Você está na página 1de 112

KONSEP ETIKA KEPERAWATAN

OLEH : Hj SITI FATIMAH, SKM., M.Kes.


DOSEN : DOSEN STIKES YARSI MATARAM
I. PENDAHULUAN

Pentingnya pemahaman dan pene-


rapan etika profesi dalam era globa-
lisasi bagi tenaga keperawatan.
1. Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan, ter-
masuk pelayanan keperawatan terus meningkat,
baik mutu maupun jangkauan serta cakupannya.
2. Adanya tekanan tuntutan terhadap IPTEK
termasuk, IPTEK keperawatan serta
perkembangan pendidikan yang mengakibatkan
bertambahnya tuntutan terhadap tanggung jawab
dan tanggung gugat Perawat dalam pengambilan
keputusan secara professional, dimana
3. Adanya tekanan tuntutan terhadap IPTEK
termasuk, IPTEK keperawatan serta
perkembangan pendidikan yang mengakibatkan
bertambahnya tuntutan terhadap tanggung jawab
dan tanggung gugat Perawat dalam pengambilan
keputusan secara professional, dimana
aspek etika dan aspek hukum senantiasa menjadi
“ LANDASAN PERTIMBANGAN PENTING “.
ETIKA dan ASPEK LEGAL “ merupakan hal yang esensial
bagi setiap tenaga keperawatan, dengan alasan :

 Bagi setiap tenaga keperawatan memahami


dengan benar tentang konsep etika, berarti
tenaga keperawatan memperoleh arahan
dalam melak-sanakan asuhan keperawatan
yang merupakan tanggung jawab moralnya
dan tidak akan membuat keputusan secara
sembarangan.
 Dengan memahami aspek legal / hukum serta
perundang-undangan yang mendasari
praktek keperawatan memiliki keyakinan
bahwa “ pengambilan keputusan telah sesuai
atau harus sesuai dengan prinsip hukum “.
Dengan demikian Perawat dapat melindungi
dirinya dari tuntutan hukum.
II. PENGERTIAN
1. ETIKA
1. Definisi Nominalis yaitu definisi menurut kata asal-
usul (etimonologi), dimana etika berasal dari bahasa
yunani “ ETHOS “ yang berarti studi statistic
tentang tingkah laku seperti : baik, jelek, keharusan
(adat), benar, salah.
2. Disini dikatakan etika identik dengan kata moral
yang berasal dari kata latin yaitu “ MOS “ dengan
bentuk jamaknya “ MORES “ yang berarti
moralitas, cara hidup atau adat kebiasaan.
Definisi Realis menurut : tujuan,
fungsi dari etika.
 Fungsi etika berisi kumpulan aturan dan
kode moral yang digunakan sebagai pedoman
yang mengarahkan secara konkrit tentang
bagaimana manusia harus bertingkah laku.
Manusia tidak dapat hidup tanpa pedoman.
 Dari segi tujuan berarti etika adalah : Ilmu
yang mempelajari segala soal kebaikan dan
keburukan didalam hidup manusia. Atau ilmu
normatif tentang tingkah laku manusia.
Jadi etika adalah filsafat moral
atau filsafat berfikir tentang
pertimbangan tingkah laku
apakah bermoral atau tidak.
 Kamus umum bahasa Indonesia ( Poerwa-
darminta 1953), yaitu etika adalah : Ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral).
 Oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1988).
 Definisi etika menurut CURTIN (1982).
 Menurut FRY (1994).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1988) disimpulkan bahwa ETIKA adalah :

 Ilmu tentang yang baik dan apa yang benar


atau tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).
 Kumpulan asas atau nilai yang berkenan
dengan akhlak.
 Nilai tentang yang benar dan yang salah yang
dianut oleh suatu golongan / kelompok /
masyarakat.
Etika menurut CURTIN (1982),

adalah Disiplin ilmu yang diawali


dengan mengidentifikasi,
mengorganisasi, meng-analisa kemudian
memutuskan PERILAKU dengan
menerapkan prinsip-prinsip perilaku yang
baik terhadap situasi yang dihadapi
FRY (1994), etika keperawatan :

Ungkapan tentang bagaimana Perawat


wajib bertingkah laku pada saat mem-
berikan pelayanan asuhan keperawatan.
Menurut Fry bahwa standar etika yang perlu dihayati
dan yang perlu diimplementasikan oleh tenaga
keperawatan dalam praktek asuhan keperawatan
sehari-hari adalah :

 JUJUR TERHADAP KLIEN


 MENGHARGAI KLIEN ATAS HAK-HAK
YANG DIRAHASIAKAN KLIEN.
 BERADVOKASI ATAS NAMA KLIEN
Dalam profesi keperawatan, bahwa
etika berarti berbicara tentang :
 Dalam profesi keperawatan, bahwa etika
berarti berbicara tentang :
 Menyelidiki / meneliti bagaimana berbagai
keputusan Perawat dalam mempengaruhi
kehidupan diri pasien / klien dan
keluarganya, sejawat profesi dan system
pelayanan asuhan keperawatan secara
keseluruhan.
Memahami konsep etika, berarti Perawat
harus mampu dan disiplin untuk :
MENGIDENTIFIKASI,
MENGORGANISASIKAN, MEMERIKSA,
MENGAPLIKASIKAN semua tindakan-
tindakan keperawatan demi KEMANUSIAAN
dengan menerapkan prinsip-prinsip
tertentu.
KESIMPULAN
1. Etika adalah Cabang filsafat yang khusus
membicarakan tingkah laku manusia tentang
konsep nilai dan permasa-lahannya, yaitu apakah
nilai baik, buruk, susila, asusila sifatnya
diskriptif.
2. Etika adalah ilmu pengetahuan : normatif, direktif,
dan evaluatif yang bertugas memberi
pertimbangan dan penilaian perilaku manusia
dalam masyarakat yaitu apakah baik atau buruk,
benar atau salah.
3. Etika sebagai ilmu pengetahuan normatif,
direktif, dan evaluatif tingkah laku
manusia dalam kehidupan bersama dan
merupakan : kumpulan nilai, norma, hak,
kewajiban yang dijunjung tinggi dan
dihormati serta dipatuhi dan
dilaksanakan dalam kehidupan manusia.
2. ETIKET

