Você está na página 1de 25

Anastesi pada Geriatri

Pembimbing
Dr. Wirawan, sp.An
PENDAHULUAN
Geriatri atau Lanjut Usia adalah ilmu yang mempelajari
tentang aspek-aspek klinis dan penyakit yang berakitan
dengan orang tua (Darmojo 2009).

Populasi lansia di Indonesia diprediksi meningkat lebih tinggi


dari pada populasi lansia di wilayah Asia dan global setelah
tahun 2050 (KemenKes 2013).
.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia menetapkan, bahwa batasan umur
lansia di Indonesia adalah 60 tahun keatas.
Proses degeneratif (penuaan)
Penuaan menghilangnya secara
perlahan-lahan
↓ faal tubuh dan
perubahan degeneratif
kemampuan jaringan mempengaruhi banyak
untuk memperbaiki sistem organ
diri/mengganti diri

Respon lansia
terhadap
agen anestesi
menjadi
berbeda
Sistem saraf pusat

Sistem
kardiovaskular
Sistem hepatobilier
dan
gastrointestinal Perubahan
fisiologis pada
lansia

Sistem
metabolik dan
endokrin
Sistem renalis
Sistem
muskuloskletal
Sistem
kardiovaskular

Penebalan dinding Pada IV  ↓ aktivitas ↓ autoregulasi


arteri pembuluh darah baroreseptor vaskuler
vena mudah
rupture
↓ kontraktilitas
↓ jumlah myosit
intrinsik

↓ respon sistem Pemulihan


kardiovaskuler anastesi
dalam memanjang
menghadapi
Hipertensi stress
↓fungsi alveolar ↓elastisitas jaringan
paru Hypoxemia

Sistem pernafasan

mempermudah Proteksi jalan nafas (batuk,


visualisasi pita suara pembersihan mucociliary) ↓
Tidak adanya gigi selama laringoskopi resiko aspirasi
↓ Konsumsi oksigen
basal dan maksimal
↓ produksi panas
Peningkatan basal
resistensi ↓ respon regulasi
insulin
FUNGSI METABOLIK termal
DAN ENDOKRIN

↓ progresif terhadap
kemampuan
menangani asupan
glukosa.

Rentan hipotermia
Fungsi ginjal
Gangguan
LfG ↓ regulasi NA & Rentan dehidrasi
aldostteron

↓ creatinin
clearence
Gangguan fungsi ↓ kemampuan
ginjal eksresi obat

↓ kemampuan Overload
Rentan eksresi garam cairan
Intoksikasi obat dan air
Sistem musculoscletal
FUNGSI GASTROINTESTINAL
Berkurangnya massa
hati ↓aliran darah hepatik

