Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Johan
Learning Objective
1. Mengetahui dan menjelaskan mengenai kejang
2. Mengetahui dan menjelaskan mengenai epilepsi
3. Mengetahui dan menjelaskan mengenai kejang
demam
LO 1
KEJANG
DEFINISI
•Dengan gejala Rasa cemas atau takut; perasaan familiaritas (deja Kesadaran
psikiatrik vu) atau unrealitas; keadaan bermimpi; rasa takut normal
atau amarah; pengalaman kilas balik; halusinasi yang
lebih kompleks
PERMASALAHAN MANIFESTASI KLINIS KEADAAN POSTIKTAL
KEJANG PARSIAL KOMPLEKS
•Dapat dimulai •Kejang dapat dimulai dengan gejala Pasien dapat mengingat
dengan kejang otonom atau psikis atau tanpa gejala gejala autonom atau
parsial sederhana tersebut. psikis pendahuluan (yang
atau dengan •Kesadarannya terganggu dan pasien kemudian diberi istilah
kesadaran tampak bingung aura), tetapi mengalami
terganggu. Dapat •Otomatisme meliputi perilaku motorik amnesia sisa kejang.
terjadi yang spontan seperti gerakan mengunyah, Dapat terjadi
automatisme. mengecap-ngecap bibir, berjalan mondar- kebingungan & sakit
mandir, & membuka kancing baju; juga kepala yang terjadi
bisa terdapat perilaku yang lebih kompleks sementara
dan terampil seperti mengemudikan mobil
KEJANG PARSIAL YANG MENJADI UMUM
•Kejang parsial Kejang parsial yang menjadi umum Sama seperti kejang
yang menjadi menyerupai kejang tonik – klonik. tonik.
umum Sayangnya pasien tidak dapat mengingat
awitan (onset ) fokal & orang yang
menyaksikannya mungkin
mengabaikannya
KLASIFIKASI KEJANG (ILAE)
Absence (petit kehilangan kesadaran (5-10s) tanpa gg postural, gejala motorik subtle
mal) (kedipan mata, sedikit gerakan kepala) ketika selesai lgs orientasi
kembali
Tonic-Klonic Kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, ekstensi tonik ekstremitas dan
(grand mal) batang tubuh (fase tonik) diikuti gerakan klonik (fase klonik), Post iktal
pasien sulit dibangunkan sesaat, letargi, dan cenderung mengantuk
– Obat-obatan
– Trauma
– Gejala-gejala infeksi
• Pemeriksaan penunjang
– Laboratorium: darah tepi lengkap, kultur darah, analisis gas darah,
elektrolit serum, glukosa, ureum, kreatinin, kalsium, magnesium,
kadar OAE, kultur CSS.
– Pungsi lumbal dilakukan dalam 48 atau 72 jam untuk
memastikan adanya infeksi SSP.
• The American Academy of Pediatry sangat
merekomendasikan pemeriksaan pungsi lumbal pada
serangan pertama kejang disertai demam pada anak
usia <12 bulan. Pada anak usia 12 – 18 bulan pungsi
lumbal dianjurkan, sedangkan usia > 18 bulan pungsi
lumbal dilakukan hanya bila ada kecurigaan adanya
infeksi intrakranial (meningitis).
– Elektroensefalografi (EEG) membantu menegakkan
diagnosis/sindrom, menentukan fokus epilepsi, menilai hasil
terapi, menentukan prognosis.
– Neuroimaging
Epilepsi
Patofisiologi Biologi Molekuler
normal kanal ion
terjadi keseimbangan antara (natrium influks) dan (kalium efluks)
Hipereksitabilitas neuron
Kelainan pada ligand-gate (sub unit dari Bangkitan Epilepsi
reseptor nikotinik) dan voltage-gate
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu / lebih dari ketujuh kriteria modifikasi
Livingston di atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam
DIAGNOSA BANDING
• Epilepsi
• Meningitis/Ensepalitis
– Manifestasi klinis yang ditemukan :
• Panas, gangguan kesadaran, kejang,
muntah-muntah, kaku kuduk (+)
Penatalaksanaan KD
• Meliputi:
– Penatalaksanaan saat kejang:
• Di rumah / tempat praktek
• Di rumah sakit
– Pemberian obat pada saat demam:
• Antipiretik
• Antikonvulsan
– Pemberian obat rumatan:
• Indikasi
• Jenis antikonvulsan
• Lama pengobatan
– Edukasi orang tua
Penatalaksanaan Saat Kejang
di Rumah / Tempat Praktek
Kejang (+)
Kejang (+)
Kejang (+)
Slide berikutnya
Penatalaksanaan Saat Kejang
di Rumah Sakit (lanjutan)
Slide sebelumnya
Fenitoin IV
10 - 20 mg/kg
Kecepatan 1 mg/kg/mnt atau 50 mg/mnt
12 jam
Kejang (+) Kejang (-)
PICU Fenitoin IV
4 – 8 mg/kg/hari
Pemberian Obat Saat Demam
1. ANTIPIRETIK
• Antipiretik TIDAK TERBUKTI mengurangi
faktor resiko KD (Level I, Rekomendasi D)
• Kesepakatan UKK: Antipiretik tetap diberikan
(Level III, Rekomendasi B)
• Macam antipiretik:
– Parasetamol: 10 – 15 mg/kg/kali, 4 – 5 kali/hari
– Ibuprofen: 5 – 10 mg/kg/kali, 3 – 4 kali/hari
• Sindroma Reye Salisilat tidak dianjurkan
sebagai antipiretik pada anak <18 bulan (Level III,
Rekomendasi E)
2. ANTIKONVULSAN
• Diazepam oral 0,3 mg/kg/8jam atau rektal 0,5
mg/kg/8jam pada pada saat demam > 38,50C Resiko
kejang berulang 30 – 60% (Level I, Rekomendasi A)
• Dosis di atas cukup tinggi WASPADA: ataksia,
iritabel dan sedasi
• Fenobarbital, karbamazepin & fenitoin Tidak
berguna mencegah KD (Level II, Rekomendasi E)
Pemberian Obat Rumatan
1. I N D I K A S I
• Obat rumatan diindikasikan diberikan pada KD
dengan ciri-ciri sbb:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
(hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi
mental dan hidrosefalus)
3. Kejang fokal
• Obat rumatan dipertimbangkan diberikan pada KD
bila:
1. Kejang berulang 2 kali dalam 24 jam
2. Pada bayi < 12 bulan
3. 4 kali per tahun
2. JENIS ANTIKONVULSAN
• Asam valproate atau fenobarbital setiap hari efektif
menurunkan resiko berulangnya KD (Level I)
• Fenobarbital ditinggalkan karena menimbulkan
gangguan prilaku dan kesulitan belajar (40-50%)
• Pilihan saat ini adalah asam valproate (Depakene®)
Asam valproate:
• Dosis asam valproate (Depakene®) adalah 15 – 40
mg/kg/hari dibagi dalam 2 -3 dosis
• Pada sebagian kecil kasus, terutama usia <2 tahun
3. LAMA PENGOBATAN
• Diberikan selama 1 tahun bebas kejang
• Kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan.
