Você está na página 1de 252

Pemicu 4 Repro

Johan
Learning objektif
1. Infertilitas
2. Abortus
3. Radang panggul
LO 1
Infertilitas
Infertilitas
Definisi

Infertilitas Keadaan dimana pasutri dgn sanggama teratur


selama 1 tahun belum juga memperoleh
kehamilan.

Sanggama Hubungan badan sbnyk 2-3x seminggu.


teratur

Infertilitas primer Keadaan dimana pasutri belum pernah hamil


sama sekali.

Infertilitas Keadaan pernah hamil.


sekunder
Prevalensi
• Menurut Guttmacher:
Wanita di antara umur 16-20 thn: 4,5 % infertil.
35-40 thn: 31,3 % infertil.
> 40 thn: 70 % infertil.

• Infertilitas yg disebabkan o/ pria 35-40 %


sedangkan o/ wanita 40-50 %. 10-20 % sebabnya
tdk jelas.
Etiologi
Infertilitas disengaja

Suami: Istri:
•Coitus interruptus •Menggunakan salep a/ obat
•Condom •IUD
•Sterilisasi (vasektomi) •Pil oral
•Injeksi
•Sterilisasi
Infertilitas tidak disengaja

Suami: Istri:
•Gangguan spermatogenesis •Gangguan ovulasi, mis
(aspermia, oligospermia, karena kelainan ovarium
necrospermia) : mis karena a/ gangguan hormonal.
kelainan endokrin. •Kelainan mekanis yg
•Kelainan mekanis sehingga menghalangi
sperma tdk dpt dikeluarkan ke pembuahan, sprti
dlm vagina, (sprti: impotensi, kelainan tuba,
ejakulasi dini, penutupan duktus endometriosis, stenosis
deferens, hypospadia, phimosis). canalis servikalis.
Infertilitas yg Kuman penyebab:
brhubungan dgn • GO
infeksi: • Non-GO
• Chlamydia
trachomatis
• Ureoplasma
urealitikum
Patofisiologi infertilitas pd pria akibat infeksi

•TBC  epididimitis & orkhitis  spermatogenesis ↓ & sterilitas.


•GO epididimitis (penyebab umum)  menyerang cauda epididimis & proximal
duct deferen  menimbulkan squale  obstruksi.
•E.coli  pe↓ motilitas spermatozoa.
•Virus mumps  scra lgsg menyerang testis 
–Kerusakan sel spermatogenik  azoospermia (irreversible)
–Testis bengkak  nekrosis  atrofi testis
•Epididimitis biasanya diikuti o/ vesikulitis & prostatitis.
Epididimitissumbatan epididimis; prostatitissumbatan duct ejaculatorius.
•Candida albicans  azoozpermia, astenozoospermia, & aglutinasi
Analisis semen •Lekositospermia
•Motilitas spermatozoa me↓
•Konsentrasi spermatozoa me↓
•% morfologi abN spermatozoa me↑

Terapi Antibiotik/antivirus, tergantung penyebab.


Lokasi etiologi infertilitas pd wanita
• Axis hipotalamus-hipofisis- • Tuba:
ovarium: Sumbatan, OK:
– Tumor hipofise – Endometriosis
– Keadaan hipogonadotropik- – Tumor
hipogonadism – Pasca radang perlengketan, mis
– Menopause OK GO, TBC.
– Genetik • Serviks:
– G3 ovarium – Stenosis serviks
• Uterus: – Radang (Candida, Trichomonas,
– Endometritis (TBC, virus) Mikoplasma)
– Sindrom Asherman  keadaan – Imunologis & idiopatik
menempelnya • Ovarium:
permukaan/mukosa uterus pasca
Kista ovarii & Perlekatan
kuretase OK kuret yg >>.
– Myoma uteri
Mekanisme terjadinya infertilitas
1. G3 ovulasi  anovulasi 6. G3/hambatan pertemuan ovum &
spermatozoa:
2. Kualitas ovum/oosit jelek: hambatan
perkembangan pd meiosis I/II  oosit – Infeksi

tdk dpt dibuahi. – Kel.anatomis sal reproduksi (co/


stenosis tuba, btk uterus abN)
3. Keadaan yg dpt
merusak/membunuh – Peristaltik organ reproduksi
meningkat
spermatosit/ovum
7. Embrio/blastosis tdk berkembang
4. Kegagalan implantasi OK
– Kelainan kromosom
hipermotilitas organ reproduksi.
– Infeksi yg dpt membunuh embrio
5. Kegagalan perkembangan lebih
lanjut embrio/janin setelah
implantasi.
Pemeriksaan & pengobatan
1. Pemeriksaan ovulasi:
a. Pencatatan suhu basal dlm suatu kurva: siklus ovulatoar  suhu
basal bersifat bifasis. Sesudah ovulasi  terjadi kenaikan suhu
basal disebabkan pengaruh progesteron.

b. Pemeriksaan VT: pembentukan progesteron menimbulkan


perubahan2 pd sel2 superfisial.

c. Pemeriksaan lendir serviks: adanya progesteron  lendir serviks


menjadi lebih kental.

d. Pemeriksaan hormon sprti estrogen & pregnandiol


• Sebab-sebab gangguan ovulasi:
1. Fk. SSP: tumor, disfx hipotalamus, fk.psikogenik, disfx
hipofisis.

2. Fk. Intermediate: gizi, peny kronis, peny metabolis.

3. Fk. Ovarial: tumor-tumor, disfx.


• Pengobatan: tergantung etiologi, maka dpt berupa diet, terapi
pengganti hormon, operasi. Kalau terdpt disfx kel.hipofisis, maka
dpt diusahakan:
a. Pil oral. Karena pil oral mengandung estrogen & progesteron,
maka pembuatan gonadotropin hipofisis dihambat.

b. Terapi pengganti hormon: FSH & LH.

c. Merangsang hipofisis utk membuat FSH & LH dgn memberikan


Clomiphen
2. Pemeriksaan sperma
Ejakulat yg normal sifatnya sbb:

Volume : 2-5 cc

Jumlah spermatozoa : 100-120 juta/cc

Pergerakan : 60% dari spermatozoa msh bergerak


selama 4 jam stlh dikeluarkan.

Bentuk abN : 25%

Pria yg fertil spermatozoanya : 60 juta/cc atau >

subfertil : 20-60 juta/cc

steril : 20 juta/ cc atau <

Sebab kemandulan pd pria: gizi, peny metabolis, disfx hipofisis, kelainan


traktus genitalis.
• Utk penilaian lbh lanjut, perlu diperiksa 17 ketosteroid,
gonadotropin dlm urine, & biopsi testis.

• Terapi:
1. Umum: higienis umum, istirahat yg cukup,

merokok & minum alkohol dikurangi,

pengobatan peny kronis & metabolik

2. Hormonal: Testosteron , Gestyltesto (kombinasi gestyl yg


bersifat gonadotropin & testosteron), Human Menopausal
Gonadotropin (khasiatnya sprt FSH).

3. Operatif
3. Lendir serviks: keadaan & sifat lendir serviks sgt
mempengaruhi keadaan spermatozoa.
a. Kentalnya lendir serviks

Lendir cerviks yg cair lbh mudah dilalui spermatozoa. Pd


stad.proliferasi  lendir serviks agak cair krna pengaruh
estrogen. Pd stad.sekresi  lendir serviks lbh kental krna
pengaruh progesteron.

b. pH lendir serviks

Lendir serviks bersifat alkalis dgn pH ± 9. Pd suasana alkalis,


spermatozoa dpt hidup lebih lama. Suasana menjadi asam pd
cervicitis.
c. Enzym proteolytik: trypsin & chemotrypsin
mempengaruhi viscositas lendir serviks.

d. Dlm lendir serviks jg dpt ditemukan Ig yg dpt


menimbulkan agglutinasi spermatozoa.

e. Berbagai kuman dlm lendir serviks dpt membunuh


spermatozoa.
• Baik tdknya lendir serviks diperiksa dgn:

1. Sims huhner test: pemeriksaan lendir serviks dilakukan post


coitum sekitar waktu ovulasi. Sims huhner yg baik
menandakan:

- Teknik coitus yg baik

- Estrogen ovarial cukup

- Lendir serviks N

- Sperma cukup baik


2. Kurzrock miller test: dilakukan pd pertengahan siklus ovulasi
kalau hasil Sims Huhner test kurang baik. 1 tetes lendir serviks
diletakkan berdampingan dgn tetes sperma pd objekglass;
dilihat apakah ada penetrasi spermatozoa. Kalau tdk ada
invasi spermatozoalendir serviks kurang baik.

• Terapi: estrogen a/ antibiotika.


4. Pemeriksaan tuba
– Pertubasi (insuflasi) secara Rubin:

CO2 dimasukkan ke dlm cavum uteri & tuba. Kalau tuba patengas
akan keluar dari ujung tuba. Hal ini dpt kita ketahui dgn stetoskop yg
diletakkan kiri a/ kanan uterus; gas yg keluar menimbulkan bunyi yg
khas.

– Hysterosalpingografi (HSG):

Dpt mengetahui btk cavum uteri, btk dari lubang tuba & jika ada
sumbatan  tmpt sumbatan jelas nampak. Pd HSG disuntikan cairan
kontras ke dlm uterus, kemudian dibuat foto rontgen  kalau N maka
batas2 cavum uteri rata, tuba namapak sprti benang halus tanpa
pelebaran.
– Kuldoskopi: dpt melihat keadaan tuba & ovarium

– Laparoskopi: dpt melihat keadaan genitalia interna & sekitarnya.

5. Pemeriksaan endometrium
Pd hari pertama haid dilakukan mikrokuretase. Endometrium N
harus memperlihatkan gambaran histologik yg khas utk
stad.sekresi. Kalau tdk ditemukan stad.sekresi, maka:
1. Endometrium tdk bereaksi thdp progesteron

2. Produksi progesteron kurang

Terapi: progesteron & jika ada tanda2 infeksi  antibiotika


GANGGUAN HAID DAN SIKLUSNYA
Gangguan haid & siklusnya
1. kelainan dalam banyaknya darah & lamanya pendarahan pada haid
a. hipermenorea atau menoragia
b. Hipomenorea

2. kelainan siklus :
a. polimenorea
b. oligomenorea
c. Amonorea

3. pendarahan di luar haid


Metroragia

4. gangguan lain yang ada hubungan dengan haid


a. premenstrual tension (ketegangan prahaid)
b. mastodinia
c. mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d. dismenorea
Hipermenorea (menoragia)
• Hipermenorea : pendarahan haid yang lbh
banyak dari normal,atau lebih lama dari
normal (> 8 hari).
Etiologi
Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus,misalnya :
• Adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lbh luas
dari biasa & dgn kontraktilitas yg terganggu,
• Polip endometrium
• Gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid (irregular
endometrial shedding)
pada gangguan pelepasan endometrium biasanya terdapat juga
gangguan dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti
dengan gangguan pelepasannya pada waktu haid.
• Terapi pada hipermenorea pada mioma uteri
tergantung dari penanganan mioma uteri,
• Sedang diagnosis dan terapi polip
endometrium serta gangguan pelepasan
endometrium terdiri atas kerokan.
Hipomenorea
• Hipomenorea : pendarahan haid yang lebih pendek
dan/atau lbh kurang dari biasa.

• Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi


penderita,pada uterus (misalnya sesudah
miomektomi),pada gangguan endokrin, dll.

• Kecuali jika ditemukan sebab yang nyata, terapi terdiri


atas menenangkan penderita.

• Adanya hipomenorea tdk mengganggu fertilitas.


Polimenorea
• Pada polimenorea siklus haid lebih pemdek dari
biasa (< 21 hari).
• Pendaraham ± sama atau lbh byk dari haid biasa
(polimenoragia atau epimenoragia).

