Você está na página 1de 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

LANSIA DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

NS. MUHAMMAD NUR HASAN MS.


Nephron & Renal Circulation
Table 19-1
Major Functions of the Kidney

Water and electrolyte regulation


Metabolic products excretion
Hydrogen ion excretion and maintenance of blood pH

Endocrine functions:
Renin-angiotensin secretion (blood pressure)
Vitamin D activation (Ca++ metabolism)
Erythropoietin secretion (hematopoiesis)
General Issues

 Penuaan pengaruhi system renal & urinaria. Lansia


sehat, perubahan tdk terlihat jelas  ginjal tetap
mampu untuk memenuhi kebutuhan normal.
 Stress, penyakit  system renal rentan.
 Umur >30 th  kemampuan ginjal menurun
 Umur 60 th  kemampuan ginjal 50% (karena proses
fisiologik  populasi nefron berkurang & tidak ada
kemampuan regenerasi.
B. PERUBAHAN STRUKTUR DAN FUNGSI
PADA SISTEM RENAL DAN URINARIA
AKIBAT PENUAAN
 Pada dewasa muda, ada ± 2 juta nefron pd korteks
bagian luar & bagian dalam medulla ginjal. Pada
lansia  jumlah tinggal ½

 Nefron (tempat penyaringan darah)  perubahan pd


aliran vaskuler yg menyertai penuaan  pengaruhi
kemampuan nefron unt memenuhi tugas 
mempengaruhi fungsi pengaturan, ekskresi &
metabolic system renal.
 Nefron  perubahan dlm glomerulus &
system tubular. Glomerulus, membrane
basalis  penebalan, sclerosis pd area fokal
& total permukaan glomerulus menurun 
filtrasi darah kurang efisien.
 Baik panjang / volume tubulus proksimal
menurun. Divertikula terlihat dalam tubulus
kontortus distal menyebabkan akumulasi
debris menurunkan daerah permukaan
membrane yg tersedia untuk proses
pertukaran.
 Perubahan vaskuler  penurunan curah
jantung, penyempitan & sclerosis pembuluh
darah secara umum dan penurunan ukuran
pd dasar renovaskular, yg menyebabkan
smp 50% penurunan dlm aliran darah renal.
 Efek gabungan dari perubahan ini  hanya sedikit darah yg
tersedia untuk dibersihkan setiap menitnya & proses
pertukaran menjadi kurang efisien.

 Keseimbangan cairan  sulit karena :


(1) lansia  pengurangan massa otot & suatu
peningkatan yg berhubungan dlm lemak
tubuh & karena otot >> air drpd lemak  berat
bersih total cairan tubuh yang terkait usia
berkurang
(2) lansia  tjd pengurangan cairan intraseluler
 mekanisme kompensasi untuk kehilangan
cairan berubah
 Lansia  kemampuan nefron untuk memekatkan urine
mengalami gangguan, respon thd sekresi ADH tidak efisien,&
sensasi haus berkurang / tidak ada. Factor- factor ini 
kondisi yg memicu kehilangan cairan berlebihan &
mengganggu homeostasis  mekanisme kompensasi tidak
efisien.
 Penuaan pengaruhi kemampuan ginjal menahan natrium.
 Sekresi hormone 1,25-dihidroksivitamin D oleh ginjal
menurun. Kekurangn hormone ini  osteoporosis tipe II
(senilis) pd lansia
 Tidak semua urine dikeluarkan (pd saat miksi). Residu urine
(vol < 50ml  adekuat. Vol >100ml  retensi urine.
 Penurunan kapasitas kandung kemih, peningkatan volume
residu & kontraksi kandung kemih yang tidak disadari.
 Atrofi otot- otot  mempengaruhi otot- otot kandung kemih
kontraksi tidak sekuat saat usia muda.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
INKONTINENSIA URINE

A. PENGERTIAN
Inkontinensia urine  eliminasi urine dari kandung kemih yg
tidak terkendali / terjadi di luar keinginan

Jenis- jenis Inkontinensia :


