Você está na página 1de 15

Pengertian

 Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh


toksik kuman Clostridium tetani, bermanifestasi
sebagai kejang otot paroksismal diikuti kekakuan otot
seluruh badan. (Sjaifoellah Noer,1999)

Etiologi
Closteridium tetani
Patofisiologi
 iiii
Manifestasi klinis
 Kaku kuduk sampai epistotonus  Kerusakan menelan, gelisah
( karena ketegangan otot-otot ,mudah terangsang, nyeri
erector tungkai). kepala, nyeri anggota badan
 Ketegangan otot dinding perut  Spasme yang khas yaitu badan
(perut kaku seperti papan). kaku dengan epitotonus,
 Kejang tonis terutama bila ektrimitas inferior dalam
dirangsang karena toksin yang keadaan ektensi, lengan kaku
terdapat di komus anterior. dan tangan mengepal kuat .
 Resus sardonikos karena spasme  Asfiksia dan sianosis terjadi
otot muka ( alis tertarik akibat serangan pada otot
keatas,sudut muka tertarik pernapasan dan laring.
keluar dan kebawah, bibir  Panas biasanya tidak terlalu
tertekan kuat pada gigi) tinggi.
 Biasanya terdapat leukositisis
ringan dan kadang-kadang
peninggian tekanan cairan otak.
Penatalaksanaan
 eliminasi kuman
 Debridement
 Antibiotika:penisilna prokain 50.000-100.000 ju/kg/hari
IM, 1-2 hari, minimal 10 hari. Antibiotika lain
ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.
 netralisasi toksin
 Toksin yang dapat dinetralisir adalah toksin yang belum
melekat di jaringandapat diberikan ATS 5000-100.000 KI
Pengkajian
 Pengkajian awal
 Airway : kaji adanya sumbatan (cairan, lidah jatuh
kebelakang), benda asing
 Breathing : kaji pola pernafasan, suara nafas, kesimetrisan
dada,
 Circulation : kaji tekanan darah, nadi (frekuensi, kekuatan),
kaji akral . CRT
 Pengkajian dasar
 Identitas meliputi nama/inisial, agama pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat jenis kelamin, status
perkawinan.
 Riwayat sakit dan kesehatan
 Keluhan utama : sering klien atau orang tua membawa anaknya untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah panas badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat
kesadaran.
 Riwayat penyakit dahulu
 Breathing
 Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu
nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan yang sering didapatkan pada klien
tetanus yang disertai adanya ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Palpasi toraks
didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi nafas
tambahan seperti ronchi pada klen dengan peningkatan produksi secret dan
kemampuan batuk yang menurun.
 Blood
 Pengkajian pada system kardiovaskuler didapatkan renjatan syok (syok hipovolemik)
yang sering terjadi pada pasien tetanus. Tekanan darah biasanya normal
peningkatan denyut jantung adanya anemis karena hancurnya eritrosit
 Brain
 Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada system lainnya.
 Pengkajian tingkat kesadaran . kesadaran klien biasanya compos mentis pada
keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tetanus mengalami penurunan pada tingkat
letargi, stupor dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami
 Pengkajian saraf kranial. Pemeriksaan saraf kranial
meliputi pemeriksaan saraf kranial I – XII.
 Saraf I. biasanya pada klien tetanus tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman
 Saraf II. Tes ketajamam penglihatan pada kondisi normal
 Saraf III,IV,VI . dengan alasan yang tidak diketahui, klien tetanus
mengeluh mengalami fotofobia atau sensitive berlebihan terhadap
cahaya. Respon kejang umum akibat stimulus rangsang cahaya
perlu diperhatikan perawat guna memberikan intervensi untuk
menurunkan stimulasi cahaya tersebut.
 Saraf V. reflek maseter meningkat, mulut condong ke depan seperti
mulut ikan (ini adalah gejala khas dari tetanus)
 Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
 Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktid dan tuli persepsi
 Saraf IX dan X kemampuan menelan kurang baik, kesulitan
membuka mulut (trismus)
 Saraf XII. Lidah simetris tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi ,indra pengecapan normal
 Bladder
 Penurunan volume urine output berhubungan dengan penurunan
perfusi dan penurunan curah jangtung ke ginjal. Adanya retensi
urine karena kejang umum. Pada klien yang sering kejang
sebaiknya urine dikeluarkan dengan menggunakan kateter.
 Bowel
 Mual sampai muntah disebabkan peningkatan produksi asam
lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien tetanus menurun karena
anoreksia dan adanya kejang, kaku dinding perut (perut papan)
merupakan tanda khas pada tetanus. Adanya spasme otot
menyebabkan kesulitan BAB.
 Bone
 Adanya kejang umum sehingga mengganggu mobilitas klien dan
menurunkan aktivitas sehari – hari. Perlu dikaji apabila klien
mengalami patah tulang terbuka yang memungkinkan port de
entrée kuman klosteridiium tetani, sehingga memerlukan
perawatan luka yang optimal. Adanya kejang memberikan risiko
pada fraktur vertebra pada bayi, ketegangan dan spasme otot pada
abdomen.
Perencanaan
 Diagnosa keperawatan
 Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan
akumulasi secret di trakea, kemampuan batuk menurun
 Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi dan
efek toksin di jaringan otak
 Risiko tinggi kejang berulang berhubungan dengan
kejang rangsang (terhadap visual, suara, taktil)
 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
 Risiko tinggi trauma /cedera yang berhubungan
dengan adanya kejang umum
 Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
kejang umum
 Gangguan pemenuhan eliminasi urine berhubungan
dengan spasme abdomen
 Ansietas yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, kemungkinan kejang berulang.
Rencana keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Terima kasih

Você também pode gostar