• Polimenorea dpt disebabkan oleh gangguan


hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi,
atau menjadi pendeknya masa luteal.
• Sebab lain : kongesti ovarium karena
perandangan, endometriosis dsb.
Oligomenorea
• Siklus haid lebih panjang, > 35 hari.
• Jika panjangnya siklus > 3 bulan, sudah mulai
dinamakan amenorea.
• Pendarahan pada oligomenorea biasanya berkurang.
• Oligomenorea dan amenorea sering kali mempunyai
dasar yang sama, perbedaannya terletak dalam tingkat.
• Pd kebykan kasus oligomenorea kesehatan wanita tdk
terganggu,& fertilitas cukup baik.
• Siklus haid biasanya jug ovulatoar dengan masa
proliferasi lbh panjang dari biasa.
Amenorea
• Amenorea : keadaan tdk adanya haid untuk
sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
• Amenorea primer : apabila seorang wanita
berumur 18 tahun ke atas tdk pernah dpt
haid.
• Amenorea sekunder : penderita pernah
mendapat haid,tetapi kemudian tdk dpt lagi.
• Amenorea primer umumnya mempunyai
sebab-sebab yg lbh berat & lbh sulit diketahui
spt kelainan kongenital & kelainan genetik.

• Amenorea sekunder lebih disebabkan oleh


adanya gangguan gizi, gangguan metabolisme,
tumor-tumor,penyakit infeksi dll.
• Istilah kriptomenorea : keadaan dimana tdk
tampak adanya haid karena darah tdk keluar
berhubung ada yang menghalangi, misalnya pada
ginatresia himenalis,penutupan kanalis servikalis
dll.

• Amenorea fisiologik yakni yang terdapat dalam


masa sebelum pubertas,masa kehamilan,masa
laktasi, dan sesudah menopause.
Klasifikasi amenorea patologik
1. Gangguan organik pusat
2. gg kejiwaan
3. gg poros hipotalamus-hipofisis
4. gg hipofisis
5. gg gonad
6. gg glandula suprarenalis
7. gg glandula tiroidea
8. Gg pankreas
9. Gg uterus,vagina
10. Penyakit-penyakit umum
Penyakit-penyakit yang dapat disertai amenorea

• Kelainan organik pada serebrum berupa radang


(ensefalitis dll),tumor,trauma dsb dpt disertai
amenorea.

• Kelainan kejiwaan
– Syok emosional krn trauma /kejadian yg menyedihkan.
Biasanya amenorea ini bersifat sementara.
– Psikosis yg paling sering ditemukan bersama amenorea
ialah penyakit yg disertai depresi.
– Anoreksi nervosa
– Pseudosiesis : keadaan dmn terdpt kumpulan tanda2
kehamilan pd seorang wanita yg tdk hamil.
• Gangguan poros hipotalamus-hipofisis
– Sindrom amenorea-Galaktorea
• Ditemukan amenorea & dr mamma dpt dikeluarkan air
spt air susu.
• Dasar sindrom ini ialah gangguan endokrin berupa gg
produksi Releasing Factor dgn akibat ↓nya kadar FSH &
LH, & gg produksi PIF dgn akibat ↑ pengeluaran
prolaktin  tejadi amenorea & galaktorea.

• Amenorea galaktorea dpt ditemukan sesudah kehamilan


(masa laktasi jauh lbh panjang dari biasa) : sindrom
Chiari Frommel.
• Gejala yg sama tanpa ada hub dgn kehamilan : sindrom
ahumeda-del Castillo.
• pd tumor hipofisis yg memproduksi prolaktin : sindrom
Forbes Albright.
- Sindrom Stein-Leventhal
Terdiri atas amenorea,hirsutisme,&
pembesaran polikistik dari ovarium.

- Amenorea hipotalamik
fungsi cyclic centre (bertanggungjawab terhdp
↑LH,ditengah siklus,yg menyebabkan ovulasi)
terganggu.
• Gangguan hipofisis
– Insufisiensi hipofisis
– Tumor hipofisis (adenoma kromofob,
a.basofil,a.eosinofil)
– Kelainan kongenital pada hipofisis.
GANGGUAN GONAD
Disgenesis/ agenesis ovarii (sindrom
Turner)
• Fenotip pada umumnya ialah sebagai wanita, sedang
kromatin seks negatif.
• Pola kromosomnya 45XO atau sebagian dalam bentuk
mozaik 45-XO/46-XX
• Angka kejadiannya: 1 di antara 10.000 kelahiran bayi
wanita.
• Kelenjar kelamin tdk ada atau hanya berupa jaringan
parut mesenkim (streak gonads).
• Saluran muller berkembang dengan adanya uterus,
tuba, dan vagina, akan tetapi lebih kecil dari biasa 
tidak adanya pengaruh dari esterogen.
Disgenesis/ agenesis ovarii (sindrom
Turner)
• Tanda-tandanya:
– Trias yg klasik : infantilisme, webbed neck, kubitus valgus
– Tubuh yg pendek (tdk lebih dari 150cm)
– Dada berbentuk perisai dengan puting susu jauh ke lateral,
payudara tdk berkembang
– Rambut ketiak/ pubis sedikit atau tdk ada, amenorea
– Stenosis aortae
– Ruas tulang tangan dan kaki pendek (phalanks dan
metakarpal-IV)
– Osteoporosis
– Gangguan penglihatan, gangguan pendengaran
– Anomali ginjal (hanya 1 ginjal)
Disgenesis/ agenesis ovarii (sindrom
Turner)
• Pada kasus meragukan, perlu dilihat 2 tanda klinik
yg penting untuk menduga sindrom turner:
– Tubuh yg pendek
– Pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder yg sangat
minimal/ tdk ada sama sekali
• Pemeriksaan hormonal:
– Hormon gonadotropin (FSH) meninggi
– Estrogen hampir tidak ada
– 17-ketosteroid dlm batas normal/ rendah
Disgenesis/ agenesis ovarii (sindrom
Turner)
• Pengobatan terhadap sindrom turner adalah pengobatan
substitusi yg bertujuan untuk:
– Merangsang pertumbuhan ciri-ciri seks sekunder, terutama
pertumbuhan payudara
– Menimbulkan perdarahan siklis yg menyerupai haid jika uterus
sudah berkembang
– Mencapai kehidupan yg normal sebagai istri walaupun tdk
mungkin mendapat keturunan
– Alasan psikologis, untuk tdk merasa rendah diri sebagai wanita
• Hormon yg diberikan adalah esterogen dalam kombinasi
dengan progestagen secara siklis sampai masa menopause/
pascamenopause
 Terapi ditunda sampai penutupan garis epifisis sudah terjadi
Sindrom feminisasi testikuler
• Dilaporkan pertama kali oleh Steglehner pada 1817,
dibahas lebih lanjut oleh Goldberg dan Maxwell pada
1948.
• Merupakan suatu hipogonadisme dengan amenorea
primer.
• Suatu bentuk hermafroditisme pria dengan fenotipe
wanita.
• Testis mengeluarkan androgen dan esterogen.
• Terjadi feminisasi karena tdk ditumbuhkannya alat-alat
genital pria oleh androgen  tdk ada enzim yg
diperlukan agar androgen dapat bekerja.
Sindrom feminisasi testikuler
• Gambaran klinik:
– Penderita kelihatan cantik
– Payudara tumbuh dan berkembang sempurna, walaupun ada
defisiensi jaringan kelenjar dan hipoplasia puting susu
– Alat kelamin luar termasuk introitus vaginae kelihan normal
– ⅓ kasus  rambut-rambut pubis dan ketiak tdk ada/ sangat
sedikit
– Vagina tdk ada dan jika ada biasanya berakhir di kantong yg
buntu (blind pouch), serviks dan uterus tdk ada
– Kel. Kelamin  testis (relatif normal dgn sel sertoli dan leydig,
tetapi tanpa spematogenesis)  terletak dlm abdomen, kanalis
inguinalis, atau labia mayora
– Kromatin seks negatif, kariotip 46-XY
– Kadang dpt ditemukan tumor benigna (adenoma) dlm testis
Sindrom feminisasi testikuler
• Pemeriksaan hormonal:
– FSH dlm batas normal
– 17-ketosteroid normal/ meninggi
– Testosteron dalam plasma dlm batas normal untuk seorang
pria
– Ekskresi esterogen di urin dlm batas normal untuk seorang
wanita
• Penanganan:
– Setelah masa pubertas berakhir dgn pertumbuhan
payudara dan tinggi badan yg sempurna, sebaiknya
dilakukan ekstirpasi bilateral kelenjar-kelenjar kelamin
(testis). Sesudah operasi, perlu terapi siklis  hormon
steroid.
Menopause prematur
• Menopause yg timbul pada wanita di bawah umur 40 th.
• Gejala:
– Penghentian haid sebelum waktunya disertai dgn hot flushes
– Meningkatnya kadar hormon gonadotropin.
• apabila kedua gejala tdk ada  dilakukan penyelidikan
terhadap sebab-sebab lain dr terganggunya fungsi ovarium
• Faktor yg dpt menyebabkan: herediter, gangguan gizi yg cukup
berat, penyakit-penyakit menahun, penyakit-penyakit yg
merusak jaringan kedua ovarium
• Tdk perlu terapi. Hanya perlu menerangkan pd wanita yg
bersangkutan.
Sindrom ovarium yang tdk peka
• Jarang dijumpai
• Gejalanya:
– Amenoria primer
– Pertumbuhan payudara, rambut ketiak dan pubis normal
– Atrofi selaput lendir vagina dan endometrium.
• Pemeriksaan:
– FSH dan LH dlm serum dan urin meninggi
– Kadar esterogen rendah
– Ovarium byk mengandung folikel-folikel primordial
• Kadang ovulasi dpt diinduksi dgn dosis tinggi hormo gonadotropin.
• Diduga sindrom ini terjadi oleh karena kurangnya reseptor untuk hormon
gonadotropin dalam ovarium.
Tumor-tumor ovarium
• Tidak selalu dijumpai virilisasi
• Awalnya terjadi defeminisasi dengan gejala-gejala
amenorea dan regresi ciri-ciri seks sekunder wanita
akibat defisiensi esterogen.
• Setelah itu baru timbul virilisasi dengan tanda-tanda
hirsutisme, alopesia, suara menjadi berat, dan
hipertrofi klitoris.
• Yg termasuk tumor-tumor maskulin ialah
arenoblastoma, ginandroblastoma, tumor adrenal, dan
tumor sel hilus dari ovarium.
• Disgerminoma sebenarnya bukan tumor maskulin,
tetapi kadang-kadang menimbulkan amenorea.
Penghentian fungsi ovarium karena
operasi, radiasi, radang, dsb
• Pengangkatan ovarium bilateral  amenorea
• Radiasi yg cukup kuat/ radang yg cukup luas
 merusak semua folikel primordial dalam
ovarium  amenorea
GANGGUAN GLANDULA
SUPRARENALIS
Sindrom adrenogenital
• Biasanya bersifat kongenital, tetapi dapat tumbuh
kemudian.
• Umumnya pada bayi wanita
• Penyebabnya ialah hiperplasia adrenal, tumor.
• Kelainan utama pada genitalia eksterna. Uterus, tuba,
ovarium, dan bagian atas vagina normal
• Tandanya pada bayi wanita  pembesaran klitoris
dengan kadang-kadang hipospadi dan peningkatan
ekskresi 17-ketosteroid.
• Tanda pada wanita yg lebih dewasa  amenorea,
klitoris membesar, atrofi mamma, membesarnya suara.
Sindrom adrenogenital
Sintesis hidrokortison
kekurangan enzim
terganggu

Produksi hormon adrenal


Produksi ACTH oleh
meningkat (androgen ↑,
hipofise meningkat
kortison tdk terbentuk)