adalah cara atau aturan yang sopan dalam


berhubungan sosial cara ber-
sopan santun.
KESIMPULAN
 Etika memberi norma / nilai tentang
perbuatan, yaitu perbuatan yang boleh
atau tidak boleh dilakukan.

Misalnya : mengambil barang orang lain


tanpa ijin, tidak boleh
3. KEPERAWATAN
 Suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, yang didasarkan dari ilmu kiat
keperawatan, yang pelaksanaannya dalam
bentuk bio – psiko – sosial – spiritual
yang komperhensip, baik sakit maupun
yang sehat, yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia.
 bentuk pelayanan keperawatan yaitu berupa
bantuan yang diberikan karena adanya :
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan dan kurangnya kemauan
menuju kepada kemampuan melaksanakan
kegian hidup sehari – hari secara mandiri
(lokakarya nasional keperawatan, Jakarta
1983)
4. PRAKTEK KEPERAWATAN

Adalah tindakan mandiri perawat profesional


melalui kerja sama yang bersifat kaloborasi
dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya
dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya ( CHS 1992 ).
5. KODE ETIK PROFESI
adalah pernyataan perilaku yang
diharapkan atau yang diyakini publik bagi
setiap anggota profesi untuk bertindak
sesuai dengan kapasitas profesionalnya
(TABBNER, 1981).
6. KODE ETIK
 Standar praktek profesional yang
membedakan tindakan berdasarkan nilai –
nilai yang disepakati secara lisan dan atau
tertulis.
 Rumusan yang merupakan penentuan
perilaku etis bagi kelompok profesi
 Rumusan yang mengatur atau mengikat
kelompok profesi agar berprilaku etis
7. PROFESIONAL
 Adalah tindakan, pelayanan, tingkah laku,
penampilan yang dilakukan oleh tenaga
profesi secara serius (sungguh – sungguh)
dan bertanggung jawab, atas pekerjaan,
jabatan, bekerja keras dalam penampilan
dan mendemonstrasikan “ SENCE OF
ETHIS “.
III. UNSUR – UNSUR ETIKA
1. NILAI atau value adalah sesuatu yang
berharga atau keyakinan yang dipegang
sedemikian rupa oleh seseorang.
OZMONSKI : 1974 : mengatakan
 Keyakinan seseorang tentang sesuatu yang
berharga
 Kebenaran atau keinginan mengenai ide –
ide
 Objek atau perilaku khusus
SIMON , 1973 : mengatakan

 Seperangkat keyakinan dan sikap pribadi


seseorang tentang kebenaran.
 Penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau
perilaku yang berorientasi pada tindakan dan
memberi arah serta makna pada kehidupan
seseorang
jadi nilai adalah wujud idiil dalam kehidupan
seseorang ( Norma, Hukum, Peraturan )

 Nilai menjawabnya :
 Apa ?
 Mengapa : mengapa pasien perlu diberi obat ?
2. HAK adalah tuntutan yang memberikan
ruang kepada seseorang untuk melakukan
tindakan.

 Hak adalah kekuatan atau kewenangan


yang dimiliki oleh seseorang atau
suatu badan hukum untuk
mendapatkan atau memutuskan untuk
berbuat sesuatu dapat diartikan
bidang otonomi.
3. KEWAJIBAN adalah suatu yang harus diperbuat
atau yang harus dilakukan oleh seseorang atau suatu
badan hukum.
4. PERATURAN MORAL, adalah perbuatan yang
menyangkut tingkah laku atau yang membimbing
seseorang untuk bertingkah laku secara moral.
Misalnya : kepatuhan berantrian dalam pelayanan; life
saving pada pelayanan UGD.
5. HUBUNGAN MANUSIA.
 Pola hubungan dokter dengan pasien
 Pola hubungan doker dengan perawat, dan
seterusnya.
III. Terminologi Pelayanan Untuk
Penerapan Etika Keperawatan

Kapan penerapan etika dimulai ?


