Você está na página 1de 25

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER

OVARIUM

KELOMPOK 8
Indah permata sari
Muhammad sarkawi
Nadia setiyorini utami
Nuralim setiawicaksana
Siti jahrah amalia
Syarifah fauziah arnia tunisa
PENGERTIAN

Kanker ovarium merupakan sebuah penyakit di mana ovarium


yang dimiliki wanita memiliki perkembangan sel-sel abnormal
yang menyerang ovarium. Kanker ini bisa berkembang sangat
cepat, bahkan, dari stadium awal hingga stadium lanjut bisa
terjadi hanya dalam satu tahun saja. Kanker ovarium merupakan
suatu proses lebih lanjut dari suatu tumor malignan di ovarium.
Tumor malignan sendiri merupakan suatu bentuk perkembangan
sel-sel yang tidak terkontrol sehingga berpotensi menjadi kanker.
(Corwin, 2009, Hal; 66).
Lanjutan
 Kanker ovarium biasanya terdapat pada usia peri menopause
kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan 10%
terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat
jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti
ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low –
maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto,
2007).
ETIOLOGI

Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman


rongga pelvis. Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada
awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis
tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering
kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien
kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di
luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum
jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting
dalam patogenesisnya.
Lanjutan….
 Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi
kanker ovarium, diantaranya:
 1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa
terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
 2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting
dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada
hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel
kanker ovarium.
STADIUM
STADIUM
komplikasi
 1. ansietas
 2.efusi pleura

 Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :


 1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien
menopause
 2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat
kemoterapi. Dapat juga muncul maaslah potensial ototoksik,
nefroktoksik, neurotoksis
 3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan
obstruksi usus, asites fistula dan edema ekstremitas bawah
Masalah Keperawatan yang Sering
Muncul
 Masalah Keperawatan yang Sering Muncul
Masalah keperawatan yang sering muncul dalam kasus kanker
ovarium, yakni:

 1. Nyeri kronis b/d infiltrasi tumor


 2. Ansietas b/d putus asa
 3. Ketidakefektifan pola nafas b/d deformitas dinding dada
 4. Resiko konstipasi b/d tumor
Pemeriksaan penunjang
 1. Laboratorium
 a. Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yang
diwariskan.
 b. Pemeriksaan laboratorium terhadap penanda tumor (Seperti
antigen karsinoma ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG)
menunjukkan abnormalitas yang dapat mengindikasikan komplikasi.
 2. Pencitraan: USG abdomen, CT scan, atau ronsen
menunjukkan ukuran tumor.
 3. Prosedur Diagnostik: Aspirasi cairan asites dapat menunjukkan
sel yang tidak khas.
 4. Pemeriksaan Lain: Laparotomi eksplorasi, termasuk evaluasi
nodus limfe dan reseksi tumor, dibutuhkan untuk diagnosis yang
akurat dan penetapan stadium.
Penatalaksanaan
 Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan
ditentukan oleh insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang
lain (bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.
 Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar
getah lambung, untuk mendukung pembedahan.
 Second look Laparotomi
Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau
kemoterapi lazim dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai
ketiga.
Penatalaksanaan
 Kemoterapi
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk
penanganan tumor ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah
digunakan termasuk agens alkylating seperti itu
(cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx /
metrotrex xate dan 5 fluorouracit / antibiotikal (admisin).
 5. Penanganan lanjut
a. Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali
b. Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan
C. Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan
d. Seterusnya tiap 1 tahun sekali
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Indikator NOC NIC
Nyeri kronis b/d infiltrasi Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
tumor
1.1 lakukan pengkajian
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1 nyeri komprehensif
x 24 jam diharapkan tingkat yang meliputi lokasi,
nyeri klien dapat teratasi
karakteristik,
dengan menunjukkan skala
indicator : onset/durasi, frekuensi,
1 : Berat s/d 5 : tidak ada kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan
1.Nyeri yang dilaporkan (5)
2.Panjangnya episode nyeri (5) factor pencetus
3.Mengerang dan menangis (5) 1.2 observasi adanya
4.Ekspresi nyeri wajah (5)
petunjuk nonverbal
5.Tidak bisa beraktivitas (5)
6.Mengerinyit (5) mengenai
7.Mual (5) ketidaknyamanan
8.Intoleransi makanan (5)
terutama pada mereka
yang tidak dapat
berkomunikasi secara
efektif
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Indikator NIC
NOC
1.3tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
pasien (misalnya, tidur,
nafsu makan,
pengertian, perasaan,
hubungan, performa
kerja dan
tanggungjawab peran)
1.4kolaborasi dengan
pasien,orang terdekat dan
tim kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi, sesuai
kebutuhan
Lanjutan…
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Indikator
NOC
NIC