Gangguan Muntah-muntah, diare,


metabolisme elktrolit dehidrasi, Na↓, K↑
Sindrom adrenogenital
• Diagnosis didasarkan atas:
– Perubahan pada genitalia ekterna
– Kromatin seks positif
– Ekskresi 17-ketosteroid dlm air kencing ↑
• Terapi :
– kortikosteroid (menurunkan pembuatan ACTH dan
androgen)
– Operasi plastik pada genitalia eksterna (jika perlu)
– Desoksikortikosteroid untuk mengatasi gangguan
metabolisme elektrolit (jika perlu)
Sindrom cushing
• Karena pembuatan hormon glandula suprarenalis berlebihan.
• Gejala: obesitas, moon face, amenorea, hirsutisme, osteoporosis,
hipertensi, striae terutama pada dinding perut.
• Pemeriksaan:
– 17-ketosteroid kurang lebih normal
– 17 hidroksi-kortikosteroid ↑
– Tes toleransi glukosa  seperti pada diabetes
– Pembesaran glandula suprarenal dilihat dengan adenogram
pneumoperitoneal.
• Terapi:
– Reseksi jika ada tumor
– Adrenalektomi jika ada hiperplasia
– Terapi substitusi sesudah operasi
Penyakit addison
• Karena insufisiensi menahun dari korteks
glandula suprarenalis karena destruksi.
• Penyebab yg penting ialah tuberkulosis
• Gejala: perasaan lemah, pigmentasi, BB turun,
dehidrasi, hipotensi, hipoglikemi. Amenorea
buka gejala yg menonjol.
• Terapi: glukokotikoid dan mineralokortikoid
Gangguan glandula tiroidea
• Hipo/hipertiroid dapat menyebabkan
gangguan haid sampai amenorea.
• Diagnosis  dari pemeriksaan fungsi glandula
tiroid
• Terapi ditujukan pada sebab penyakitnya
• Kretinisme  hipotiroid berat
Gangguan pankreas
• Biasanya pada diabetes  gangguan haid
(perdarahan tdk teratur, bisa juga amenorea)
Gangguan uterus dan vagina
• Histerektomi, aplasia uteri, aplasia vaginae, hipolasia
uteri yg berat  amenorea
• Sindrom asherman  penderita menderita amenorea
sekunder
– Etiologi: destruksi endometrium, tumbuhnya sinekia pada
dinding kavum uteri, endometritis akuta yg berat.
– Dipastikan dengan histerogram
– Terapi:
• Pelepasan perlekatan  dilatasi serta kerokan
• Perlekatan kembali dpt dicegah  memisahkan dinding kavum
uteri dgn tampon sampai luka-luka sembuh.
• Diberikan antibiotika dan esterogen  membantu pertumbuhan
endometrium
Gangguan uterus dan vagina
• Endometritis tuberkulosa  timbul sekunder
dengan salpingitis tuberkulosa
– Terapi kausal terhadap tuberkulosis biasanya
dapat menyebabkan timbulnya haid lagi.
Penyakit-penyakit umum
• Malnutrisi yg berat, penyakit menahun,
obesitas yg berat  amenorea
• Amenorea iatrogenik
– Fenotiazin  amenorea
– Pada wanita sesudah ia berhenti minum pil
kontrasepsi
PERDARAHAN BUKAN HAID
• Ada 2 jenis: metroragia atau menometroragia.
• Dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau
kelainan fungsional.
• Sebab-sebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh
kelainan pada:
– Serviks uteri  polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada
porsio uteri, karsinoma servisis uteri.
– Korpus uteri  polip endometrium, abortus immines, abortus sedang
berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma,
subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri, mioma
uteri
– Tuba falopii  kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba
– Ovarium  radang ovarium, tumor ovarium
• Sebab-sebab fungsional
– Perdarahan uterus yg tdk ada hubungannya
dengan sebab organik dinamakan perdarahan
disfungsional.
– Dapat terjadi pada setiap umur antara menarche
dan menopause.
– Lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan
dan masa akhir fungsi ovarium
– Masa pubertas  dapat sembuh sendiri
Penanganan
• Pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional
sangat banyak  penderita harus istiraht baring dan
diberi transfusi darah.
• Jika perdarahan berasal dari uterus dan tdk ada
abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara
waktu dapat dipengaruhi dgn hormon steroid. Dapat
diberikan:
– Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah
meningkat dan perdarahan berhenti. Keberatan terpi ini
adalah bahwa setelah suntik dihentikan, perdarahan
timbul lagi.
– Progesteron: mengimbangi pengaruh estrogen terhadap
endometrium. Berguna pada wanita dlm masa pubertas.
GANGGUAN LAIN DALAM
HUBUNGAN DENGAN HAID
Dismenorea
• Istilah dismenorea hanya dipakai jika nyeri haid
demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita
untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan/ cara
hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam/hari.
• Dibagi 2:
– Dismenorea primer (esensial, intrinsik, idiopatik) 
tdk terdapat hubungan dengan kelainan ginekologik
– Dismenorea sekunder (ekstrinsik, yg diperoleh,
acquired)  disebabkan oleh kelainan ginekologik
(salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri,
stenosis servisis uteri, dll)
Dismenorea primer
• Dismenorea primer yaitu nyeri haid yg dijumpai
tanpa kelainan pada alat-alat genital yg nyata.
• Terjadi beberapa waktu setelah menarche
biasanya setelah 12 bulan atau lebih.
• Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit,
biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat
menyebar ke daerah pinggang dan paha.
• Bersamaan dengan nyeri, dpt dijumpai rasa mual,
muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dsb.
Dismenorea primer
• Etiologinya:
– Faktor kejiwaan  pada gadis yg tidak stabil
emosionalnya, mudah timbul dismenorea
– Faktor konstitusi  anemia, penyakit menahun dpt
mempengaruhi timbulnya dismenorea
– Faktor obstruksi kanalis servikalis
– Faktor endokrin  mempunyai hubungan dengan soal
tonus dan kontraktilitas otot usus
– Faktor alergi  peningkatan kadar prostaglandin
memegang peranan penting dalam etiologi
dismenorea primer
Dismenorea primer
• Penanganan:
– Penerangan dan nasehat
– Pemberian obat analgesik  preparat kombinasi aspirin,
fenasetin, kafein
– Jika nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan
kompres panas pada perut bawah
– Terapi hormonal  pemberian salah satu jenis pil kombinasi
kontrasepsi  menekan ovulasi
– Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin 
indometasin, ibuprofen, naproksen. Diberikan 1-3 hari sebelum
haid dan pada hari pertama haid.
– Dilatasi kanalis servikalis  memudahkan pengeluaran darah
haid dan prostaglandin di dalamnya.
– Neurektomi prasakral dan neurektomi ovarial
Premenstrual tension (tegangan
prahaid)
• Merupakan keluhan-keluhan yg biasanya mulai 1
minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya
haid, dan menghilang setelah haid datang,
walaupun kadang-kadang berlangsung terus
sampai haid berhenti
• Terutama pada wanita 30 dan 45 tahun
• Keluhan: gangguan emosional berupa iritabilitas,
gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung,
mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mamma,
depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi
(pada kasus berat)
Premenstrual tension (tegangan
prahaid)
• Etiologi:
– ketidakseimbangan antara esterogen dan
progesteron dengan akibat retensi cairan dan
natrium, penambahan berat badan, kadang-
kadang edema.
– Dalam hubungan dengan kelainan hormonal 
defisiensi luteal dan pengurangan produksi
progesteron.
– Faktor kejiwaan
Premenstrual tension (tegangan
prahaid)
• Penanganan:
– 7-10 hari sebelum haid pemakaian garam dibatasi dan
minum sehari-hari agak dikurangi
– Obat diuretik (Hidrokhlorotiazide 50 mg sehari) ± 5
hari
– Progesteron sintetik dalam dosis kecil selama 8-10
hari sebelum haid
– Testosteron dlm bentuk methiltetosteron 5 mg (tablet
hisap)  mengurangi kelebihan esterogen
– Hormon androgen jangan diberikan lebih dari 7 hari
dalam satu siklus
Vicarious menstruation
• Jarang dijumpai, terjadi perdarahan ekstragenital
dengan interval periodik yg sesuai dengan siklus haid.
• Tempat perdarahan paling sering  mukosa hidung
berupa epistaksis
• Peningkatan kadar esterogen  edema dan kongesti
pada alat-alat lain di luar alat-alat genital pada wanita
yg peka
• Dapat juga terjadi pada lambung, usus, paru-paru,
mamma, kulit.
• Penanganan dapat dilakukan apabila pada alat yg
berdarah ada kelainan yg dapat diangkat/ diobati.
Mittelschmerz dan perdarahan ovulasi
• Mittelschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira
sekitar pertengahan siklus haid, pada saat ovulasi.
• Rasa nyeri dapat ringan atau berat, hanya beberapa
jam atau sampai 2-3 hari.
• Rasa nyeri dapat disertai/ tdk dengan perdarahan,
kadang sedikit berupa getah bewarna coklat, atau
perdarahan seperti haid biasa.
• Rasa nyeri tidak disertai kejang, tdk menjalar, tdk
disertai mual tau muntah.
• Penanganan  penerangan
Mastalgia
• Gejala: rasa nyeri dan pembesaran mamma
sebelum haid.
• Etiologi: edema dan hiperemi karena
peningkatan relatif dari kadar esterogen.
• Terapi:
– Pemberian diuretikum
– Mastalgia keras: metiltestosteron 5 mg sehari
(sublingual)
– Bromokriptine dlm dosis kecil.
Mola Hidatidosa
DEFINISI
• Suatu neoplasma jinak dari sel trofoblas di
mana terjadi kegagalan pembentukan
plasenta atau fetus
• Disebabkan karena terjadi agenesis dari sitem
pada kehamilan minggu III-IV
INDONESIA RAYA..
MERDEKA MERDEKA..
TANDA DAN GEJALA
• Kehamilan muda disertai perdarahan
• Anemia
• Hiperemesis gravidarum
• Tidak dirasakan ballotement
• Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
• Keluar gelembung mola bersamaan dengan
perdarahan
DIAGNOSIS
• Peningkatan kadar beta hCG
• Pada arteriogravi pembuluh darah pelvis
meningkat
• USG tampak chunky snow storm
• Punksi abdomen antara umbilikus
– Bila keluar darah  mola
– Bila keluar air ketuban  hamil
USG
PENATALAKSANAAN DAN KOMPLIKASI
• Penatalaksanaan
– Lakukan kuretase
– Histerektomi
• Komplikasi
– Perdarahan
– Perforasi
– Chorio carcinoma
Kehamilan Ektopik
DEFINISI
• Kehamilan yang implantasinya terjadi di luar
endometrium cavum uteri.
• Hampir 90% implantasi terjadi di tuba uterina
• Akan mengalami abortus atau ruptura bila
berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi.
TANDA DAN GEJALA
• Anemis
• Kesadaran menurun
• Syok hipovolemik
• Nyeri perut bawah
• Nyeri goyang porsio
DIAGNOSIS
• Kuldosentesis
PENATALAKSANAAN
• Umum
– Transfusi darah
– Cairan kristaloid
• Obsetrik
– Parsial Salpingektomi
 melakukan insisi bagian tuba yang
mengandung konsepsi
– Salpingostomi
 mengeluarkan hasil konsepsi
Placenta Previa
DEFINISI
• Impantasi plasenta terlalu rendah sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum
• Faktor risiko
– Multipara
– Myoma uteri
– Endometritis
– Curettage berulang
KLASIFIKASI
TANDA DAN GEJALA
• Perdarahan
– Semakin rendah letak placenta, perdarahan terjadi
semakin dini
– Darah berwarna merah segar
• Penurunan terganggu
• Malpresentasi janin
• Risiko perdarahan post partum
USG
PENATALAKSANAAN
• Persalinan pervaginam
– Amniotomy
– Cunam
– Dilakukan bila : placentan previa lateralis /
marginalis / letak rendah, multipara
• Sectio caecarea
– Dilakukan bila : placenta previa total, primigravida,
gawat janin, tidak ada kemajuan dengan
pervaginam
PROGNOSIS
• Keadaan yang membahayakan ibu
– Perdarahan antepartum
– Shock
– Infeksi
– Retensio placenta
• Keadaan yang membahayakan anak
– Gawat janin
– Prematuritas
Solutio Placenta
DEFINISI
• Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
pada usia kehamilan diatas 22 minggu
• Faktor risiko
– Umur ibu lanjut
– Multipara
– Trauma
– Tali pusat pendek
– Hipertensi
– Defisiensi asam folat
KLASIFIKASI
TANDA DAN GEJALA
• Perdarahan
– Darah berwarna hitam
– Terjadi sekali dan berat
• Uterus tegang seperti papan
• Bagian janin sulit diraba
• Nyeri tekan
• Fundus uteri naik
• Pada VT selaput ketuban menonjol
PENATALAKSANAAN
• Umum • Obsetrik
– Tranfusi darah – Amniotomi
– Oksigen – Oxytocin drip
– Antibiotika – Sectio caesaria
– Diuretika – Hysterectomi (bila
terjadi atonia uteri)
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
• Komplikasi
– Perdarahan
– Shock
– Gawat janin
• Prognosis
– Dengan penatalaksanaan yang baik maka kematian
ibu dapat ditekan
– Prognosa janin pada umumnya jelek tergantung dari
bagian placenta yang terlepas dan usia kehamilan
LO 2
Abortus
Abortus
Definisi
• Berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin
mampu hidup diluar rahim (< 500 gram atau <
20 minggu)
• Gangguan pada kehamilan trimester I atau <
20 minggu yang ditandai dengan keluarnya
darah atau hasil konsepsi
Klasifikasi
• Abortus iminens: perdarahan per vaginam pada kehamilan <
20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang
meningkat
• Abortus insipiens: bila perdarahan diikuti dengan dilatasi
serviks
• Abortus inkomplit: bila sudah sebagian jaringan janin
dikeluarkan dari uterus. Bila disertai infeksi genitalia disebut
abortus infeksiosa
• Abortus komplit: bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari
uterus
• Missed abortion: kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi
tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih
• Abortus habitualis : abortus berulang selama tiga kali
berturut-turut
Etiologi
• Faktor janin
Dimana terjadi gangguan pertumbuhan pada zigot, embrio
atau plasenta, contohnya :
- Abnormal dari pembentukan plasenta
- Kelainan kromosom (monosomi, trisomi)
• Faktor maternal
Terjadi infeksi(virus, bakteri) pada awal trimester 1 dan
trimester 2. Contohnya:
- Infeksi karena rubella, CMV, herpes simplex, varicella
zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio, ensefalomyelitis,
Salmonella typhi, Brucelosis, Leptospirosis, dll
- Toxoplasma gondii, Plasmodium
Etiologi
– Penyakit vaskuler (pembuluh darah) contoh : hipertensi
vaskuler, kelainan endokrin contohnya pada defisiensi
insulin atau disfungsi dari kelenjar tyroid
- Penyakit imunitas inkomptabilitas HLA (Human Leukocyte
Antigen)
- Trauma
- Kelainan uterus
- Psikosomatik
• Faktor eksternal :
– dapat disebabkan oleh radiasi, obat-obatan, dan bahan
kimia Abortus
Patogenesis
• Awal abortus  perdarahan desidua basalis & nekrosis
jaringan sekitar  hasil konsepsi terlepas  dianggap
benda asing oleh uterus  uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan
• Kehamilan 8 minggu  vili koriolis belum menembus
desidua secara dalam  hasil konsepsi dapat dikeluarkan
seluruhnya
• Kehamilan 8 – 14 minggu  penembusan sudah lebih
dalam  plasenta tidak dilepaskan sempurna  banyak
perdarahan
• Kehamilan 14 minggu  janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta
– Terkadang plasenta tertinggal  kontraksi uterus dan perdarahan
Manifestasi Klinis
Diagnosis Perdarahan Serviks Besar uterus Gejala lain
Abortus Sedikit hingga Tertutup Sesuai umur Plano tes(+)
iminiens sedang kehamilan Kram
Uterus lunak
Abortus Sedang hingga Terbuka Sesuai atau > Kram uterus
insipiens banyak kecil lunak
Abortus Sedikit hingga Terbuka Lebih kecil dari Kram
inkomplit banyak umur Keluar jaringan
kehamilan Uterus lunak
Abortus Sedikit atau Lunak (terbuka Lebih kecil dari Sedikit/kram (-)
komplit tidak ada atau tertututp) umur Uterus kenyal
kehamilan
Missed Sedikit dan Agak kenyal dan Lebih kecil dari Gejala
abortion warna tertutup umur kehamilan
kehitaman kehamilan menghilang
Uterus tak
membesar
ABORTUS
KOMPLETUS