↓ Fungsi hepatik ↓ Biotransformasi dan


produksi albumin

↓ fungsi saraf gastrointestinal ↓ Kadar kolinesterase

Peningkatan waktu paruh obat


resiko regurgitasi
Sistem saraf ↓ jumlah neuron ↓ massa otak

Perubahan kognitif,
↓ kecepatan sensorik,motorik dan
konduksi saraf otonom

↓ fungsi dan sintesis


Neurotransmitter

↓ kecepatan
Konduksi

Lebih dipengaruhi
↑ waktu pulih total Atrofi otot
ESO terhadap sistem
saraf dari efek CNS pada
anastesi umum
Perubahan fisiologi yang terjadi pada
geriatri membuat kita perlu berhati-
hati dalam peberian obat anestesi
sehingga pada penilaian status fisik
geriatri walaupun keadaan sehat
dikategorikan menjadi ASA II
PERUBAHAN FARMAKOLOGI TERKAIT
UMUR
 Distribusi dan eliminasi juga dipengaruhi oleh terganggunya ikatan
protein plasma. Albumin yang cenderung berikatan dengan obat
yang bersifat asam (misalnya barbiturat, benzodiazepin, agonis
opioid), menurun. α1-asam glikoprotein, yang berikatan dengan
obat yang bersifat basa (misalnya, anestetik lokal), meningkat.
 Perubahan farmakodinamik utama adalah penurunan kebutuhan
anestetik, ditunjukkan oleh MAC yang rendah. Titrasi hati-hati
bahan anestetik membantu menghindari efek samping dan durasi
yang panjang; bahan kerja singkat seperti propofol, desflurane,
remifentanil, dan suksinilkolin sangat berguna pada pasien usia
lanjut.
 Obat yang secara bermakna tidak tergantung pada fungsi hepatik
dan ginjal atau aliran darah, seperti mivacurium, atracurium, dan
cistracurim dapat berguna.
Farmakologi Klinis Obat Anastesi Spesifik
Anastesi Inhalasi
Konsentrasi alveolar minimum (The minimum alveolar concentration =
MAC) mengalami penurunan. Mekanisme kerja anestesi inhalasi
berhubungan dengan gangguan pada aktivitas kanal ion Mungkin
adanya gangguan karena penuaan pada kanal ion, aktivitas sinaptik,
atau sensitivitas reseptor ikut bertanggung jawab terhadap perubahan
farmakodinamik tersebut.
ANESTETIK INHALASI
 MAC untuk agen inhalasi berkurang sekitar 4% per dekade
umur setelah usia 40 tahun.
 Onset kerja menjadi lebih cepat jika curah jantung berkurang,
tetapi akan lebih lambat jika terdapat gangguan
ventilasi/perfusi yang signifikan.
 Efek depresan miokardial dari anestetik gas bertambah pada
pasien usia lanjut, sementara kecenderungan takikardi dari
isofluran dan desfluran mele- mah. Berlawanan dengan
efeknya pada pasien yang lebih muda, isofluran mengurangi
curah jantung dan denyut jantung pada pasien usia lanjut.
 Pemulihan dari anestesi yang menggunakan anestetik gas
kemungkinan memanjang sebab peningkatan volume distribusi
(peningkatan lemak tubuh), penurunan fungsi hepatik
(penurunan metabolisme halotan) dan penurunan pertukaran
gas paru.
Anastesi IV
Terjadi perubahan berhubungan dengan sensitivitas otak dan
penurunan klirens terhadap obat.
 Peningkatan sensitivitas terhadap propofol sebesar 30-50% pada
pasien usia lanjut disertai penurunan klirens propofol
 Dosis yang diperlukan midazolam untuk menghasilkan efek sedasi
mengalami penurunan sebesar 75% pada pasien berusia lanjut
 Tidak ada perubahan sensitivitas otak terhadap tiopental maupun
etomidate yang berhubungan dengan usia. Namun, dosis tiopental
yang diperlukan untuk mencapai anestesia menurun sejalan dengan
pertambahan usia
 PELUMPUH OTOT
 Penurunan curah jantung dan aliran darah otot yang lambat dapat
menyebabkan pemanjangan onset blokade neuromuskuler sampai
2 kali lipat pada pasien usia lanjut.
 Pemulihan dari pelumpuh otot nondepolarisasi yang tergantung
pada ekskresi ginjal (misalnya, metokurin, pankuronium,
doksakurium, tubokurarin) mungkin tertunda akibat menurunnya
bersihan obat.
 Demikian juga, penurunan ekskresi hepatik akibat kehilangan
massa hati memperpanjang waktu paruh eliminasi dan lama kerja
rokuronium dan vekuronium.
 Pria usia lanjut dapat menunjukkan sedikit pemanjangan efek
suksinilkolin akibat kadar kolinesterase plasma mereka yang
rendah.
OPIAT
Usia merupakan prediktor penting perlu tidaknya penggunaan
morfin post operatif, pasien berusia lanjut hanya memerlukan
sedikit obat untuk menghilangkan rasa nyeri.
 Anestesi spinal lebih dapat ditoleransi pada geriatri daripada
anestesi umum karena dapat menurunkan resiko delirium dan
konfusi postoperasi. Ruang arakhnoid dan epidural menjadi
lebih sempit dengan bertambahnya umur yang membuat
penyebaran obat analgetik lokal menjadi lebih besar atau luas,
dengan hasil penyebaran obat analgesi ke cephalad lebih
banyak sehingga level analgesi lebih tinggi dengan dosis sama
dan tinggi badan yang sama. Dosis hendaknya dikurangi pada
usia tua.
Manajemen perioperatif
Evaluasi
Evaluasi
praoperatif
Intraoperatif

Evaluasi post
operatif
EVALUASI PRE-OPERATIF
Prinsip evaluasi pre-operatif pada geriatri
1. Pasien harus selalu dianggap mempunyai risiko tinggi
menderita penyakit yang berhubungan dengan penuaan
2. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, riwayat,
pemeriksaan fisik, dan determinasi kapasitas fungsional
harus dilakukan untuk mengevaluasi fisiologis pasien.
Manajemen Intraoperatif
Anastesi umum Hypotermi dan
induksi anastesi
atau regional manajemen cairan
• Preoksigenai • Anastesi regional • Mencegah
adekuat lebih unggul hypotermi dengan
• Dosis obat yang karena jarang pembersihan post
mempengaruhi menimbulkan op dengan cairan
CNS perlu tromboemboli, hangat,
dikurangi gangguan menghangatkan
pernafasan pasca cairan IV,
bedah menutup pasien
dengan selimut
setelh op
• Lansia rentan
dehidrasi
hindari terapi
diuretik sebelum
op
Manajemen post OP
 Manajemen jalan nafas
 Terapi oksigen
 Perawatan intensif
 Manajemen nyeri
 REFERENSI
 G. Edward Morgan, Clinical Anastesiologi, 4 th ed, Chapter
45

Você também pode gostar