Dimulai, ketika :
A. Petugas / perawat berjumpa dengan
pelanggan.
B. Pasien / keluarganya ( pelanggan )
melakukan transaksi pelayanan.
A. Petugas / perawat berjumpa dengan
pelanggan.
Ada 4 hal kebutuhan pelanggan yang
paling pokok, yaitu :
1. Kebutuhan disambut ( welcome ).
* Merupakan sentuhan pertama ketika
pelanggan berjumpa dengan petugas
Rumah Sakit.
* Sentuhan pertama
2. Kebutuhan dimengerti. ( under stand ).
3. Kebutuhan keamanan. ( security ).
4. Kebutuhan Kenyamanan.
Penjelasan

1. Kebutuhan disambut ( welcome ).


 Merupakan sentuhan pertama ketika
pelanggan berjumpa dengan petugas
Rumah Sakit.
 Sentuhan pertama
Sentuhan pertama akan berupa :

a. Sapaan
* Sapaan yang ramah dan senyum
manis
* Menyapa dan memberi salam berupa :
selamat pagi / siang / sore, dan
seterusnya.
b. Body language ( bahasa tubuh ) petugas
ini sangat penting diperhatikan terutama
pada saat petugas / perawat melakukan
“ KOMUNIKASI “ langsung, karena terasa
oleh pelanggan,
misalnya :
 Berbicara dengan menatap mata.
 Mendengarkan dengan sabar dan aktif.
 Ekspresi tubuh yang menyenangkan.
c. Fisik lingkungan artinya perlu menyam-
but pelanggan tiba di tempat dengan :

• Lingkungan yang bersih dan rapi,


nyaman dan menyenangkan.
• Bila perlu adanya bunga.
• Toilet yang bersih.
• tempat sampah yang jelas.
2. Kebutuhan dimengerti. ( under stand ).

Semua pasien ( klien / keluarga ) yang


berkunjung atau masuk Rumah Sakit
dan atau berhungan dengan Rumah
Sakit “ sangat mengharapkan
kebutuhannya dimengerti “ oleh semua
petugas :
dari DIREKSI PELAKSANAAN,
Terutama menyangkut keadaan :
a. Pelayanan yang cepat dan tepat, terutama layanan
“Gawat Darurat “.
b. Jawaban yang cepat dan tepat bila ditanya.
c. Menerangkan dengan jelas apa yang telah dan apa
yang akan dilakukakan.
d. Pengobatan dan atau tindakan yang segera bila
diperlukan.
e. Komunikasai yang dapat meredakan ketidak-jelasan
dan ketidak mengertian : perlu meng-ingatkan nama
pasien / pelanggan, perlu mem-perkenalkan diri,
menggunakan identitas diri.
3. Kebutuhan keamanan. ( security ).

Pelanggan yang berkunjung dan atau


masuk Rumah Sakit, bukan seperti
pelanggan sebuah hotel, akan tetapi
mereka mempunyai perma-salahan yang
jelas dan perasaan was–was ter-hadap
keadaan dirinya/keluar-ganya dan kawatir
jangan sampai keadaan tersebut menjurus
ke ke-adaan yang lebih kritis.
Oleh sebab itu mereka membutukan rasa aman, bahwa
keadaan kesehatan pasien / pelanggan berada di
bawah kendali tenaga yang kompeten dan dapat
memberikan rasa aman yang pasti, berarti perlu :

• Dilayani dengan benar dan tepat.


• Tindakan perlu dilakukan secara baik dan tepat.
• Pelayanan kerohanian bila diberikan, harus secara
baik dan tepat serta tidak berlebihan.
4. Kebutuhan Kenyamanan.

Hal ini sangat mempengaruhi citra


petugas / Rumah Sakit manakala
kebutuhan rasa nyaman yang mi-
nim atau tidak dapat dipenuhi.
Terciptanya kenyamanan yaitu melalui :

 Fasilitas pelayanan sesuai standar.


 Kebersihan linen yang memadai.
 Tempat duduk untuk menunggu memadai.
 Ruang tunggu / duduk tanpa puntung rokok.
 Kebersihan KM / WC dan ruang perawatan,
dan seterusnya.
B. Pasien / keluarganya ( pelanggan )
melakukan transaksi pelayanan.
Pada saat itulah seluruh tenaga keperawatan
harus mampu mengaplikasikan etika kepera -
watan demi tugas yang diemban sebagai tenaga
yang profesional, sehingga pada terminologi
pelayanan asuhan keperawan dengan meng -
gunakan metode pendekatan proses keperawa-
tan, berlaku format evaluasi diri dalam mem -
berikan pelayanan.
V. Fungsi Kode Etik.
Sebagai landasan bagi setiap anggota
profesi dalam menunjukan status
profesionalnya, untuk beberapa hal :
a. Masyarakat :
Perawat dapat memahami dan mene-
rima kepercayaan dan serta tanggung
jawab yang diberikan pada dirinya oleh
masyarakat .
b. Merupakan pedoman / landasan bagi dirinya untuk
berperilaku dalam hal berhubungan dengan
keprofesiannya, yaitu praktek yang etikal.
c. Merupakan pedoman dalam pengaturan diri bagi
tenaga profesi.
d. Merupakan pedoman dalam mengatur tata hubungan
praktek keprofesian sesuai yang ditetapkan dalam
kode etik, yaitu :
• Hubungan Perawat dengan klien.
• Hubungan Perawat dengan praktek keperawatan
• Hubungan Perawat dengan masyarakat.
• Hubungan Perawat dengan sejawat.
• Hubungan Perawat dengan profesi.
IV. Tujuan Kode Etik.
 Agar tenaga keperawatan dapat bersikap,
berperilaku, bergaul maupun bertindak, baik
sesamanya maupun dengan kelompok
mayasarakat, terutama pengguna jasa
pelayanan secara tertib, benar dan baik.
 Agar dapat melaksanakan Asuhan
Keperawatan sesuai dengan prosedur / standar
dengan benar dan baik.
 Agar dapat memperbaiki citra tenaga
keperawatan dalam proses penghidupan dan
kehidupan sebagai anggota profesi dengan
benar dan baik.
VII. Manfaat Etika ( BUDI PEKERTI ) Bagi : Tenaga
Keperawatan Klien dan Unit Pelayanan.
a. Bagi Tenaga Keperawatan.