ABORTUS
INKOMPLETUS
Diagnosa
1. Nyeri suprapubik, kejang uterus dan atau
nyeri punggung bagian bawah
2. Perdarahan pervaginam
3. Dilatasi servik dan teraba jaringan keluar dari
kanalis servikalis
4. Gejala dan tanda kehamilan menghilang
5. Tes kehamilan negatif atau kadar β hcg
meningkat pesat
6. Pemeriksaan ultrasonografi yang tidak
normal
Diagnosa Banding
• Kehamilan ektopik
• Perdarahan servik akibat epitel servik yang
mengalami eversi atau erosi
• Polip endoservik
• Mola hidatidosa
• Karsinoma servik uteri
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
• Darah lengkap
– Kadar haemoglobih rendah akibat anemia
haemorrhagik.
– LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya
infeksi.
• Tes kehamilan
– Penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG
adalah prediktif bagi terjadinya kehamilan abnormal
(blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan
ektopik).
Pemeriksaan Penunjang
• Ultrasonografi
– USG transvaginal dapat digunakan untuk
deteksi kehamilan 4 – 5 minggu
– Detak jantung janin terlihat pada kehamilan
dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5 – 6
minggu)
– Dapat digunakan untuk menentukan
apakah kehamilan viabel atau non-viabel
Atas :
Kantung kehamilan dengan
mudigah

Kiri :
Blighted Ovum , kantung
kehamilan tanpa mudigah
Penatalaksanaan
Jenis abortus Penatalaksanaan

Abortus Iminiens Istirahat baring


Pertimbangkan infeksi􀃆 antibiotika, AKDR􀃆 ekstraksi
AKDR, defisiensi hormonal􀃆 ( didrogesteron, alilestenol )
Abortus insipiens, Kelanjutan abortus imminens yang diupayakan terapi
inkomplit dan missed gagaldilakukan evakuasi massa kehamilan/sisa konsepsi
abortion dg kuretase atau AVM
Abortus habitualis (3 Umumnya disebabkan anomali kromosominvestigasi
kali atau lebih) genetis
Defisiensi hormonal
Inkopetensi serviks Shirodkar/Mc Donald sebelum usia 12-
14 minggu
Abortus terapetik Terminasi suatu kehamilan atas indikasi ibu. Jika pengakhiran
kehamilan tdk segera mengancam keselamatan ibu atau
kecacatan yg berat pada janin
Komplikasi
– Perdarahan yang menyebabkan
haemorrhagic shock
– Infeksi
– Sepsis pasca abortus provokatus
– Infertilitas
– Perforasi, cedera vesika urinaria atau usus
akibat tindakan kuretase
Pengaruh Riwayat Abortus Terhadap Kehamilan
Berikutnya
• Cedera dalam alat kandungan ataupun jalan lahir dapat
ditimbulkan oleh proses kehamilan terdahulu dan
memberi akibat buruk pada kehamilan yang berikutnya.
• Pernah mengalami abortus; sengaja ataupun tidak dengan
ataupun tanpa tindak pengerokan (curretugo) terlebih lagi
bila mengalami ulangan abortus akan semakin besar
kemungkinannya mengalami lagi pada kehamilan
berikutnya dan juga kemungkinan kejadian perdarahan.
• Bisa jadi ibu mengalami anemia yang berdampak buruk
pada ibu dan janinnya.
Pengaruh Riwayat Abortus Terhadap
Kehamilan Berikutnya
• Inkompetensi serviks menyebabkan keguguran
pada kehamilan berikutnya.
• Perforasi rahim dan plasenta previa dengan
implikasi serius terhadap kesehatan ibu dan
anaknya dalam kehamilan berikutnya, dan
• Kehamilan ektopik yang jika tidak terdiagnosis
dan tidak diobati, dapat mengakibatkan
seorang wanita mati.
Infeksi pada Kehamilan
Infeksi Virus
• Parvovirus
– Dampak pada janin => abortus, hidrop nonimun
• Varisela-Zoster
– Trimester I => korioretinitis, atrofi korteks serebri,
hidronefrosis, kelainan tulang dan kulit
• Virus Hepatitis
– Abortus, perdarahan pasca persalinan
• Demam Dengue
– Kematian janin intrauterin, pada saat persalinan
terjadi trombositopenia
Infeksi Bakterial
• Grup A streptokokus
• Grup B streptokokus
– Pada maternal => kehamilan prematur, KPD,
korioamnionitis, fetal dan neonatal infeksi
• Demam tifoid
– Keguguran, persalinan prematur, dan kematian
janin intrauterin
Infeksi Bakterial
Malaria