Ansietas b/d putus asa Tingkat kecemasan Pengurangan kecemasan


1.1 nyatakan dengan
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama jelas harapan
1 x 24 jam diharapkan terhadap perilaku
tingkat kecemasan klien
klien
dapat teratasi dengan
menunjukkan skala indicator 1.2 berikan informasi
: faktual terkait
1 : Berat s/d 5 : tidak ada
diagnosis, perawatan
1. tidak dapat beristirahat (5)
2.meremas-remas tangan (5) dan prognosis
3.Perasaan gelisah (5) 1.3 dengarkan klien
4.Kesulitan berkonsentrasi
1.4 indentifikasi pada
(5)
5.Serangan panic(5) saat terjadi
6.Peningkatan frekuensi nadi perubahan tingkat
(5)
kecemasan
1.5 dukung
penggunaan
mekanisme koping
yang sesuai
1.6 kaji untuk tanda
verbal dan non
verbal kecemasan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Indikator NOC NIC

Frekuensi pernafasan Monitor pernafasan


Ketidakefektifan pola nafas b/d
1.1 Monitor kecepatan,
deformitas dinding dada Tujuan : Setelah dilakukan
irama, kedalaman dan
tindakan keperawatan selama 1
x 24 jam diharapkan frekuensi kesulitan bernafas
pernafasan klien dapat teratasi 1.2 Catat pergerakan dada,
dengan menunjukkan skala
catat
indicator :
1 : Defiasi berat dari kisaran ketidaksimetrisan,
normal s/d 5 : tidak ada deviasi penggunaan otot-otot
dari kisaran normal
bantu nafas, dan
1.frekuensi pernafasan (5) retraksi pada otot
2.irama pernafasan (5) supraciaviculas dan
3.suara auskultasi nafas (5)
intercosta
4.saturasi oksigen (5)
1.3 Pasang sensor
pemantauan oksigen
non-invasif
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Indikator NIC
NOC
1.4 Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
1.5 Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara
nafas tambahan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Indikator NOC NIC

Resiko konstipasi b/d tumor Eliminasi usus Manajemen


konstipasi/impaksi
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1 1.1monitor tanda dan
x 24 jam diharapkan masalah gejala konstipasi
konstipasi klien dapat teratasi 1.2 monitor bising usus
dengan menunjukkan skala 1.3 identifikasi factor-
indicator : faktor
1 : sangat terganggu s/d 5 : 1.4 dukung peningkatan
tidak terganggu asupan cairan, jika tidak
ada kontra indikasi
1.pola eliminasi (5) 1.5 evaluasi catatan
2.kontrol gerakan usus (5) asupan untuk apa saja
3.kemudahan BAB (5) nutrisi yang telah
4.otot untuk mengeluarkan dikonsumsi
feses (5) 1.6ajarkan pasien atau keluarga
5.pengeluaran feses tanpa mengenai proses pencernaan
bantuan (5) normal
1 : berat s/d 2 : tidak ada

konstipasi (5)
nyeri pada saat BAB
IMPLEMENTASI

 Dx 1 : nyeri b/d infiltrasi tumor


 1.1 melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan factor pencetus
 1.2 mengobservasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
 1.3 menentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
pasien (misalnya, tidur, nafsu makan, pengertian, perasaan, hubungan,
performa kerja dan tanggungjawab peran)
 1.4berkolaborasi dengan pasien,orang terdekat dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurun
nyeri nonfarmakologi, sesuai kebutuhan
Lanjutan…
 Dx 2 : ansietas b/d putus asa
 1.1menyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
 1.2memberikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan
dan prognosis
 1.3mendengarkan klien
 1.4mengindentifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat
kecemasan
 1.5penggunaan mekanisme koping yang sesuai
 1.6mengkaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
 Dx 3 : ketidakefektifan pola nafas b/d deformitas dinding
dada
 1.2 Memonitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
 1.2 Mencatat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan
otot-otot bantu nafas, dan retraksi pada otot supraciaviculas dan
intercosta
 1.3 Memasang sensor pemantauan oksigen non-invasif
 1.4 Mempalpasi kesimetrisan ekspansi paru
 1.5 Mengauskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan
atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas tambcahan
 Dx 4 : resiko konstipasi b/d tumor
 1.1 Mendukung peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontra
indikasi
 1.2 Mengevaluasi catatan asupan untuk apa saja nutrisi yang telah
dikonsumsi
 1.3 Mengajarkan pasien atau keluarga mengenai proses pencernaan
normal
Evaluasi

 Dx 1 : Klien tidak menunjukkan adanya tanda-tanda nyeri


 Dx 2 : Klien tidak menunjukkan adanya rasa cemas
setelah diberikan tindakan keperawatan
 Dx 3 : Menunjukkan pola nafas yang baik, tanpa adanya
suara dan gerak otot bantu pernafasan
 Dx 4 : Klien mampu BAB dengan lancar

Você também pode gostar