Pemahaman unsur etika yang sehat dan secara


utuh sangat diperlukan untuk membentuk
kehidupan yang baik bagi tenaga keperawatan,
terutama pembentukan kepri-badian,
memberikan citra kepada dirinya, juga
terhadap kualitas pelayanan.
Kata perawatan / perawat berarti atau selalu
identik yaitu orang yang terampil memberikan
pelayanan / perawatan
terhadap orang sakit dengan penuh rasa : “
KASIH SAYANG “,
Terhadap orang yang sehat

“ DENGAN PENUH KESENANGAN HATI “.

Perawat perlu menjunjung tinggi

“Aklak yang mulia dan kepribadian yang luhur”


Berarti perawat harus dapat mempertahankan :
 Nama baik dan martabatnya.
 Bekerja secara terampil dan bertanggung jawab
 Merawat sesama dengan penuh kasih sayang.
 Menjunjung tinggi ahlak yang mulia dan berkepri-badian
yang luhur.
 Adil dan jujur.
 Percaya diri, lemah lembut ( perasaan halus ).
 Bijaksana, kesetian, sopan dan tabah, sarta kepatuhan.
 Bersemangat, berbadan sehat, berfikir sehat.
 Sadar akan diri sendiri.
 Ridha ( sportif ), teliti, disiplin, ramah, dan tanggap.
 Simpati dan empati.
b. Bagi Pasien / Klien.

Hampir semua pasien / klien mempunyai cita – cita


untuk hidup sehat dan sembuh apabila sakit.
Pada saat sakit dan mendapatkan perawatan,
setiap penderita selalu merenungi proses
kehidupan yaitu :
- Bagaimana hal ini bias terjadi.
- Apa yang akan dilakukan yang terbaik
untuk dirinya.
- Bagaimana dengan pelayanan rumah
sakit (Dokter, maupun perawat) dan seterusnya.
 Hal-hal tersebut dapat memperburuk keadaan /
hubungan antara petugas (tenaga keperawatan)
dengan pasien, apabila tidak diatur dan atau
tidak dihayati dengan benar oleh tenaga
keperawatan kesadaran tentang pentingnya arti
nilai/moral/ahlak, merupakan pertolongan yang
tepat/sangat berguna untuk memberikan
dorongan/ke-kuatan moral/mental bagi
penderita, sehingga memberi kesan yang
mendalam bagi penderita atas kehadiran tenaga
keperawatan.
c. Bagi Unit Pelayanan
Kemampuan profesional serta kemuliaan ahlak
atau prilaku etis atas pemahaman dan
penghayatan etika/kode etik profesi, yang
ditampilkan oleh tenaga keperawatan pada saat
memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada
seluruh tatanan pelayanan, menjadi tuntunan
utama masyarakat/pelanggan.
a.Bagi Unit Pelayanan

Apabila ditampilkan sesuai dengan ketentuan


pada situasi dan kondisi tertentu pada seluruh
tatanan pelayanan, maka akan memberi dampak
tertentu terhadap mutu pelayanan, khususnya
mutu asuhan keperawatan yang diterima oleh
masyarakat.
Bagaimana nilai perawatan dapat ditingkatkan?
Pilihan yang tepat adalah :
1. Tenaga keperawatan meningkatkan kemampuan
profesional terus-menerus.
2. Adanya pemahaman dan penerapan etika / kode
etik secara benar pada setiap tingkah laku /
prosedur / kepu-tusan yang akan dilakukan pada
saat melayani : klien, keluarga dan atau
masyarakat pelanggan .
3. Adanya kesadaran, kemauan, keinginan bagi
tenaga keperawatan untuk mempertahankan /
memperbaiki martabat, ahlak, kepribadian dan
derajat serta mutu pelayanan keperawatan.
VIII. Hubungan Nilai Sosial Budaya Bangsa
Dengan Etika Profesi Etika Keperawatan .

 Salah satu nilai sosial budaya bangsa yang


paling menonjol di tengah masyarakat
Indonesia adalah upaya penyembuhan
tradisional atau pengobatan alternatif,
yang sampai saat sekarang tetap menda-
pat tempat ditengah-tengah masyarakat
Indonesia.
 Namun dilain pihak berkembang pula tehnik pengo-
batan kedokteran moderen seiring ber-kembangnya
ilmu dan teknologi. Kedua sistem ini memiliki kele-
bihan dan kekurangannya. Tetapi masyarakat,
khususnya orang sakit akan tetap memilih cara
penyembuhan apapun, asalkan dirinya sembuh.