Ibu Hamil

Janin
Parasitemia Bayi Baru Lahir
Morbiditas :
Anemia Abotus
Malaria serebral Lahir mati
Hipoglikemia Infeksi Berat lahir
Sepsis peurperal kongenital rendah
Mortalitas : Prematuritas
Penyakit berat IUGR
Perdarahan Penyakit malaria
Moortalitas
Infeksi TORCH
• Sitomegalovirus (CMV)
• Kehamilan < 16 minggu => kerusakan serius
• Diagnosis :
– Serologik : seronegatif => seropositif (ada IgM dan
IgG anti CMV) dan IgG aviditas rendah terhadap
CMV
– Virologik : uji imuno fluoresen
Infeksi TORCH
• Toksoplasmosis kongenital
• Terjadi apabila infeksi toksoplasma akut
terjadi selama kehamilan
• Ibu dengan antibodi spesifik => 4-7/1000
kehamilan
• Ibu tidak mempunya antibodi antitoksoplasma
=> 50/1000 kehamilan
Infeksi TORCH
• Rubela
• Trimester I => sindroma rubela kongenital (defek
pada jantung, katarak, retinitis, ketulian)
• Herpes simplex virus
• Jika ibu sudah mempunyai infeksi => infeksi pada
bayi tidak terbukti => persalinan pervaginam
• Infeksi baru pada kehamilan => persalinsn resiko
LO 3
Radang Panggul
INFEKSI PADA ALAT
REPRODUKSI WANITA
Pembagian
• Infeksi rendah : dari vulva, vagina, cervix
• Infeksi tinggi : dari uterus, tuba, ovarium,
parametrium, peritoneum. Golongan ini
biasa disebut pelvic inflammatory disease
(penyakit radang panggul)
• Batas antara kedua golongan ini : ostium
uteri internum.
Infeksi Tinggi (Pelvic Inflammatory
Disease = Penyakit Radang Panggul)
• Termasuk :
– Endometritis
– Miometritis
– Parametritis
– Salpingitis  pyosalpinx
– Oophoritis  pyovarium
Salpingitis dan oophoritis disebut adnexitis
– pelvioperitonitis
Infeksi Tinggi (Pelvic Inflammatory
Disease = Penyakit Radang Panggul)
• Pembagian :
a.Radang akut : disebabkan oleh :
– Gonorrhoe (60% disebabkan GO)
– Kuman-kuman lain : streptococcus aerob
maupun anaerob staphylococcus
b.Radang kronis : dari radang akut, tbc
Endometritis
A. Endometritis Akut
• Terutama terjadi postpartum atau postabortum.
• Gejala :
– Demam
– Lochia berbau
– Lochia lama berdarah
– Radang  tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium dan
tidak nyeri
• Terapi :
– Uterotonika
– Istirahat, letak Fowler
– Antibiotika
– Endometritis senilis  dikuret  u/ menyampingkan corpus
carcinoma
Endometritis
B. Endometritis Kronisa
• Gejala :
– Fluor albus yang keluar dari ostium
– Kelainan haid seperti metrorrhagi dan
menorrhagi
• Terapi :
– Kuretase  u/ DD dengan carcinoma corpus
uteri, polyp atau myoma submucosa. Kadang-
kadang dengan kuret ditemukan endometritis
tuberculosa
Myometritis
• Biasanya tidak berdiri sendiri tetapi
lanjutan dari endometritis  gejala dan
terapi seperti endometritis
Salpingitis Akut
• Menjalar ke ovarium  oophoritis
• Etiologi : gonococcus (paling sering),
staphylococ, streptococ, dan tbc
• Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
a. Naik dari cavum uteri
b. Menjalar dari alat yang berdekatan seperti
dari appendix yang meradang
c. Haematogen terutama salpingitis
tuberculosa
• Salpingitis biasanya bilateral.
Salpingitis Akut
• Gejala :
– Demam tinggi
– Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama
kalau ditekan
– Defense kiri dan kanan di atas lig. Poupart
– Mual dan muntah
– Tenesmi ad anum
– Toucher :
• Nyeri kalau portio digoyangkan
• Nyeri kiri dan kanan dari uterus
• Kadang-kadang ada penebalan dari tuba
– Menorrhagi dan dysmenorrhoe
Salpingitis Akut
• DD :
1.Kehamilan ektopik
2.Appendicitis
• Terapi :
– Istirahat
– Broad spectrum antibiotica
– Corticosteroid
Salpingitis Kronis
Adnexitis Kronisa
• Terjadi :
– Sebagai lanjutan dari adnexitis akut
– Dari permulaan sifatnya kronis seperti adnexitis tuberculosa
• Gejala :
– Nyeri di perut bagian bawah
– Dysmenorrhoe
– Menorrhagi
– Infertilitas
• Diagnosa :
– Toucher  teraba adnex tumor
– LED ↑
– Leukositosis
– Limfositosis
– Bentuk khas  salpingitis isthmica nodosa
Adnexitis Kronisa
• DD :
– Adnex tumor bilateral  diagnosa pasti !
– Adnex tumor unilateral harus dibedakan dari :
• Appendicitis chronica
• Kehamilan ektopik yang terganggu (abortus tubair)
• Terapi :
– Antibiotika dan istirahat
– Terapi operasi
Parametritis (Cellulit Pelvica)
• Parametritis  radang dari jaringan longgar di dalam
lig.latum
• Biasanya unilateral.
• Etiologi :
– Dari endometritis
– Dari robekan cervix
– Perforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret, IUD)
• Gejala :
– Demam
– Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti
muntah, defense, dll
• Diagnosa :
– Toucher  teraba infiltrat keras yang sampai ke dinding panggul
– Uterus terdesak ke bagian yang sehat/normal
Parametritis (Cellulit Pelvica)
• Penyulit :
– Parametritis akut
– Thrombophlebitis
– Abses dalam parametrium
• DD : adnexitis
• Terapi : antibiotika
Parametritis dengan pembentukan
abses
Pelvioperitonitis (perimetritis)
• Biasanya terjadi sebagai lanjutan
salpingoophoritis.
• Kadang-kadang terjadi dari endometritis atau
parametritis.
• Etiologi :
– GO
– Sepsis (postpartum dan postabortum)
– Appendicitis
• Dapat dibedakan 2 bentuk :
1. Menimbulkan perlekatan tanpa pembentukan nanah
2. Pembentukan nanah  Douglas abses
Pelvioperitonitis (perimetritis)
A. Pelvioperitonitis Akut
• Gejala :
– Nyeri di perut bagian bawah
– Demam intermittens
– Tenesmi ad anum
• Diagnosa :
– toucher  teraba infiltrat dalam cavum Douglasi
– LED ↑
• DD :
– Haemotocele rectouterina
– Tumor-tumor retrouterin
– Abses dalam parametrium
Pelvioperitonitis (perimetritis)
• Prognosis :
– Jauh lebih baik dari peritonitis umum
– Buruk pada pelvioperitonitis septika
• Terapi :
– Broad spectrum antibiotika
– Istirahat dalam letak Fowler
– Opiat  u/ mengurangi rasa nyeri
– Infus  u/ mempertahankan balans elektrolit
– Dekompresi dengan Abott Miller tube
– Douglas abses  kolpotomia posterior
Gonorrhoe
• Gonococcus dapat memasuki selaput
lendir yang utuh dan berkembang biak
intra- dan subepitelial.
• Gonococcus terutama terdapat pada
epitel yang sekretoris dan hanya pada
keadaan tertentu memasuki epitel gepeng
berlapis banyak.
Gonorrhoe
• Gejala :
– Coitus  ejakulat yang mengandung gonococcus 
vulva, vagina dan portio  muara urethra, saluran
Bartholini, canalis cervicalis dan rektum
– Mula-mula infeksi rendah  sesudah menstruasi,
abortus, dan persalinan  naik ke atas dan
menimbulkan infeksi tinggi (PID/PRP)
– Beberapa jam setelah coitus wanita yang terinfeksi 
perasaan panas waktu kencing
– Kalau cervix yang terserang (terutama multipara) 
setelah beberapa hari  fluor purulen dan berwarna
hijau kuning  menginfeksi urethra dan kel.
paraurethrales
Gonorrhoe

– Pada infeksi GO yang baru :


• Urethritis 95%
• Cervicitis 80%
• Bartholinitis 20%
• Proctitis 10%
– Kalau radang naik  endometritis gonorrhoica, salpingitis
gonorrhoica dengan gejala :
• Sakit di perut bagian bawah
• Demam tinggi
• Gejala perangsangan peritoneum lainnya
– Dapat juga terjadi pyosalpinx dan tuboovarial abses
– Pada anak-anak  vaginitis gonorrhoica infantum
– Pada wanita menopause  vaginitis gonorrhoica senilis
– Kalau fluor berlangsung lama  condylomata acuminata
pada vagina, vulva, dan sekitarnya
– Anak yang lahir dari ibu GO  conjunctivitis gonorrhoica
Tuboovarial Abses
Gonorrhoe
• Diagnosa :
– Wanita yang mengeluh perasaan panas waktu
kencing  diperiksa alat kemaluannya
– Biasanya terdapat kemerahan pada daerah
sekitar orificium urethrae dan muara kel.
Bartholini
– Dari urethra  sekret bernanah
– Dalam vagina  fluor berwarna hijau kuning
– Dari cervix  nanah
– Sediaan apus dari sekret urethra dan cervix 
pewarnaan Gram  didapat diplococcus seperti
buah kopi yang letaknya intracelluler
– Gonorrhoe menahun  pembiakan
Gonorrhoe
• Terapi :
– Depo penicillin 1 juta S sehari selama 4-5 hari
– Resisten penicillin  streptomycin 1-2 gram
atau terramycin
DEFINISI BARTHOLINITIS
• Suatu proses infeksi yang terjadi pada
kelenjar bartolin

ETIOLOGI
• Sering disebabkan oleh gonorea
• Sterptokokus,atau
• Basil koli
GEJALA DAN TANDA

• Pada bartholinitis akut kelenjar


membesar,merah,nyeri dan lebih panas dari
pada daerah sekitarnya.
• Isinya cepat menjadi nanah yg dapat keluar
melalui duktusnya,atau jika duktus
tersumbat,mengumpal di dalamnya dan menjadi
abses  sebesar telur bebek
• Jika belum menjadi abses,keadaan ini bisa diatasi
dengan antibiotik.
• Jika sudah bernanah mencari jalan sendiri atau harus
dikeluarkan dengan sayatan
• Radang pada glandula bartholin ini dapat terjadi
berulang – ulang dan akhirnya dapat menjadi
menahun dalam bentuk KISTA BARTHOLINI
• Kista bartholini tidak selalu menyebabkan
keluhan,akan tetapi kadang – kadang dirasakan
sebagai benda berat dan/atau menimbulkan
kesulitan pada koitus.
• Jika kista tidak besar dan tidak menimbulkan
gangguan tidak perlu dilakukan tindakan apa2.
• Sebaliknya dalam hal lain perlu dilakukan
pembedahan
DIAGNOSIS BANDING
• Kista sebaseus
• Kista epidermal
• Kista disontogenik
• Fibroma
• lipoma
TERAPI

• Antibiotik :
– Perenteral :
• Cefotetan,atau cefoxitin,dan + doxycycline
• Clindamycin + gentamicin  doxycyline atau clindamycin
• Oflaxacin + metronidazole
• Ampicilin/sulbactam + doxycycline
• Ciprofloxacin + doxycycline + metronidazole
– Per oral :
• Ofloxacin selama 14 hari + metronidazole selama 14 hari
• Ceftriaxone / cefoxitin + probenecid dosis tunggal + doxycycline selama
14 hari
• Analgesik :
– Sesuai dengan kondisi pasien bila panas diberikan paracetamol 3 x
500 mg
• Cairan intra vena :
– Jika mengalami dehidrasi infus larutan ringer laktat dan dextrose 5%
perbandingan 1 : 1
PENCEGAHAN DAN EDUKASI

• Semua pasien dengan infeksi gonore seharusnya


melibatkan pasangan seksualnya dalam evaluasi dan
pengobatan
• Penggunaan kondom untuk proteksi
• Pasien hendaknya diberikan edukasi mengenai resiko
komplikasi dari infeksi gonore
• Pasien seharusnyamenghindari kontak seksual smpai
pengobatan selesai dan juga sampai pasangan
seksualnya selesai dievaluasi dan diobati
• Sebagian besar infeksi gonore memberikan respons yg cepat
terhadap pengobatan dengan antibiotik
• Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan lengkap
PID

•Infeksi saluran reproduksi bagian atas.


•Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium saluran tuba, indung
telur, miometrium, parametrium dan rongga panggul
•Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari PMS

Gejala
Etiologi
•Rasa nyeri pada perut bagian bawah perut
•Perdarahan hebat saat menstruasi
•klamidia
•Menstruasi tidak teratur
•gonore
•Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang
•mikoplasma
abnormal
•stafilokokus
•Demam
•streptokokus
•Spotting (bercak-bercak kemerahan di celana dalam)
•Kram perut saat menstruasi
•Rasa nyeri – coitus
•Perdarahan pasca coitus
•Nyeri punggung bagian bawah
•Merasa lelah
•Nafsu makan <<
•Sering berkemih + rasa nyeri
Faktor Resiko Penularan

• Aktivitas seksual yang dilakukan pada usia yang • Hubungan seksual.


terlalu muda, yaitu di bawah 16 tahun • Prosedur kebidanan/
• Sering berganti-ganti pasangan seksual kandungan seperti
• Pernah menderita penyakit menular seksual pemasangan IUD,
sebelumnya persalinan, keguguran,
• Pernah menderita penyakit radang panggaul aborsi dan biopsi
sebelumnya endometrium yang
• Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang tidak steril.

Komplikasi Px Penunjang

• Kehamilan ektopik atau • Pemeriksaan darah lengkap


hamil di luar kandungan • Pemeriksan cairan dari serviks
• Infertilitas • Kuldosentesis
• Bayi lahir cacat atau • Laparoskopi
meninggal • USG panggul
KEPUTIHAN/FLUOR ALBUS
Definisi:
Keputihan/fluor albus adalah keluarnya
cairan kental dari vagina yang bisa saja terasa
gatal, panas atau perih, kadang berbau dan tidak
merasakan gejala apapun. Kondisi ini terjadi
karena tergangunya kesimbangan flora normal
dalam vagina dengan berbagai penyebab.
(dorland)
keputihan adalah nama gejala yang diberikan
pada cairan yang dikeluarkan dari alat genital
yang tidak berupa darah. (buku ajar IMS)
• Jenis-jenis:
1) Normal (fisiologi) :
mukos yg mengandung banyak epitel dengan
leukosit jarang.
– Tidak berwarna(bening), tidak bau, tidak gatal
–  cairan sedikit, tidak kental
2) Abnormal (patologis) :
terdapat banyak leukosit.
– Berwarna keruh (kuning, kehijauan, keabuan),
berbau (busuk, amis), gatal.
–  cairan banyak, kental.
Penyebab keputihan fisiologis dan patologis
• Etiologi Fluor Albus fisiologis:
Kondisi normal seorang yang dapat menyebabkan sekret keluar berlebihan
adalah pada keadaan:
– Bayi baru lahir hingga berusia kira-kira 10 hari.terjadi karena pengaruh
hormon estrogen dari ibunya.
– Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang. Keadaan
tersebut ditunjang oleh hormon estrogen.
– Masa sekitar ovulasi karena adanya produksi kelenjar-kelenjar pada mulut
rahim.
– Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke vagina dan
mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.
– Akseptor kontrasepsi pil dan akseptor IUD.
– Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang menderita penyakit
kronik atau pada wanita yang mengalami stres.
Nama Vaginosis Gonore Klamydia (Clamydia Candidiasis
Penyakit (Gardnerella (Neisseria trachomatis) (Candida
vaginalis) gonorrhoae) albicans)

