ELISA, FA kenaikan titer 4
kali.
Terapi
Cutaneus anthraxs :
• Penicillin G : 4 x 4 juta unit
• Tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin
Terapi kombinasi :
• Ciprofloxacin 2x500 mg atau doksisiklin 2x100 mg +
klindamisin 3 x 900 mg dan/ Rifampin 2 x 300 mg.
Terapi lain :
• imipenem dan vancomycin
Lama terapi :
• Cutaneus anthraxs : 7-10 hari
• Inhalasi & GI : 14 hari
Program eliminasi soil transmitted
• Sediakan fasilitas jamban yang memadai
• Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya
10 meter
• Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak
sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak
merembes dan mencemari sumur.
• Sumber air (sumur), konstruksinya baik dan
memenuhi syarat, perlu diperhatikan saat membuat
sumur, jarak minimal dari sumber air kotor (septick
tank, sumur resapan, saluran air kotor yg tidak
kedap air) adalah 7 meter, agar sumur tidak
tercemar
• Penyediaan air bersih
• Kebiasaan mencuci tangan
• Higiene