 Karena itu penyembuhan tradisional dan kedokteran


tidak perlu di pertentangkan. Dengan ini memahami
konsep-konsep seperti ini, maka tenaga kepera-
watan dalam mengaplikasikan etika profesi, etika
keperawatan akan mampu menjunjung tinggi dan
menghargai hak dan kewajiban pasien secara utuh.
IX. Bentuk Nilai Sosial Budaya Bangsa.
 Penyembuhan tradisional atau pengobatan alternatif :
1. Ramuan tumbuhan obat.
2. Cara fisik dukun beranak, sunat,
tulang, susuk, ketok, refleksologi,
akupuntur, dan seterusnya.
3. Meditasi, pernafasan dan tenaga dalam.
4. Penyembuhan dengan cara spiritual doa-doa,
mantera, psikoterapi, dan seterusnya .
• Adanya sinkronisasi oleh petugas kesehatan, demikian
pula oleh tenaga keperawatan dalam praktek di
masyarakat.
X. Menyikapi Penyembuhan Tradisional

 Fakta menunjukkan :
1. Ada orang sakit yang berobat kedokter
menjadi sembuh atau tetap sakit.
2. Sebaliknya ada orang sakit yang ber -
obat kedukun menjadi sembuh atau
tetap sakit
3. Adapun orang sakit, berobat kepada
kedua-duanya namun tetap sakit.
Penjelasan
 Fakta menunjukkan ada orang sakit yang
berobat kedokter menjadi sembuh atau tetap
sakit : orang sakit yang tidak sembuh itu,
kemudian berobat kepada tabip atau dukun dan
menjadi sembuh. Sebaliknya ada orang sakit
yang berobat ke-dukun menjadi sembuh atau
tetap sakit. Orang sakit yang tidak sembuh
tersebut kemudian berobat kedokter dan
menjadi sembuh.
 Adapun orang sakit, berobat kepada kedua-
duanya namun tetap sakit. Dan kenyataan
diatas, jelas bahwa dalam upaya
penyembuhan, tidak selamanya diperlukan
pendekatan kedokteran ilmiah, tetapi dapat
pula dilakukan dengan memberikan perhatian
pada aspek-aspek non-medik sesuai latar
belakang sosial budaya masyarakat, termasuk
agama dan kepercayaan masyarakat.
 Dan penelitian di Amerika Serikat akhir-akhir
ini ditemukan bahwa makin dapat dibuktikan
secara ilmiah tentang peranan agama,
kepercayaan dan spiritual dalam membantu
penyembuhan berbagai penyakit. Oleh karena
itu kita perlu bersikap : terbuka dan obyektif,
namun sebaliknya tidak berarti kita harus
menerima begitu saja hasil penyem-buhan
tradisional, tetapi perlu dilakukan suatu kajian
untuk membuktikan manfaat dari berbagai
jenis upaya penyem-buhan tradisional.
HAK DAN KEWAJIBAN KAITAN
DENGAN ETIKA PROFESI
 Hak adalah Kekuatan / kewenangan
yang dimiliki oleh seorang atau suatu
badan hukum untuk mendapatkan
atau memutuskan untuk berbuat
sesuatu.
 Kewajiban adalah sesuatu yang harus
diperbuat atau yang harus dilakukan
oleh seseorang atau suatu badan
hukum.
Peranan hak
1. Sebagai alat untuk mengespresikan
kekuasaan dalam konflik antara seorang
dengan kelompok.
2. Untuk men – JUSTIFIKASI tindakan.
3. Alat untuk menyelesaikan konflik /
perselisihan seseorang.
JENIS – JENIS HAK

 Hak untuk memilih ( kebebasan ).


 Hak kesejahteraan.
 Hak legislative.

Landasan hukum yang mengatur hak dan kewajiban :

1. KUHAP pasal 170.


2. Undang – undang nomor 23 tahun 1966,
3. Hak legislative.
Landasan hukum yang mengatur hak dan
kewajiban :
 Kuhap pasal 170.
 Undang – undang nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan.
 Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1966, tentang wajib
Simpan Rahasia ( Rahasia Kedokteran ).
 Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1981 tentang
Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta
transparasi alat dan atau jaringan tubuh manusia.
 Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang
tenaga kesehatan.
 Peraturan Mentri kesehatan RI No : 159
b/Menkes/PU/XII/1989 tentang persetujuan Tindakan
Medis.
Landasan hukum yang mengatur hak dan
kewajiban.

1. Kuhap pasal 170.


2. Undang – undang nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1966, tentang
wajib Simpan Rahasia ( Rahasia Kedokteran ).
4. Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1981 tentang
Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis
serta transparasi alat dan atau jaringan tubuh
manusia.
5. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang
tenaga kesehatan.
6. Peraturan Mentri kesehatan RI No : 159
b/Menkes/PU/XII/1989 tentang persetujuan Tindakan
Medis.
7. Keputusan Mentri kesehatan RI No : 749
a/Menkes/PU/XII/1989 tentang Rekam Medis/
Medical Record.
8. Keputusan Mentri kesehatan RI No :
924/Menkes/SK/XII/1986 tentang berlakunya kode
etik Rumah Sakit diseluruh Indonesia.
9. United Nations Universal Declarations of Human
Right tahun 1948, yaitu, :
- Hak atas pemeliharaan kesehatan.
- Hak untuk menentukan nasib sendiri
10. Surat edaran Direktur Jenderal Pelayanan medik
No : 4M.02.04.3.5.2504 tahun 1997, tentang
pedoman hak dan kewajiban : pasien, dokter,
Rumah Sakit dan tenaga kepe-rawatan.
11. Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang
penetapan hak dan kewajiban pasien, dokter,
perawat, bidan.
A. DOKTER.
1.1 HAK DOKTER.
1. Dokter berhak mendapat perlindu - ngan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
2. Dokter berhak untuk bekerja menurut standar
profesi serta berdasarkan hak otonomi.
3. Dokter berhak untuk menolak keinginan pasien
yang bertentangan dengan peraturan perundang
– undangan, profesi dan etika.
4. Dokter berhak menghentikan jasa profesi-
onalnya kepada pasien apabila misalnya
hubungan dengan pasien sudah berkembang
begitu buruk sehingga kerjasama yang baik
tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali untuk
pasien gawat darurat dan wajib menyerahkan
pasien kepada dokter lain.
5. Dokter berhak atas privacy.
6. Dokter berhak mendapatkan informasi lengkap
dari pasien yang dirawatnya atau dari
keluarganya.
4. Dokter berhak menghentikan jasa profesi-
onalnya kepada pasien apabila misalnya
hubungan dengan pasien sudah berkembang
begitu buruk sehingga kerjasama yang baik
tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali untuk
pasien gawat darurat dan wajib menyerahkan
pasien kepada dokter lain.
5. Dokter berhak atas privacy.
6. Dokter berhak mendapatkan informasi lengkap
dari pasien yang dirawatnya atau dari
keluarganya.
7. Dokter berhak atas informasi atau pem-
beritahuan pertama dalam menghadapi
pasien yang tidak puas terhadap pela-
yananya.
8. Dokter berhak untuk diperlakukan adil
dan jujur, baik oleh Rumah Sakit mau-
pun oleh pasien,
9. Dokter berhak untuk mendapat imbalan
atas jasa profesi yang diberikannya ber-
dasarkan perjanjian dan atau ketentuan
/ peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
2.1 KEWAJIBAN DOKTER