Gejala  cairan Bisa tanpa gejala Umunya tanpa gejala  cairan keputihan
dan keputihan Gejala-gejala Gejala-gejala : seperti susu,
Tanda- berwarna  cairan vagina  cairan vagina bergumpal
tanda kuning berwarna berwarna kuning  berbau asam
 berbau amis kuning  bau busuk  rasa gatal
 gatal pada  bau busuk  nyeri dan  daerah
kemaluan  Nyeri perut pendarahan vagina kemaluan
bagian bwh bengkak dan
merah

Dampak Prematur  Peny. radang  Peny. radang Pada keadaan


 Kemandulan panggul panggul hamil beresiko
 Kemandulan
pada neonatusnya
 Kemandulan
 Menular  Menular
pd bayi baru pd bayi baru lahir
lahir  Rentan terhadap HIV
 Rentan / AIDS
terhadap HIV /  Hamil diluar
AIDS kandungan
Nama Penyakit Trichomoniasis (Trichomonas HUMAN PAPILLOMA
vaginalis) VIRUS (HPV)

Gejala dan Tanda-  cairan vagina bisa Tonjolan yang tidak sakit,
tanda berwarna hijau kutil yang menyerupai
kuning , berbau bunga kol tumbuh di dalam
busuk. atau pada kelamin, anus
 daerah kemaluan
dan tenggorokan.
bengkak , merah,
lecet dan gatal
serta tidak nyaman

Dampak Persalinan  HPV 6 dan 11 :


prematur kutil (wart)
 Rentan pada daerah
terhadap HIV/ anogenital
AIDS • HPV 16 dan 18
: kanker serviks
Patogenesis terjadinya keputihan
• Bakteri (Neisseria gonorrhoae) • Jamur (Candida albicans)
– Kuman dapat masuk melewati mukosa Sel atau spora dan bentuk miselia atau
serviks, konjungtiva atau rektum. hifa
Kuman menempel dengan vili pada ↓
permukaan mukosa. Kuman mencapai Pelekatan sel candida pada epitel
jaringan ikat di bawah epitel, setelah vagina(miselia)
terlebih dahulu menembus ruang ↓
antar sel.Selanjutnya terjadi reaksi Hifa candida tumbuh berkolonisasi pada
radang berupa infiltrasi lekosit permukaan vagina(perubahan
polimorfonuklear. Eksudat yang estrogen)
terbentuk dapat menyumbat saluran ↓
atau kelenjar sehinnga terjadi kista Memproduksi enzim protease,bekerja
retensi dan asbes.Lalu terjadinya optimal pH normal vagina
kerusakan pada sel epitel oleh ↓
gonokokus, menyebabkan Mendukung pertumbuhan jamur yg
terbentuknya celah pada mukosa, menghasilkan beberapa faktor merusak
sehingga mempermudah dan epitel vagina
mempercepat masuknya kuman GO. ↓
Vaginitis
• Parasit • Virus
– Trichomonas vaginalis – Patogenesis :
• T.vaginalis mampu menimbulkan
• Sel kanker serviks pada
peradangan pada dinding saluran
awalnya berasal dari sel
urogenital dengan cara invasi
epitel serviks yang
sampai mencapai jaringan epitel
mengalami mutasi
dan subepitel.
genetik sehingga
• Masa tunas = rata-rata 4 hari mengubah perilakunya.
sampai 3 minggu Sel yang bermutasi ini
• Pada kasus yang lanjut terdapat melakukan pembelahan
bagian-bagian dengan jaringan sel yang tak terkendali,
granulasi yang jelas. Nekrosis imortal, dan menginvasi
dapat ditemukan di lapisan jaringan stroma di
subepitel yang menjalar sampai di bawahnya. Keadaan yang
permukaan epitel. Di dalam vagina menyebabkan mutasi
dan urethra parasit hidup dari sisa- genetik yang tidak dapat
sisa sel, kuman-kuman, dan benda diperbaiki akan
lain yang terdapat di dalam sekret. menyebabkan
pertumbuhan kanker ini.
Cara infeksi dan faktor predisposisi dari
keputihan
Cara infeksi :
 Infeksi endogen : infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang sumbernya adalah diri
sendiri. Contoh : Gardnerella vaginalis, Candida
albicans.
 Infeksi menular seksual : penyakit infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Contoh :
Neisseria gonorrhoae, Clamydia trachomatis,
Trichomonas vaginalis.
 Infeksi iatrogenik : infeksi akibat masuknya
mikroorganisme ke jaringan tubuh karena terbawa
oleh peralatan dan bahan yang digunakan pada
waktu pelayanan (toilet seat, handuk, dll).
Faktor predisposisi
 Faktor endogen
1. Perubahan fisiologik
a.Kehamilan
b.Kegemukan
c.Debilitas
d.Iatrogenik
e.Endokrinopati
f.Penyakit kronik
2. Umur
3. Imunologik
 Faktor eksogen
a.Iklim
b.Kebersihan kulit
c.Kebiasaan
d.Kontak dengan penderita
Indikasi dan kontra indikasi pemeriksaan (pap
smear dan sekret vagina)

• Pap smear : pemeriksaan sitologi yang dilaksanakan


secara berkala (1/2 – 1 tahun sekali) dilakukan untuk
kepentingan diagnosis dini karsinoma sekviks uteri &
karsinoma korporis uteri (Ilmu Kandungan)
– Indikasi :
• Untuk menemukan lesi pre kanker
• Biopsy- bukti cervical intraepithelial neoplasia
– Kontra Indikasi :
• Pemeriksaan kolposkopi yang tidak memuaskan
• Kehamilan
• Sekret vagina
– Indikasi : untuk menemukan mikroorganisme asing pada
sekret vagina
– Kontra indikasi : wanita dengan hymen yang masih utuh.
Terapi causal berdasarkan etiologinya
– Candida albicans
o Topikal
1.Mikonazol nitrat 2 % 1 x sehari selama 7 – 14 hari
2.Klotrimazol 1 % vagina krim 1 x sehari selama 7 hari
3.Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
o Sistemik
1.Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
2.Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
3.Nimorazol 2 gram dosis tunggal
– Chlamydia trachomatis
1.Tetrasiklin 4 x 500 mg selama 10 – 14 hari oral
2.Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
3.Metrodinazole 600 mg/hari selama 4 – 7 hari
– Gardnerella vaginalis
1.Metrodinazole 2 2x 500 mg
2.Ampisilin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
• Trichomonas vaginalis
– Secara Topikal
• Bahan cairan berupa irigrasi, misal:H2O2 1-2% dan
larutan asam laktat 4%
• Bahan berupa supositoria
• Gel dan krim, yang berisi zat trikomoniasidal
– Secara Sistemik (Oral)
• Metronidazol  dosis tunggal 2 gram / 3x500mg per
hari selama7hari
• Nimorazol  dosis tunggal 2gr
• Tinidazol  dosis tunggal 2gr
• Omidazol  dosis tunggal 1,5gr
Tumor Jinak Pada Alat Genital
Vulva
• Tumor Kistik Vulva
– Kista inklusi epidermis
• Terjadi karena perlukaan, terutama pada persalinan karena episiotomi.
• Terdapat di bawah epitel vulva maupun vagina berwarna kekuningan
atau abu-abu bergaris tengah < 1 cm.
• Umumnya tidak menimbulkan keluhan
– Kista sisa jaringan embrio
• Kista Gartner
– Berasal dari saluran mesonefricus
– Terdapat pada dinding lateral –anterolateral vagina – vulva dekat
urethra dan klitoris
– Dindingnya terdiri dari epitel torak/kubus berisi cairan jernih
tanpa musin.
– Biasanya berukuran kecil dan multipel namun dapat mencapai
ukuran kepala janin, dengan konsistensi yang lunak.
• Kista saluran Nuck
– Berasal dari sisa prosesus vaginalis peritoneum yang
terletak dalam saluran inguinal, kadang-kandang
melanjutkan diri sampai labium mayor.
– Berisi cairan jernih dengan dinding selapur peritoneum
– Kista kelenjar
• Kista bartholini
– Terjadi akibat radang
• Kista sebasea
– Terjadi karena penyumbatan saluran kelenjar sehingga
terjadilah penimbunan sebum.
– Terletak dekat di bawah permukaan kulit berwarna
kuning keabuan, dengan batas jelas dan konsistensi
keras, ukuran kecil sering multipel
• Penyakit fox-forduce
– Terjadi akibat sumbatan kelenjar keringat sehingga membentuk
banyak kristal kecil dengan diameter 1-3 mm, multipel, terasa
gatal
– Dapat mengalami kekambuhan apabila terjadi gangguan emosi
antara lain rangsangan seksual.
• Kista paraurethra
– Terjadi karena kelenjar ini tertutup oleh infeksi
• Kista endometriosis
– Jarang sekali terjadi, pada umumnya diangkat kalau menggangu

• Tumor Solid
– Tumor epitel
• Kondiloma akuminata
– Disebabkan oleh virus HPV type 6 dan 2.
– Dapat tumbuh pada vulva dan sekitar anus sampai vagina dan
serviks.
• Karunkula urethra
– Karunkula urethra neoplasma
» Terdiri dari polip merah muda dengan tangkai pada tepi
dorsal muara urethra
» Mempunyai kecenderungan untuk kambuh
» Gangguan yang ditimbulkan adalah nyeri pada waktu berjalan
dan duduk, dispareunia, disuria, perdarahan dan
pembengkakan.
– Karunkula urethra granulomatosa
» Tonjolan tidak memiliki tangkao, berwarna merah kusam dan
tidak menimbulkan nyeri seperi karunkula urethra neoplasma.
» Sering terdapat pada wanita pasca-menopause, kebanyakan
merupakan penampilan infestasi trichomonas vaginalis.
– Nevus pigmentosus
» Tampak sebagai lesi berwarna kehitaman pada permukaan
vulva berdiameter 1-2mm
» Yang berbahayan adalah lesi yang berpigmen dan tak meluas
sehingga sebaiknya diperiksa secara histologik
• Hiperkeratosis
– Harus dibedakan dengan leukoderma di mana pigmentasi tidak
terjadi, serta karsinoma vulva insitu maupun invasif.
– Dibedakan menjadi :
» Yang disebabkan infeksi menahun : dermatitis
» Tumor jinak berpapik yang sudah menahun
» Distrofi
– Tumor jaringan mesodermal
• Fibroma
– Berasal dari jaringan di sekitar labium mayor, dapat tumbuh besar
dengan konsistensi lunak dan berwarna putih keabuan
• Lipoma
– Berasal dari jaringan lemak di sekitar labium mayor dengan
konsistensi lunak, dapat bertangkai dan mencapai ukuran besar.
• Leiomioma
– Berasal dari otot polos ligamentum rotondum dekat pada labium
mayor tersusun seperti pusaran air
• Neurofibroma
–Berasal dari sarung serabut saraf, biasanya
kecil saja, lunak, berbentuk polipoid dan
berwarna seperti daging.
• Hemangioma
–Pada wanita pasca menopause biasanay
terjadi karena adanya varises yang kecil dan
dapat menyebabkan perdarahan pasca
menopause.
• Limfangioma
–Berasal dari jaringan pembuluh limfe, jarang
sekali di jumpai
Vagina
• Tumor Kistik
– Dilapisi epitel seperti endoserviks, berisi cairan musin
• Tumor Solid
– Granuloma
• Jaringan merupakan granulasi yang berbatas-batas, seringkali
berbentuk polip terutama terjadi pada bekas operasi kolprafi dan
histerektomi total dan dapat bertahan sampai bertahun-tahun.
– Tumor miksoid vagina
• Konsistensi lunak seperti kista berisi jaringan miksomatosa, jaringan
pengikat dan jaringan lemak seperti yang biasa terdapat pada daerah
glutea.
– Adenosis vagina
• Berasal dari sisa saluran paramesonefricus berupa tumor jinak vagina,
terutama terletaj dekat serviks uteri, terdiri dari epitel torak dan
mengeluarkan mukus
• Dapat disebabkan karena pemberian dietilstilbestrol atau hormon
estrogen sintesis lainnya
Uterus
• Ektoserviks
– Kista sisa jaringan embrional
• Berasal dari saluran mesonefridikus terdapat pada dinding
samping ektoserviks
– Kista endometriosis
• Letaknya superficial
– Folikel / kista Nabothi
• Kista retensi kelenjar endoserviks, biasanya terdapat pada
wanita multipara, sebagai penampilan servisitis
– Papiloma
• Dapat tunggal maupun multipel seperti kondiloma
– Hemangioma
• Jarang, biasanya letaknya superficial, dapat membesar pada
waktu kehamilan, dapat menyebabkan metroragi
• Endoserviks
– Polip
• Adenoma maupun adenofibroma yang berasal dari selaput
lendir endoserviks
• Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari vulva

