Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
• Yhang Lidi Tama (20060310050)
• Agustin Widyo Purwandari (20060310149)
•Rizqi Restiana (200603100195)
• Anang Budi Prastowo(20060310198)
• Giand Elmadahlia Tusara (20060310208)
DEFINISI
Refraksi adalah pembelokan berkas sinar
yang saat melintas melewati perbatasan
media yang mempunyai indeks refraksi
yang berbeda.
Lensa adalah media refraksi yang dibatasi
oleh dua bidang licin teratur dikedua
bidang sisinya
ANOMALI REFRAKSI
Disebut juga ametropi. Artinya refraksi mata
yang tidak berakomodasi, bayangan benda
yang dilihat ada diluar retina. Maka
berdasarkan letak bayangan, status refraksi
anomali terdiri dari :
- Miopi
- Hipermetrop
- Astigmat
Refraksi mata adalah perubahan jalannya
cahaya, akibat media refrakta mata,
dimana mata dalam keadaan istirahat.
STATUS REFRAKSI
Kekuatan refraksi kornea, yang ditentukan
oleh kekuatan lengkung kornea.
Kedalaman bilik mata depan yang berisi
cairan aquos
Kekuatan refraksi lensa
Panjang sumbu bola mata
AKOMODASI
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk
mencembung yang terjadi akibat kontraksi
otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan
lensa bertambah kuat.
Teori akomodasi:
- Teori akomodasi Hemholtz: dimana zonula
Zinn kendor akibat kontraksi otot siliar
sirkuler, mengakibatkan lensa yang elastis
menjadi cembung dan diater menjadi kecil
Teori akomodasi Thsernig: dasarnya adalah
bahwa nukleus lensa tidak dapat berubah
bentuk sedang yang dapat berubah bentuk
adalah bagian lensa superfisial atau korteks
lensa. Pada waktu akomodasi terjadi
tegangan pada zonula Zinn sehingga
nukleus lensa terjepit dan bagian lensa
superfisial di depan nukleus akan
mencembung
JENIS REFRAKSI MATA
1. Emetropia
2. Hipermetropia
3. Miopia
4. Astigmatisme
5. Presbiopia
EMETROPIA
Mata dengan
keadaan normal pada
:
Panjang bola mata
Pembiasan sinar oleh
Kornea
Lensa
Badan kaca
Sinar akan terfokus
pada bintik kuning
HIPERMETROPIA
Sinar difokus di
belakang nakula
lutea
Koreksi lensa
positif menggeser
sinar ke depan atau
makula llutea
Penyebab hipermetrop :
A. Hipermetrop sumbu atau aksial : kelainan
refraksi akibat bola mata pendek atau sumbu
antero posterior pendek.
B. Hipermetrop kurvatur : dimana kelengkunan
kornea atau lensa kurang sehingga bayangan di
fokuskan dibelakang retina.
C. Hipermetrop refraktif : dimana terdapat indeks
bias yang kurang pada sistem optik mata.
BENTUK HIPERMETROP
Hipermetrop manifes adalah hipermetrop
yang dapat dikoreksi dengan kacamata
positif maksimal yang memberikan tajam
penglihatan normal.
Hipermetrop absolut dimana kelainan
refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi
dan memerlukan kacamata positif untuk
melihat jauh.
• Hipermetrop fakultatif dimana kelainan
hipermetrop dapat diimbangi dengan
akomodasi ataupun kacamata positif
• Hipermetrop laten diaman kelainan
hipermetrop tanpa sikloplegia (atau
dengan obat yang melemahkan akomodasi
) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi.
• Hipermetrop total hipermetrop yang
ukuranya didapatkan sesudah diberikan
sikloplegia.
GEJALA
Penglihatan dekat dan jauh kabur, sakit
kepala, silau dan kadang terasa juling atau
terlihat ganda.
Pengobatan hipermetrop :
• Diberikan koreksi hipermetrop manifes
dimana tanpa sikloplegi didapatkan ukuran
lensa positif maksimal yang memberikan
ketajaman penglihatan normal (6/6).
MIOPIA
Pada miopia panjang bola mata
anteroposterior dapat terlalu besar atau
kekuatan pembiasan media refraksi terlalu
kuat.
Bentuk miopi :
a. Miopi refraktif, bertambahnya indeks bias
media penglihatan seperti terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi
lebih cmbung sehingga pembiasan lebih
kuat.
b. Miopi aksial, miopi akibat panjangnya
sumbu bola mata, dengan kelengkungan
kornea dan lensa yang normal.
Refraksi anomali
miopia
Sinar sejajar difokus di
depan makula
Dengan lensa negatif
digeser ke belakang
atau makula lutea
Menurut Derajat miopi
a. Miopi ringan, dimana miopi < 1 – 3 dioptri
b. Miopi sedang, dimana miopi > 3 – 6 dioptri
c. Miopi berat (tinggi), miopi > 6 dioptri
Ada 2 cara :
1. Obyektif : dengan menggunakan
oftalmoskop, retinoskop, keratometer
(oftalmometer)
2. Subyektif: dilakukan dengan memakai
optotip Snellen dan “trial lenses”
TERIMA KASIH