1. Dokter wajib mematuhi peraturan Rumah Sakit


sesuai dengan hubungan hukum antara dokter
tersebut dengan Rumah Sakit.
2. Dokter wajib memberikan pelayanan medis
sesuai dengan standar profesi dan menghormati
hak – hak pasien.
3. Dokter wajib merujuk pasien kedokter lain/
Rumah Sakit lain yang mempunyai keahlian /
kemampuan yang lebih baik, apabila ia tidak
mampu melakukan sesuatu pemeriksaan atau
pengobatan.
4. Dokter wajib memberikan kesempatan kepada
pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan
keluar-ganya dan dapat menjalankan ibadah sesuai
keya-kinannya.
5. Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang penderita, bahkan
juga setelah penderita itu meninggal dunia.
6. Dokter wajib memberikan pertolongan darurat
sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain bersedia dan mampu mem-
berikannya.
7. Dokter wajib memberikan informasi yang
cukup memadai tentang perlunya tindakan
medik yang bersangkutan serta resiko yang
dapat ditimbulkannya.
8. Dokter wajib membuat rekam medis yang baik
secara berkesinambungan berkaitan dengan
keadaan pasien.
9. Dokter wajib terus menerus menambah ilmu
pengetahuan dan mengikuti perkembangan
ilmu kedokteran/kedokteran gigi.
10. Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
11. Dokter wajib bekerja sama dengan sesama
profesi dan pihak lain yang terkait secara
timbal-balik dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
B. PERAWAT
1.1 HAK PERAWAT

1. Perawat berhak mendapat perlindungan


hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesi keperawatan.
2. Perawat berhak untuk bekerja menurut
standar profesi keperawatan yang di -
tentukan oleh Rumah Sakit.
3. Perawat berhak untuk menolak keinginan
pasien yang bertentangan dengan pera-
turan perundang-undangan, profesi ke -
perawatan dan etika.
4. Perawat berhak menghentikan jasa
profesionalnya kepada pasien apabila
misalnya dengan pasien sudah berkembang
begitu buruk sehingga kerja sama yang baik
tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali untuk
pasien gawat darurat.
5. Perawat berhak atas privacy (Berhak
menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
oleh pasien dengan ucapan atau tindakan
untuk melecehkan atau memalukan).
6. Perawat berhak untuk diperlakukan adil dan
jujur, baik oleh dokter, Rumah Sakit maupun
pasien.
7. Perawat berhak untuk mendapat imbalan atas
jasa profesi yang diberikannya berdasarkan
perjanjian dan atau ketentuan/peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.
2.1 KEWAJIBAN PERAWAT

1. Perawat wajib mematuhi peraturan Rumah


Sakit sesuai dengan hubungan hukum antara
perawat tersebut dengan Rumah Sakit.
2. Perawat wajib memberikan asuhan kepera-
watan sesuai dengan standar profesi dan
menghormati hak-hak pasien.
3. Perawat wajib memberikan kesempatan ke-
pada pasien agar senantiasa dapat berhubu-
ngan dengan keluarganya dan dapat menja-
lankan ibadah sesuai keyakinannya.
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu
yang wajib diketahuinya tentang seseorang
penderita, bahkan juga setelah penderita itu
meninggal dunia.
5. Perawat wajib melakukan pertolongan daru-
rat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia
dan mampu memberikannya.
6. Perawat wajib memberikan informasi yang
cukup memadai tentang perlunya tindakan
medik yang akan dilakukan.
7. Perawat wajib membuat rekam medis yang baik
secara berkesinambungan berkaitan dengan
keadaan pasien.
8. Perawat wajib terus menerus menambah ilmu
pengetahuan dan mengikuti perkembangannya.
9. Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
10. Perawat wajib bekerja sama dengan sesame
profesi dan berhak lain yang terkait secara timbal-
balik dalam memeberikan pelayanan kepada
pasien.
C. RUMAH SAKIT
1.1 HAK RUMAH SAKIT

