Você está na página 1de 12

SITI MARIAM

ADR = EFEK SAMPING OBAT ?


 Efek samping (menurut WHO, 1970) :
Efek samping suatu obat adalah segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk
tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan.

Efek samping dengan efek utama dari obat tidak dapat didefinisikan secara mutlak,
kebanyakan obat mempunyai lebih dari satu khasiat farmakologi, karena efek
samping untuk pengobatan penyakit tertentu bisa menjadi kerja utama obat pada
keadaan lain. Adakalanya efek samping merupakan kelanjutan efek utama sampai
tingkat yang tidak diinginkan, contohnya penggunaan Fenobarbital.

 Efek samping yang jarang bahkan tidak digunakan sebagai efek utama (efek
samping yang tidak diharapkan) diantaranya : efek samping dari obat yang
menyebabkan mual, pusing, obat-obat yang mengiritasi lambung, dll.

Lanotten

Obat Hipertensi Efek samping : Sebagai Obat


Penyubur rambut
Pertumbuhan rambut (Regaine dan Propecia)
Proscar

Obat Hipertropi Prostat


ADVERSE DRUG EFECT
1. EFEK TOKSIS
2. ALERGI
3. EFEK SEKUNDER : SUPERINFEKSI DAN
RESISTENSI
4. TERATOGEN
5. TOLERANSI, HABITUASI DAN ADIKSI
1. EFEK TOKSIK

Efek toksik obat


tergantung dosis
 Bila dosis >> efek
samping mual,
muntah, pusing,
efek terhadap
organ, dll
 Bila dosis<< efek
terapi obat tidak
tercapai
2. REAKSI ALERGI
 Alergi adalah keadaan reaksi organisme
yang berubah terhadap senyawa
tertentu (allergen), kepekaan yang
berbeda terhadap suatu antigen exogen
atas dasar proses imunologi.

 Alergi tidak tergantung pada dosis, reaksi


alergi terjadi karena reaksi antara antigen
dengan antibody tubuh
 Reaksi alergi dapat digolongkan
berdasarkan prinsip kerjanya menurut Gell
&Combs (1968) dalam beberapa tipe :
 Tipe I (Reaksi Segera/ Immediate)
 Tipe II (Reaksi Cytolysis)
 Tipe III (Reaksi Arthus)
 Tipe IV (Reaksi Lambat/ Delayed)
 Reaksi Pseudoalergi
 Reaksi alergi terjadi bila suatu protein asing (antigen)
masuk berulangkali ke dalam aliran darah seorang yang
berbakat hipersensitif, maka limfosit –B akan membentuk
antibodies dari tipe IgE (disamping IgG dan IgM).
ALERGI Tipe I
 IgE ini disebut reagin, mengikatkan diri pada membran mast-cell tanpa
menimbulkan gejala.
 Bila antigen yang sama atau yang rumus bangunnya mirip memasuki darah, maka IgE
akan mengenali dan mengikatnya membentuk jembatan antara kedua ikatan antigen
yang menyebabkan perubahan struktur membran.
 perubahan struktur membran menyebabkan reaksi alergi karena membrane mast-cell
pecah mengeluarkan sejumlah zat perantara (mediator), yaitu histamin, bradikinin,
serotonin dan asam arachidonat yang kemudian berubah menjadi prostaglandin dan
leukotrien.
 Zat-zat ini menarik makrofag dan neutrofil ke tempat infeksi untuk
memusnahkannya, efek yang terjadi juga dapat berupa bronchokontriksi, vasodilatasi
dan pembengkakan jaringan.
Tipe II (Reaksi Cytolysis)
Antigen yang terikat pada membrane sel bereaksi dengan IgG dan IgM dalam
darah dan selnya musnah. Berlangsung di sirkulasi darah. Contohnya adanya
gangguan autoimun, seperti anemia hemolitis (akibat penisilin),
agranulocytose (akibat sulfonamide)

Tipe III (Reaksi Arthus)


Antigen dalam sirkulasi bergabung dengan
IgG menjadi suatu kompleks yang
diendapkan pada endotel pembuluh,
sehingga terjadi peradangan yang bercirikan
urticaria, demam, nyeri sendi dan nyeri otot.
Reaksinya dimulai 4-6 jam setelah terkena
dan lamanya 6-12 hari. Obat-obat yang dapat
menginduksi ini diantaranya : Penisilin,
Solfonamida, Iodida.
 Tipe IV (Reaksi Lambat/ Delayed)
Antigen bereaksi dengan T-Limfosit yang telah disensitasi, sehingga terjadi
pengumpulan limfosit dan monosit pada tempat yang berantigen. Mulai reaksinya
sesudah 24 – 48 jam dan bertahan beberapa hari. Reaksi ini terjadi pada : kulit
(reaksi tuberkulin dan dermatitis kontak karena kontak berulang dengan senyawa
kimia) dan jaringan (penolakan terhadap transplantasi.

 Reaksi Pseudoalergi
Tidak disebabkan oleh reaksi antigen dan antibody, tetapi langsung oleh obat tetapi
gejala yang timbul sama dengan alergi. Contoh; pembebasan histamine setelah
penyuntikan tubokurarin terjadi bronchospasme, penghambatan sintesa
prostaglandin oleh analgetik
3. RESISTENSI dan SUPRAINFEKSI
 Adalah efek tak langsung akibat kerja utama obat,
misalnya antibiotik spectrum luas dapat mengganggu
keseimbangan bakteri usus dan menimbulkan defisiensi
vitamin dan supra infeksi dengan jamur

 Resistensi adalah bagian dari proses evolusi: adaptasi


organisme pada kondisi lingkungan yang di(ber)ubah.

 Supra infeksi : infeksi sekunder dengan parasit yang


berlainan yang timbul atas infeksi primer, dapat terjadi
karena pemakaian antibioti broad spectrum (spectrum
luas) atau pemekaian atibiotik dalam jangka waktu yang
lama sehingga mengganggu keseimbangan bakteri normal
pada mulut, pernafasan, usus dll
4. TERATOGEN
 Kerja obat yang dapat menimbulkan
kerusakan janin dan khususnya
cacat (termasuk efek samping
terparah) pada dosis terapetik untuk
ibu hamil.
 Kerusakan ini terjadi karena
plasenta bersifat sangat permeabel
sehingga obat dapat melewatinya
dan dalam peredaran darah janin
obat akan tertahan lebih lama
karena sistem eliminasinya belum
berkembang secukupnya.
 Kerusakan terhebat terjadi pada
kehamilan muda minggu ke 3 – ke 8
(12 minggu pertama). Plasenta dapat
disamakan dengan sawar darah-otak
dengan membran semi permeabel,
sehingga zat-zat yang bersifat lipofil
5. Toleransi, Habituasi dan Adiksi
 Toleransi adalah peristiwa dinaikkannya dosis obat terus-
menerus untuk mencapai efek terapeutis yang sama,
contohnya ; Diazepam,Oksazepam, Efedrin, Propanolol
dan Narkotik.
 Sedangkan habituasi adalah kebiasaan yang dapat terjadi
melalui beberapa cara yaitu induksi enzim, terbentuknya
reseptor sekunder dan penghambatan resorpsi, barbital,
Fenilbutazon dan Morfin.
 Adiksi atau ketagihan bercirikan adanya ketergantungan
jasmaniah dan rohaniah, penghentian obat adiktif
menimbulkan efek hebat secara fisik dan mental, yang
disebut abstinensia, contohnya; Amfetamin, Narkotik
(Morfin, Heroin, Kokain)

Você também pode gostar