Soetomenggolo TS. Buku Ajar Neurologi Anak. 1999.
Knudsen FU. Febrile seizures: treatment and outcome. Brain Dev 1996; 18:438-49.
Bila Terjadi Kejang Berulang
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian, terutama di sekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala
miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau
hidung. Jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang
telah berhenti
7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5
menit atau lebih
Edukasi Pada Orang Tua
• Kejang SELALU menakutkan bagi orang tua
• Pada saat kejang, mereka beranggapan anaknya meninggal
• Kecemasan dikurangi dengan cara:
1. Meyakinkan bahwa KD mempunyai prognosis baik
2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali
4. Pemberian obat untuk mencegah frekuensi memang
efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat
Vaksinasi pada KD
• Tidak ada kontraindikasi vaksinasi pada
penderita KD
• KD setelah vaksinasi sangat jarang
• Angka kejadian KD pasca vaksinasi:
– DPT: 6 – 9 kasus per 100.000 anak
– MMR: 25 – 34 kasus per 100.000 anak
• Anjuran:
– Berikan diazepam oral/rektal bila demam
– Berikan parasetamol saat vaksinasi s.d 3 hari
Kejang
• Bentuknya berbeda dengan org dewasa
maupun anak
• Disebabkan karena ketidakmatangan
organisasi korteks pada bayi baru lahir
Etiologi:
• Komplikasi perinatal
– Hipoksi-iskhemik ensefalopati (timbul pada 24jam pertama
kelahiran)
– Trauma susunan saraf pusat. Dapat terjadi pada persalinan
presentasi bokong, ekstraksi cunam atau ekstrasi vakum berat
– Perdarahan intrakranial
• Kelainan metabolisme
– Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, hiponatremia,
hipernatremia, hiperbilirubinemia
– Ketergantungan piridoksin, kelainam metabolisme asam amino
• Infeksi. Oleh bakteri dan virus termasuk TORCH
• Ketergantungan obat
• Polisitemia
• Idiopatik
Manifestasi:
– Tremor
– Hiperaktif
– Kejang2
– Tiba2 menangis melengking
– Tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya
kesadaran
– Gerakan yang tidak menentu
– Nistagmus atau mata mengedip-ngedip paroksismal
– Gerakan seperti mengunyah dan menelan (fenomena oral dan
bukal)
– Apnu
Belajar Mandiri
LANGKAH 7
Mendiskusikan Temuan
Informasi dan Membuat
Sintesa
Kesimpulan
Saran
Sumber
• Brust JCM. Epilepsy & Seizures. In : Current Diagnosis and Treatment Neurology
Lange. New York : Mc Graw Hill. 2007. pp : 47-64
• Nordli DR, Pedley TA, Vivo DCD. Gangguan kejang pada bayi dan anak. In:
buku ajar pediatri rudolph vol 3. 20th ed. Jakarta:EGC. 2007. pp.2134-45.
• Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Neurologi. In:Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta:PT Infomedika Jakarta. 2007. pp.847-854
• Drislane FW, Benatar M, Chang B, dkk. Seizures. In:Clinical Neurology. 3rd
ed.USA:The Points. 2009.
• Simon RP, Greenberg DA, Aminoff MJ. Seizures & Syncope. In : Clinical
Neurology. 7th ed. USA:Mc Graw Hill. 2009.
• Ismail Sofyan, Taslim S Soetomenggolo, Bistok Saing, dkk. Konsensus
Penanganan Kejang Demam. Indonesia: Badan Penerbit IDAI; 2005.
• Johnston Michael V. Nelson Textbook of Pediatrics 17th ed. United States:
Saunders; 2004.
• Pusponegoro D Hardiono, Kurniati Nia, Handryastuti Setyo. Pediatric
Neurology and Neuroemergency in daily practice. Jakarta: IKA FKUI-RSCM;
2006.
• Mardjono Mahar, sidharta Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian
Rakyat; 2008.
• Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC, 2005.