1. Rumah Sakit berhak membuat peraturan-


peraturan yang berlaku di Rumah Sakit sesuai
dengan kondisi/keadaan yang ada (hospital by
law).
2. Rumah Sakit berhak mensyaratkan bahwa
pasien harus mentaati segala peraturan Rumah
Sakit.
3. Rumah Sakit berhak mensyaratkan bahwa
pasien harus mentaati segala intruksi yang
diberikan dokter kepadanya.
4. Rumah Sakit berhak menerima atau menolak
tenaga dokter atau dokter gigi yang akan
bekerja sebagai tenaga fungsional di Rumah
Sakit melalui Panitia Kridensial/Komite Medik.
5. Rumah Sakit berhak menuntut pihak – pihak
yang telah melakukan wanprestasi (termasuk
pasien, pihak ketiga dan lain-lain).
6. Rumah Sakit berhak mendapat perlindungan
hukum.
2.1 KEWAJIBAN RUMAH SAKIT

1. Rumah Sakit wajib mematuhi perundang-


undangan dan peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintahan.
2. Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan
kepada pasien tanpa membedakan suku, ras,
agama, seks dan status sosial pasien.
3. Rumah Sakit wajib menyediakan sarana
informasi umum bagi pasien, keluarga pasien
dan semua penjung Rumah Sakit.
4. Rumah Sakit wajib merawat pasien sebaik-
baiknya dengan tidak membedakan kelas
perawatan (duty of care).
5. Rumah Sakit wajib menjaga mutu perawatan
dengan tidak membedakan kelas perawatan
(quality of care).
6. Rumah Sakit wajib memberikan pertolongan
pada Instalasi Gawat Darurat tanpa meminta
jaminan materi terlebih dahulu.
7. Rumah Sakit wajib menyediakan sarana dan
peralatan umum yang membutuhkan.
8. Rumah Sakit wajib menyediakan sarana dan
peralatan medik (medical equipment) sesuai
dengan standar yang berlaku.
9. Rumah Sakit wajib menjaga agar semua
sarana dan peralatan senantiasa dalam
keadaan (ready for use).
10. Rumah Sakit wajib merujuk pasien kepada Rumah
Sakit lain apabila tidak memiliki sarana, prasarana,
peralatan dan tenaga yang diperlukan.
11. Rumah Sakit wajib mengusahakan adanya system,
sarana dan prasarana pencegah kecelakaan dan
penanggulangan bencana.
12. Rumah Sakit wajib melindungi dokter, dokter gigi
dan perawat serta memberikan bantuan administrasi
dan hukum bilamana dalam melaksanakan tugas
yang bersangkutan mendapat perlakuan tidak wajar
dan tutunan hukum dari pasien atau keluarganya.
13. Rumah Sakit wajib mengadakan perjanjian tertulis
dengan dokter, dokter gigi, perawat, dan tenaga
professional lainnya yang bekerja di Rumah Sakit
tersebut, kecuali bila tenaga yang dimaksud adalah
karyawan Rumah Sakit.
14. Rumah Sakit wajib mengadakan perjanjian tertulis
dengan dokter, dokter gigi, perawat, dan tenaga
professional lainnya yang bekerja di Rumah Sakit
tersebut, kecuali bila tenaga yang dimaksud adalah
karyawan Rumah Sakit.
HAK PASIEN
Hak pasien adalah hak-hak pribadi
yang dimiliki manusia sebagai
pasien.
1. Pasien berhak memperoleh
informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang
manusiawi , adil dan jujur.
3. Pasien berhak memperoleh
pelayanan medis yang sesuai
dengan standar profesi
kedokteran/kedokteran gigi dan
tanpa diskriminasi.
4. Pasien berhak memperoleh asuhan
keperawatan sesuai dengan standar
profesi keperawatan.
5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas
perawatan sesuai dengan keinginannya
dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.
6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang
secara bebas menentukan pendapat
klinis dan pendapat etisnya tanpa ikut
campur tangan dari pihak luar.
7. Pasien berhak meminta konsultasi
kepada dokter lain yang terdaftar di
Rumah Sakit tersebut (second opinion)
terhadap penyakit yang dideritanya,
sepengetahuan dokter yang merawat.
10. Pasien berhak meminta konsultasi
kepada dokter lain yang terdaftar di
Rumah Sakit tersebut (second opinion)
terhadap penyakit yang dideritanya,
sepengetahuan dokter yang merawat.
11. Pasien berhak mendapat informasi yang
meliputi
12. Pasien berhak menyetujui/memberi izin
atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit
yang dideritanya.
11. Pasien berhak menyetujui/memberi izin
atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit
yang dideritanya.
12. Pasien berhak didampingi keluarganya
dalam keadaan kritis.
13. Pasien berhak menjalankan ibadah
sesuai agama/kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya.
14. Pasien berhak atas keamanan dan
keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit.
15. Pasien berhak mengajukan usul, saran,
perbaikan atas per-lakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya.
16. Pasien berhak menerima atau menolak
bimbingan moril maupun spiritual.
KEWAJIBAN PASIEN

1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk


mentaati segala peraturan dan tata tertib
Rumah Sakit.
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala
instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya.
3. Pasien berkewajiban memberikan informasi
dengan jujur dan selengkapnya tentang
penyakit yang diderita kepada dokter yang
merawat.
4. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban
untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan Rumah Sakit/dokter.
5. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban
untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan Rumah Sakit/dokter.
HAK-HAK ORANG YANG AKAN
MENINGGAL DUNIA