 Stres
 Urgensi
 Aliran berlebihan (overflow)
 Fungsional
B. FAKTOR RESIKO
 Usia
 Jenis kelamin
 Jumlah persalinan yg pernah dialami (kehilangan tonus otot
dasar panggul)
 Infeksi saluran kemih
 Menopause (penurunan produksi estrogen  atrofi jaringan
uretra)
 Pembedahan urogenital
 Penyakit & penggunaan berbagai obat
C. PENYEBAB
 Delirium
 Infeksi saluran kemih
 Atrofik vaginitis atau uretritis
 Pharmakologic agent (preparat antikolinergik,
sedative, alcohol, analgesic, diuretic, relaksan otot)
 Psycologic factors (Faktor psikologi : depresi,
regresi)
 Exessive urine production (asupan cairan yang
berlebihan, kelainan endokrin yg menyebabkan
diuresis/ DM)
 Restricted activity (aktifitas yg terbatas)
 Impaksi fekal
D. PENATALAKSANAAN
1. KEPERAWATAN
 Menciptakan lingkungan yg memudahkan klien ke kamar mandi
 Meletakkan pispot/ urinal dlm jangkauan klien
 Menganjurkan klien untuk membiarkan lampu menyala di kamar tidur
 Menasehati klien agar memilih baju yg mudah ditanggalkan ketika ingin
menggunakan kloset
 Menganjurkan & mendorong klien untuk mempraktekkan latihan Kegel
(menguatkan otot- otot dasar panggul  memperbaiki resistensi uretra &
pengendalian urinarius)
 Mendorong klien untuk meningkatkan asupan cairan untuk mencegah konstipasi
& pengerasan feses
2. BEDAH
- Koreksi & pembedahan  mengatasi inkontinensia stress
- Suspensi kandung kemih pd abdomen
- Elevasi kolum vesika urinaria

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan eliminasi urin b.d obstruksi anatomic, infeksi
traktus urinaria
2. Inkontinensia urin b.d perubahan degeneratif otot pelvic
dan struktur penyangga yg berhub dg pertambahan usia,
keterbatasan neuromuskuler.
3. Risiko kerusakan integritas kulit b.d kelembaban kulit,
perubahan status nutrisi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN BPH

A. PENGERTIAN
 Benigna Prostate Hiperplasia (BPH)  pembesaran prostate
yg mengenai uretra  gejala urinaria.
B. ETIOLOGI
 Proses penuaan (aging process) &rangsangan androgen
jangka panjang
C. PATOFISIOLOGI
 Bentuk nodular jaringan prostate mengalami pembesaran.
 Normalnya jaringan yg tipis & fibrous pd permukaan kapsul
prostate  spon menebal & membesar.
 Uretra prostatik  tertekan & sempit  kandung kemih
mjd kencang untuk bekerja lebih keras mengeluarkan urine.
 Efek obstruksi yg lama  tegangan dinding kandung kemih
& menurun elastisitasnya.
D. MANIFESTASI KLINIS
 Awal / saat terjadi pembesaran prostatetidak ada
gejala (tekanan otot  kompensasi untuk mengurangi
resistensi uretra)
 Gejala obstruktif :
hesitancy (keluar kemih terputus- putus), aliran urin
lemah, mengejan untuk mengeluarkan urin, lama
berkemih berkepanjangan, perasaan tidak tuntas saat
berkemih & retensi urine
 Gejala iritatif :
urgency (perasaan ingin berkemih mendadak),
frequency (sering berkemih) & nokturia.
E. PENATALAKSANAAN
 Usia, sifat & beratnya gejala (dipertimbangkan), akibat pd
kualitas hidup penderita serta gambaran menyeluruh dari
fungsi ginjalnya.
 Pasien dg gejala ringan BPH tidak berbahaya  tunggu &
awasi
 Penatalaksanaan terapi :
 Penghalang α-adrenergik seperti doksasosin (Caradura),
prazozin (Minipress), terasozin (Hytrin) serta relaksasi
otot kandung kemih & prostate
 Finasteride (Proscara), efek antiandrogen pd sel prostate,
& mencegah hyperplasia.
 Dilatasi balon pd uretra prostate  menghilangkan gejala.
 Bedah TURP (Trans Urethral Resection Prostatectomy), TIUP
(Trans Urethral Insivion of Prostat unt BPH yg tidak besar)
atau open prostatectomy untuk prostate yang terlalu besar,
biasanya melalui suprapubik
 Indikasi bedah antara lain : retensio urin akut / kronik, infeksi
saluran kemih berulang, hematuria berulang, batu kandung
kemih dan/ insufisiensi ginjal sebagai akibat obstruksi outlet
kandung kemih, keinginan penderita,
 dengan terapi farmakologik saja gagal
 Bedah laser
 Microwave hyperthermia treatments
F. KOMPLIKASI
 Retensi urine akut & involusi kontraksi kandung kemih
 Refluks kandung kemih, hidroureter, & hidronefrosis
 Gross hematuria & urineary tract infection (UTI)
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan eliminasi urin b.d obstruksi anatomic
2. Cemas b.d perubahan dalam status kesehatan
3. Kurang pengetahuan (spesifik) b.d keterbatasan paparan
4. Nyeri (akut/ kronis) b.d agen injuri (biologi, psikologi,
kimia, fisik), ketidakmampuan psikososial/ fisik secara
kronis

Você também pode gostar