Você está na página 1de 15

Hepatitis B

Ariane keren
Evaluasi Pre-Terapi
• Kriteria Diagnosis Infeksi VHB
– Hepatitis B Kronik
• HBsAg seropositif > 6 bulan
• DNA VHB Serum >20.000 IU/mL (nilai yang lebih rendah 2000-20.000 IU/mL ditemukan di
HBeAg negatif)
• Peningkatan ALT persisten maupun intermiten
• Biopsi Hati  Hepatitis kronik + derajat nekroinflamasi sedang sampai berat

– Pengidap Inaktif
• HBsAg seropositf > 6 bulan
• HBeAg (-), anti Hbe (+)
• ALT serum dbn
• DNA VHB <2000-20000 IU/mL
• Biopsi hati tidak menunjukkan inflamasi yang dominan

– Resolved Hepatitis Infection


• Riwayat infeksi Hep B, atau ada anti-HBc dalam darah
• HBsAg (-)
• DNA VHB serum tidak terdeteksi
• ALT serum dbn
Evaluasi Pre-Terapi
• Penilaiaan derajat kerusakan sel hati
– Dengan pemeriksaan penanda biokimia: ALT, GGT,
alkali fosfatase, bilirubin, albumin, globulin serum,
CBC, PT, dan USG hati.
– ALT > AST  tapi seiring progresifitas ke sirosis 
rasio terbalik. Jika udah sirosis  penurunan
progresif albumin, peningkatan globulin,
pemanjangan protrombin, penurunan trombosit
Evaluasi Pre-Terapi
• Indikasi terapi pada infeksi VHB kronik
ditentukan oleh:
– 1. Nilai DNA VHB
– 2. Status HBeAg
– 3. ALT serum
– 4. Gambaran histologis hati
Evaluasi Pre-Terapi
1. Nilai DNA VHB
• Indikator mortalitas + morbiditas paling kuat untuk
Hep B.
• Kadar DNA 300-1000 kopi/mL resiko 1.4 x lebih
tinggi untuk sirosis
• DNA 103 – 104 kopi/mL  resiko 2.4x
• DNA 104 – 105 kopi/mL  resiko 5.4
• Lebih dari atau 105  resiko 6.7 x
Evaluasi Pre-Terapi
2. Status HBeAg
– HBeAg (+) 
resiko morbid dan
mortalitas lebih
tinggi.
– HBeAg (-)  lebih
susah diprediksi
untuk respon
terapi jangka
panjang, relaps
lebih sering.
Evaluasi Pre-Terapi
2. Status HBeAg
– HBeAg (+) 
resiko morbid dan
mortalitas lebih
tinggi.
– HBeAg (-)  lebih
susah diprediksi
untuk respon
terapi jangka
panjang, relaps
lebih sering.
Evaluasi Pre-Terapi
2. Status HBeAg
– Pada pasien sirosis
terkompensasi 
terapi dimulai pada
pasien DNA VHB
lebih dari atau
2x10^3 IU/mL.
– Jika tidak
terkompensasi,
terapi segera
dimulai untuk
mencegah
deteriorasi tanpa
melihat nilai DNA
VHB atau ALT.
Evaluasi Pre-Terapi
3. Histologis Hati
• Tidak rutin, namun penilaian fibrosis hati faktor
prognosis pada infeksi hep. B kronik.
• Indikasi: pasien tidak memenuhi kriteria pengobatan,
umur >30 tahun atau <30 tahun + riwayat KHS
(karsinoma hepatoseluler) dan sirosis dalam keluarga.
• Jika pasien tidak termasuk indikasi terapi,
pemantauan dilakukan 3 bulan jika HBeAg (+) dan
setiap 6 bulan jika HBeAg (-).
*Resiko tinggi KHS  laki2 ras asia, usia >40 tahun,
perempuan ras asia usia >50 tahun, pasien sirosis hati,
pasien riwayat hati di keluarga
OBAT-OBATAN
• 2 jenis obat Hep.
B diterima secara
luas: golongan
interferon dan
golongan analog
nukleos(t)ida
(lamivudin,
adefovir,
entecavir,
tenofovir  yg
ini khusus HIV).
OBAT-OBATAN
• Interferon (IFN)
– 3 jenis: IFN-a konvensional, (PEG-IFN a-2a) dan
(PEG-IFN-a-2b).
– Konvensional: 5 MU per hari atau 10 MU
3x/seminggu (16-24 minggu)
– PEG-IFN a2a: 180 ug/minggu (48 minggu)
– PEG IFN a2b: 1-1.5 ug/kg/minggu.
– Semua diberikan secara injeksi subkutan.
OBAT-OBATAN
• Komplikasi IFN: “flulike” yang berat, depresi sumsum
tulang, gangguan emosi, reaksi autoimun.
• Biasanya reversibel, hilang jika obat diberhentikan.
• Boleh digunakan pada:
– Pasien muda yang memenuhi indikasi terapi, tanpa
penyakit penyerta dan biaya yang uckup.
– Pasien yang terinfeksi VHB genotip A/B
• Tidak boleh pada:
– Pasien sirosis dekompensata
– Pasien gangguan psikiatri
– Pasien hamil
– Pasien autoimun aktif.
OBAT-OBATAN
• Lamivudin
– Lini pertama di Indonesia
– 100mg/hari satu kali sehari PO (waktu paruh 17-19 jam di dalam
sel)
– Masalah utama: resistensi lamivudin pada penggunaan selama
setahun
• Adefovir Dipivoxil (ADV)
– 10mg/hari sehari PO
– Efek samping: gangguan fungsi ginjal (azotemia, hipofosfatemia,
asidosis, glicosuria, proteinuria) yang bersifat dose dependent
dan reversibel.
– Dapat diberikan dengan kondisi: pasien hep B kronik HBeAG (-),
DNA VHB rendah dan ALT tinggi, jangan diberikan kepada pasien
gangguan ginjal, resisten, tidak ada respon pada minggu ke-24
OBAT-OBATAN
• Entecavir (ETV)
– Oral dosis 0.5mg/hari untuk pasien naif
– 1 mg/hari untuk pasien resistensi lamivudin

• Telbivudin (LdT)
– Oral dosis 600mg/hari
– Diberikan pada: pasein naif dengan DNA
VHB<2x10^8 IU/mL, status HBeAG (+), ALT >2x
batas atas normal
– Jangan diberikan pada: yang sudah resisten
lamivudin, entecavir, telbivudin.
OBAT-OBATAN
• Tenofovir Disoproxil Fumarate (TDF)
– Awalnya untuk HIV  efektifitas bagus untuk hep B.
– Dosis: Oral 300mg/hari

• PEMANTAUAN
– Selama terapi, pemeriksaan DNA VHB, HBeAg, anti
Hbe, dan ALT dilakukan setiap 3-6 bulan dan
pemeriksaan HBsAg dilakukan pada akhir terapi
dengan pemeriksaan anti-HBs jika hasil negatif.
– Jika menggunakan interferon pemeriksaan darah
tepi harus, Jika menggunakan adefovir/tenofovir 
fungsi ginjal secara rutin

Você também pode gostar