1. Hak untuk mendapat perlakuan sebagai


manusia hidup.
2. Hak untuk dipertahankan harapan-harapan,
apapun perubahan yang terjadi.
3. Hak untuk menyatakan perasaan dan emosi
sehubungan
4. Hak untuk berpartisipasi dalam
keputusan yang diambil yang
menyangkut perawatan.
5. Hak untuk tidak meninggal dunia dalam
keadaan sendirian.
6. Hak untuk bebas dari rasa sakit.
7. Hak untuk mendapatkan jawaban atas
pertanyaan secara jujur ( tidak
dibohongi).
8. Hak untuk mendapatkan jawaban atas
pertanyaan secara jujur ( tidak
dibohongi).
9. Hak untuk tetap dalam keadaan damai
dan bermartabat.
10. Hak untuk tetap dalam agama
kepercayaan dan tidak diambil
keputusan yang bertentangan dengan
agama kepercaannya apabila meninggal
dunia.
11. Hak untuk tetap dalam agama kepercayaan
dan tidak diambil keputusan yang
bertentangan dengan agama kepercaannya
apabila meninggal dunia.
12. Hak untuk mendapatkan kesucian raga
manusia yang akan tetap dihormati sesudah
meninggal dunia.
13. Hak untuk mendapatkan perawatan dari
orang-orang yang berpengetahuan, sehingga
memberi ketentuan dalam menghadapi
kematian.
HAK-HAK ORANG YANG CACAT/
KETRERBELAKANGAN MENTAL

Kelompok ini adalah Mereka yang tidak


mampu meyakinkan dirinya baik menyeluruh
atau sebagian untuk kehidupan social atau
perorangan secara normal, sebagai akibat
adanya kekurangan baik kongenital atau bukan
akibat keterbatasan kemampuan fisik maupun
mental.
Hak – hak :
1. Berhak untuk mendapatkan penghargaan /
manfaat sebagai manusia sehingga dapat
menikmati kehidupan seperti manusia normal
2. Berhak untuk memperoleh informasi yang
jelas tentang keadaan penyakitnya.
3. Berhak untuk mendapatkan tindakan –
tindakan tertentu sehingga lebih percaya diri
4. Berhak untuk memperoleh tindakan / pengo-batan
medis, psikologis dan fungsional lainnya / penggunaan
alat bantu / prothese, rehabilitasi sosial, medis dan
seterusnya, yang memung-kinkan mereka untuk
mengembangkan ke -mampuan dan keterampilan
secara maksimal.
5. Berhak untuk mendapatkan keamanan sosial dan
ekonomi sehingga mencapai tingkat ke-hidupan yang
layak sesuai dengan kemampuan untuk mendapatkan
pekerjaan.
6. Berhak untuk mendapatkan kebutuhan – kebutuhan
yang spesifik yang perlu diper-timbangkan dalam
semua tingkat perencanaan baik sosial maupun
ekonomi.
HAK – HAK PASIEN HAMIL

1. Bahwa sebelum memberikan obat atau


dialakukannya suatu prosedur perlu diberikan
informasi oleh petugas mengenai efek samping /
efek potensial langsung atau tidak langsung
terhadap obat atau maupun tindakan yang akan
dilakukan, resiko atau bahaya bagi bayinya
atapun dirinya sebagai akibat obat atau prosedur
tersebut, selama kehamilan atau melahirkan atau
laktasi.
2. Perlu diberikan informasi mengenai hal – hal
yang menyangkut bagai mana
mempersiapkan kelahiran, cara mengatasi
ketidak nyamanan atau rasa stress dalam
menghadapi kelahiran.
3. Berhak untuk mementuakan, menolak atau
resiko yang terjadi sehungan dengan
pengobatan yang dianjurkan.
4. Berhak untuk mengetahui nama,
kualifikasi petugas yang akan
memberikan tugas atau melakukan
prosedur selama melahirkan.
5. Hak untuk diberi informasi sebelum
me-lakukan suatu prosedur, yaitu :
Apakah prosedur yang dilakukan
tersebut untuk kepentingan dirinya
atau bayinya (indikasi medis) atau
dilakukan dalam rangka menyenangkan
pasien atau kepentingan kosmetik atau
riset.
6. Pasien hamil mempunyai hak untuk didampingi selama
dalam keadaan stress persalinan oleh petugas yang
merawatnya.
7. Berhak bahwa setelah berkonsultasi Medis dapat me-
milih prosedur melahirkan yang sedikit mungkin me-
nimbulkan stress baik untuk dirinya maupun bagi
bayinya.
8. Pasien hamil setelah melahirkan behak perawatan
bayinya di lakukan bersama – sama dalam satu kamar
(rooming – in ) apabila bayinya normal dan memberi
minum pada bayinya sesuai kebutuhan bayinya, bukan
menurut aturan Rumah Sakit.
9. Pasien hamil mempunyai hak untuk diberi
informasi dalam menuliskan nama petugas
yang membantu melahirkan bayinya, berikut
kualifikasi profesionalnya, untuk kepentingan
pembuatan sertifikat / akta kelahirannya.
10. Pasien Obstetrik mempunyai hak untuk diberi
informasi mengenai aspek atau kondisi dirinya
atau bayinya yang mungkin dapat
menimbulkan masalah atau penyakitnya
dibelakang hari.
11. Pasien Obstetrik mempunyai hak agar
dokumen medis dirinya maupun bayinya
lengkap, akurat dan dapat dibaca termasuk
catatan perawatan, serta disimpan sampai
jangka waktu tertentu.

Você também pode gostar