• Endometrium
– Polip endometrium
• Sering didapati
• Berasal dari antara lain adenoma, adenofibroma, mioma
submukosum, plasenta
– Adenoma-adenofibroma
• Terdiri dari epitel endometrium dengan stroma yang sesuai
dengan daur haid
• Konsistensi lunak dan berwarna kemerahan
• Gangguan yang sering ditimbulkan adalah metroragi sampai
menometroragi, infertilistas
– Mioma submukosum
• Sarang mioma dapat tumbuh bertangkai dan keluar
dari uterus menjadi mioma yang dilahirkan.
• Konsistensi kenyal berwarna putih
– Polip plasenta
• Berasal dari plasenta yang tertinggal setelah partus
maupun abortus
• Menyebabkan uterus mengalami subinvolusi yang
menimbulkan perdarahan
• Umunya diangkat dengan cara kuretase.
Miometrium
• Asal: otot uterus
• Patogenesis: pada orang dengan mioma
didapatkan reseptor estrogen yang lebih
banyak dari orang normal
• Faktor resiko:
– Usia subur (27% wanita beumur 27 tahun)
– Nulipara
– Keturunan
Klasifikasi
• Mioma submukosum  menonjol ke rongga
uterus, bisa tumbuh bertangkai menjadi polip
lalu keluar melalui serviks (myomgeburt),
menekan ostium uteri eksternum hingga tampak
seperti bulan sabit
• Mioma intramural  di dinding uterus
• Mioma subserosum  menonjol ke permukaan
luar uterus, bisa lepas dari uterus (wandering
fibroid)
• Bila mioma ini dibelah akan tampak bahwa
mioma terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
seperti konde /pusaran air (whorl like pattern)
Perubahan sekunder

• Atrofi setelah menopause atau sesudah hamil


• Degenerasi hialin: tumor kehilangan struktur aslinya
menjadi homogen, pada usia lanjut
• Degenerasi kistik: tumor mencair, seperti agar-agar
• Degenerasi membatu (calcireous degeneration):
karena adanya pengendapan kapur sehingga tumor
mengeras
• Degenerasi merah (carneous degeneration): pada
kehamilan dan nifas, tumor terlihat seperti daging
mentah merah akibat pigmen hemosiderin dan
hemofusin
• Degenerasi lemak: jarang, lanjutan degenerasi hialin
Komplikasi
• Degenerasi ganas: hati-hati bila mioma uteri
cepat membesar dan masih membesar pada
menopause
• Torsi→gangguan sirkulasi →nekrosis
→sindrom abdomen akut
• Menekan tuba→infertilitas
• Menggangu perkembangan janin, fungsi
miometrium, plasenta→risiko abortus
meningkat
Manifestasi klinis
• Jarang bergejala, ditemukan kebetulan
• Bila ada gejala:
– Perdarahan abnormal
– Rasa nyeri
– Gejala dan tanda penekanan:
• VU: poliuri
• Ureter: hidronefrosis, hidroureter
• Rektum: obstipasi
• Pembuluh darah dan limfe: edema tungkai
Penatalaksanaan
• Observasi
• Medikamentosa: GnRH agonis
• Operasi:
– Miomektomi: pengangkatan mioma tanpa
pengambilan uterus, hanya bisa pada mioma
besar dan bertangkai
– Histerektomi: pengangkatan uterus, tindakan
terpilih
• Radioterapi: hanya bila pasien KI operasi
Ovarium
• Tumor Ovarium Non-Neoplastik
– Tumor Akibat Radang
• Tumor di sini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan
kista tubo-ovarial
– Tumor Lain
• Kista folikel
– Berasal dari folikel ge Graff yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista
folikel / dari beberapa folikel primer yang setelah
bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresia yang lazim, melainkan
membesar menjadi kista.
– Bisa didapati satu kista / beberapa, besarnya
biasanya dengan diameter 1-1,5 cm
• Kista korpus luteum
– Terjadi karena perdarahan yang sering terjadi di dalamnya
menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan berwarna merah coklat
karena darah tua.
– Frekuensi lebih sedikit dari kista folikel
– Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-
sel luteum yang berasal dari sel-sel teka.
– Dapat menyebabkan gangguan haid, berupa amenore diikuti oleh
perdarahan tidak teratur
• Kista teka lutein
– Pada mola, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya
kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik
– Biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju
• Kista inklusi germinal
– Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium.
– Lebih banyak terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan
besarnya jarang melebihi diameter 1 cm.
• Kista endometrium
– Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium
• Kista Stein-Leventhal
– Ovarium tampak pucat, membesar 2-3 kali, polikistik dan
permukaanya licin, kapsul ovarium menebal.

• Tumor Ovarium Neoplastik Jinak


– Tumor Kistik
• Kistoma ovarii simpleks
– Mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar.
– Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus,
dan berwarna kuning.
• Kistadenoma ovarii musinosum
– Berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya
satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain.
• Kistadenoma ovarii serosum
– Kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium
• Kista endometrioid
– Biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada
dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang
menyerupai lapisan epitel endometrium.
• Kista dermoid
– Suatu teratoma kistik jinak di mana struktur
ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti
epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula
sebasea berwarna putih kekuningan menyerupai
lemak nampak lebih menonjol daripada elemen-
elemen entoderm dan mesoderm.
• Tumor Ovarium Yang Padat Jinak
– Fibroma Ovarii
• Berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau dari beberapa sel
mesenkim yang multipoten.
– Tumor Brenner
• Satu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan, biasanya pada
wanita dekat atau sesudah menopause
• Berasal dari sisa sel-sel Walthard yang belum mengadakan diferensiasi
– Maskulinovoblastoma
• Sangat jarang, hingga kini baru dilaporkan 30 kasus
• Biasanya unilateral dan besarnya bervariasi antara 0,5 – 16 cm
diameter.
• Warna permukaan tumor kuning, dan pada pemeriksaan histologik sel-
sel disusun dalam stroma, seperti zona glomerulosa dan zona fasikulata
pada glandula suprarenal.
• Menyebabkan gejala maskulinisasi, terdiri atas hirsutisme, pembesaran
klitoris, atrofi mamma, dan perubahan suara
• Terapi pengagkatan tumor bersama ovarium
Tumor ganas alat genital
• Tumor ganas pada :
– Vulva
– Vagina
– Serviks uteri
– Korpus uteri
– Adneksa (tuba fallopii dan ovarium)
Vulva
Karsinoma vulva
• 80-85% terdapat pada wanita pasca menopause
• Kelompok umur 50-70 tahun, dengan puncak insiden pada
dekade ke-7, <45 tahun dan wanita hamil jarang
• 3-4% dari semua keganasan ginekologik
• Ditemukan pada golongan sosial ekonomi rendah dengan
higiene seksual yang kurang diperhatikan, obesitas, dan
hipertensi (>50%)
• Limfogranuloma inguinale, kondiloma akuminata, lichen
sclerosus et atrophicus, leukoplakia, dan kraurosis  diduga
pemicu timbulnya karsinoma vulva (lesi pra-neoplastik)

Etiologi
• Tidak banyak diketahui, etnik tidak berpengaruh
Patologi
• Lesi primer sering berupa ulkus dengan tepi induratif
(ulcero-granulating) atau sebagai tumbuhan eksofilik
(kutil) dengan tempat predileksi terutama di labia
mayora, labia minora, klitoris, dan komisura posterior
• Lesi bilateral sering, bahkan kedua labia mayora
dapat simetris terkena
• Histologik :
– >80%  epidermoid dengan diferensiasi baik
– 10%  karsinoma basoselulare, adenokarsinoma,
fibrosarkoma, atau miosarkoma
– 1-2%  tumor campuran (silindroma dan
melanoblastoma)
Tingkatan pra-maligna
• ± 50% didahului keadaan yang ditetapkan sebagai
pendahulu :
– Distrofia vulva  paling sering
• Vulvitis atrofik
• Vulvitis diabetik
• Leukoplakia
• Lichen sclerosus et atrophicus
• Kraurosis vulva dengan hiperplasi
– Potensial  kondiloma akuminata, HPV tipe 16 dan
mungkin 18
– Jarang  kondisi jaringan parut bekas GO, STD ulseratif
(granuloma, limfopatia venerea, abses kelenjar bartholin),
penyakit bowen dan paget  paling jarang
• Lesi pada vulva didahului :
– Perasaan gatal-gatal yang sangat
– Kadang-kadang rasa nyeri atau panas
– Timbul benjolan/kutil atau luka ulseratif dengan tepi induratif
• Lokasi tumor primer :
– Labium mayus 60%
– Labium minus 20%
– Klitoris 12%
– Komisura posterior 6%
• Perembetan ke jaringan sekitar akan meluas ke urethra,
kandung kemih, vagina, rektum, dan melalui pembuluh
getah bening
Gambaran klinik
• Lansia  malu cerita, sudah lama sebelum penderita
berobat
• Penderita datang dengan keluhan samar samar 
salah diagnosis  penyakit makin parah
• Diagnosis lebih mudah bila :
– Ditemukan benjolan
– Ulkus atau lesi yang berdarah
– Nyeri  biasanya kalau ulkus dekat dengan klitoris atau
uretra
– Pembesaran kelenjar lipat paha dan abses  5%
Diagnosis dini
• Perasaan gatal atau terbakar  curiga keganasan,
dapat pula berupa :
– Kutil
– Benjolan kecil yang berwarna kemerahan
– Keputihan atau berpigmen
– Ulkus datar yang mudah berdarah dengan tepi induratif
– Proses lanjut  luka dalam, mengalami infeksi dan
nekrotik, atau tampak sebagai bunga kol
• Kolposkop diikuti biopsi terarah  cunam biopsi
keyes
Penanganan
• Pada tingkat klinik 0  KIS  vulvektomi
kedua labia mayora, labia minora, sebagian
mons veneris, dan himen
• Pada tingkat klinik I dan II  vulvektomi
radikal dengan limfadenektomi bilateral
kelenjar inguinal luar dan dalam
• Pada tingkat klinik III dan IV  diberikan
sitostatika, seperti MMC, 5FU, Bleosin,
Endoxan, Doxorubisin
Melanoma vulva
• Keganasan no 2 pada vulva setelah karsinoma
• Tempat predileksi di labia minora dan klitoris, sering meluas
ke vagina dan uretra berupa nodul berwarna hitam kebiruan
• Menyebar secara limfogen dengan membentuk nodul satelit
sekeliling tumor primer  bermetastasis ke kelenjar limfa
regional
• Penyebaran hematogen  paru-paru (tersering), otak, hati,
dan jantung
• Predisposisi keluarga wanita kulit putih bermata biru
• Penanganan  seperti karsinoma vulva
Adenokarsinoma
• Pada vulva jarang, umumnya berasal dari kelenjar
bartholin

Basalioma (basal sel karsinoma)


• Biasanya ditemukan pada daerah yang berambut,
sesekali pada labia mayora sebagai makula
kemerahan/keciklatan atau sebagai nodul kecil yang
mengalami ulserasi di tengahnya
• Hampir tidak pernah menyebar ke kelenjar getah
bening
Karsinoma verukosa
• Adalah keganasan pada vulva berbentuk tumor
eksofilik seperti papil pada kondilomata akuminata,
atau seperti bunga kol

Sarkoma pada vulva


• Sangat jarang tapi metastasis berjarak jauh umum
terjadi
• Histologik  leiomiosarkoma, limfosarkoma, dan
epitelioid sarkoma
• Penyebaranya sangat cepat  hematogen
• Prognosis  buruk
Tumor ganas sekunder pada vulva
• Berasal dari jaringan dekat vulva, seperti
serviks uteri, vagina, uterus yang merembet
langsung atau secara limfogen atau embolisasi
melalui pembuluh darah balik
• Paling sering ditemukan  metastasis
koriokarsinoma  gambaran khas warna biru
kehitaman
Vagina
Karsinoma vagina
• Jarang terjadi
• Biasanya diderita wanita berumur 50-70
tahun, kecuali sarkoma botrioides pada bayi
dan anak-anak
• Insidensi < dari 1 kasus baru per 100.000
populasi wanita dalam 1 tahun
Patologi
• 99%  squamous cell carcinoma, sisanya
sdenokarsinoma dan embrional rhabdomiosarkoma
• Tumor primer jauh lebih jarang dibandingkan tumor
sekunder yang berasal dari penyebaran jaringan di
sekitarnya
• Lesi muncul pada 1/3 bagian proksimal dinding
belakang vagina  melibatkan septum rektovaginal
• Mulai sebagai lesi ulseratif dengan tepi induratif yang
mudah berdarah pada sentuhan
Tingkat pra-maligna
• Sebelum invasif disebut NIV I, II, III dan KIS yang
berlangsung beberapa tahun dan dapat dideteksi
awal melalui Pap Smear atau biopsi dengan
bimbingan kolposkop

Penyebaran
• Penyebaran melalui kelenjar getah bening 
tergantung lokasi tumor
• 1/3 bagian atas vagina  karsinoma serviks
• 1/3 bagian distal vagina  karsinoma vulva
Gambaran klinik dan diagnosis
• KIS lebih sering didapat sebagai proses yang multifokal
• Dinding vagina tipis, kebanyakan kanker vagina yang invasif
pada saat didiagnosis ditemukan pada tingkat II
• Penderita dispareunia dan berdarah  pikirkan tumor ganas
• Pada tingkat lanjut disertai fluor albus dan foetor
• Pemeriksaan in spekulo  ulkus dengan tepi induratif atau
pertumbuhan tumor eksofilik mudah berdarah

Penanganan
• Tingkat 0  vaginektomi, elektrokoterisasi, bedah-
krio, penggunaan sitostatika topikal atau sinar laser
• Tingkat I dan II  operasi atau penyinaran
Serviks uterus
Karsinoma serviks uterus
• Masih menduduki peringkat pertama di
indonesia
• Umur penderita antara 30-60 tahun,
terbanyak antara 45-50 tahun
• 9% wanita berusia <35 tahun  kanker serviks
yang invasif pada saat didiagnosis
• 53% dari KIS terdapat pada wanita di bawah
usia 35 tahun
Etiologi
• Sebab langsung belum diketahui
• Mempunyai hubungan erat dengan faktor ekstrinsik :
– Jarang ditemukan pada perawan
– Insiden lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak
kawin, terutama gadis yang koitus pertama dialami pada usia amat
muda (16 tahun)
– Insidensi meningkat dengan tingginya paritas
– Jarak persalinan terlampau dekat
– Golongan sosek rendah (higiene seksual kurang)
– Promiskuitas
– Jarang dijumpai pada pasangan yang disirkumsisi
– Sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus HPV tipe
16 atau 18
– Merokok
Patologi
• Timbul di batas antara epitel yang melapisi
ektoserviks dan endoserviks kanalis serviks 
squamo-columnar junction
• Awal perkembangannya ≠ memberi tanda-tanda dan
keluhan
• Tumor dapat tumbuh :
– Eksofitik  mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai
masa proliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan
nekrosis
– Endofitik  mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma
serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi
menjadi ulkus
– Ulseratif  mulai dari SCJ dan cenderung merusak
struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises
vagina untuk menjadi ulkus baru
• Serviks normal mengalami proses metaplasi  mutagen 
porsio erosif patologik melalui tingkatan NIS I, II, III, dan KIS 
karsinoma invasif
• Umumnya fase prainvasif berkisar antara 3-20 tahun (rata-rata
5-10 tahun)
• Histopatologik  95-97% epidermoid atau squamous cell
carsinoma, sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/
mesonephroid carcinoma, paling jarang sarkoma

Penyebaran
• Umumnya secara limfogen menuju 3 arah:
– Ke arah fonises dan dinding vagina
– Ke arah korpus uterus
– Ke arah parametrium, tingkat lanjut menginfiltrasi septum
rektovaginal dan kandung kemih
Gambaran klinik dan diagnosis
• Keputihan  gejala paling sering ditemukan, makin lama
makin berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
• Pendarahan yang dialami segera sehabis senggama
(pendarahan kontak)  75-80%
• Pendarahan spontan makin sering terjadi, umumnya
ditemukan pada tingkat lanjut (II atau III), terutama pada
tumor yang bersifat eksofitik
• Sebelum tingkat akhir  pasien meninggal karena CRF
• Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologik
dari jaringan yang diperoleh melalui biopsi
Penanganan
• Pada klinik Ib, Ib occ  histerektomi radikal dengan limfadenektomi
panggul
• Tingkat IIb, III, dan IV  radioterapi
• Tingkat IVa dan IVb  penyinaran bersifat paliatif, pemberian kemoterapi
dipertimbangkan
Karsinoma serviks uterus dalam
kehamilan
• Tidak ada perbedaan antara karsinoma serviks dalam dan di
luar kehamilan
• Untuk penanganan primer dipilih pembedahan
• Pada tingkat klinik I, II, ke atas dengan kehamilan :
– Trimester I dan awal trimester II  histerektomi radikal dengan
limfadenektomi panggul dengan janin in utero
– Trimester II lanjut  ditunggu sampai janin viable, dikerjakan
seksio sesarea klasik diteruskan dengan histerektomi radikal dan
limfadenektomi panggul
– Trimester III  seksio sesarea klasik dilanjutkan dengan
histerektomi radikal dan limfadenektomi panggul
– Pasca persalinan  histerektomi radikal dengan limfadenektomi
panggul
Sarkoma
• Jarang ditemukan
• Terbanyak  sarkoma botrioides, biasanya
terdapat pada bayi dan anak-anak, berbentuk
polipoid seperti buah anggur
• Penyebaran cepat melalui hematogen,
prognosisnya buruk
• Penanganan  operasi yang sangat luas,
diteruskan dengan pemberian sitostatika
Korpus uterus
• Dianggap primer  berasal dari endometrium atau
miometrium
• Faktor resiko :
– DM
– Hipertensi menahun
– Obesitas
– Pendarahan disfungsional pada wanita in/subfertil
– Usia perimenopausal (50-60 tahun)
– Wanita dengan tumor ovarium yang memproduksi
estrogen
• Patologi
– 90% adenokarsinoma
– Sisanya  karsinoma epidermoid, adenoakantoma,
sarkoma, dan karsino-sarkoma
Adenokarsinoma endometrium
• Secara histologik dibagi 3 derajat :
– G1  deferensiasi sel-sel masih baik
– G2  sudah terdapat bagian-bagian yang padat
– G3  sebagian terbesar sel padat atau deferensiasi sel-sel
sudah tidak baik lagi

Penyebaran
• Biasanya lambat, kecuali G3, cenderung menyebar ke
permukaan kavum uterus dan endoserviks
• Miometrium tembus  penyebaran selanjutnya
cepat
Gambaran klinik dan diagnosis
• Biasanya tersembunyi dan berbahaya
• Gejala dikaitkan dengan menopause berupa getah vagina
kemerahan atau sesudah menopause
• Rasa sakit dan perasaan rahim berkontraksi

Penanganan
• Tingkat klinik KIS dan T1  TAH (total abdominal
hysterectomy) + BSO (Bilateral Salpingo Oophorectomy)
• Tingkat T1, T2, dan T3  kombinasi pembedahan dengan
radioterapi sebelum/esudah pembedahan
• Tingkat T3 in-operabel  penyinaran dan pengobatan
hormonal
• Tingkat T4 paliatif  terapi hormon dengan progestatif dosis
tinggi
Sarkoma uterus
• Dapat berupa :
– Leiomiosarkoma yang murni timbul dari miometrium : 70%
intramural, 20% submukosal, dan 10% subserosal
– Sarkoma endometrium yang berasal dari stroma
endometrium, terdiri atas sel-sel stroma endometrium
tanpa elemen kelenjar
– Karsinoma sarkoma mengandung 2 unsur keganasan, yakni
karsinoma asal epitel dan sarkoma dari stroma 
termasuk MMTs
• Penyebaran cepat melalui pembuluh darah
• Penanganannya  TAH + BSO dilanjutkan adjuvan
kemoterapi
Khoriokarsinoma
• Neoplasma ganas yang timbul dari khorion
embrional di mana kedua lapisan epitel trofoblas
terlibat
• Uterus  lokasi utama pertumbuhan primer
• Jarang ditemukan
• Umumnya pada wanita < 35 tahun
• Insiden  tinggi di negara-negara sepanjang laut
pasifik (malaysia, thailand, cina, australia, dan
indonesia)
Etiologi
• Kehamilan dalam jarak interval pendek
• Malnutrisi dengan defisiensi protein disuga sebagai
faktor penyebabnya

Gejala klinik
• Dapat menyerupai kelainan ginekologik seperti
abortus atau pendarahan disfungsional
• Ditemukannya sel khorio-karsinoma dalam
kuretemen diagnostik
• Ciri khas khorio-karsinoma  mensekresi HCG,
jumlah kuantitatif berhubungan dengan massa tumor
• Penderita resiko rendah • Penderita resiko tinggi
– Metastase hanya di – Metastase ke hepar, otak
panggul atau paru-paru atau tulang
saja
– Titer beta HCG > 100.000
– Titer HCG < 100.000 I.U I.U dalam urine 24 jam
dalam 24 jam urine
– Pengobatan dimulai
– Pengobatan dimulai setelah lebih dari 4
kurang dari 4 bulan bulan dari saat
stelah diagnosis dibuat didiagnosis pertama
Pengobatan
• Merupakan keganasan pertama yang dapat diobati dengan
khemoterapi
• Tidak ada metastase  90% sembuh dengan MTX, 10%
menetap perlu histerektomi
• Penderita resiko rendah  pemberian kemoterapi tunggal
dengan MTX atau Actinomycin-D biasanya 100% efektif
• Penderita resiko tinggi  tidak mempan dengan kemoterapi
tunggal, memerlukan kombinasi beberapa obat sitostatika
• Metastasis ke otak  tambah pengobatan intratekal
Adneksa
Tuba fallopii
• Jarang, yang sekunder lebih sering, misalnya tumor
ganas ovarium, uterus, kolorektal, lambung, dan
payudara
• Insiden
– Dapat dijumpai pada semua umur, 19-80 tahun, dengan
rata-rata puncaknya pada usia 52 tahun
• Patologi
– Histologik dibagi 3 jenis menurut keganasannya :
• Jenis papiler  tumor belum mencapai otot tuba & diferensiasi
selnya masih baik, daerah normal dengan tumor masih dapat
ditunjukkan
• Jenis papilo-alveolar (adenmatosa)  tumor telah memasuki otot
tuba dan memperlihatkan gambaran kelenjar
• Jenis alveo-meduler  terlihat mitosis atipik & terlihat invasi sel
ganas ke dalam saluran limfa tuba
• Penyebaran
– Terjadi secara langsung ke alat sekitarnya
– Pembuluh getah bening ke abdomen, leher, daerah inguinal, vagina,
tuba, ovarium, dan uterus
• Gambaran klinik dan diagnosis
– Tidak menimbulkan gejala, diagnosis terlambat karena letak yang
tersembunyi
– Biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada saat laparotomi dan
pemeriksaan histopatologik
– Wanita berusia 45-55 tahun, ditemukan radang hidrosalping,
piosalping, atau abses tubo-ovarial disertai nyeri dan adanya getah
vagina kekuning-kuningan kemudian bercampur darah
– HSG tidak dianjurkan karena dapat berakibat meluasnya proses radang
• Penanganan
– Yang dianjurkan TAH + BSO + OM + APP (Total Abdominal Histerectomy
+ Bilateral Salpingo Oophorectomy + Omentectomy + Appendectomy)
– Dapat dipertimbangkan instilasi phosphor-32 radioaktif atau
kemoterapi profilaksis
Tumor ganas ovarium
• Epidemiologi
– Merupakan 20% dari semua keganasan alat reproduksi
wanita
• Patologi
– Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke
jaringan sekitar  keluhan samar, seperti perasaan sebah,
makan sedikit terasa cepat kenyang, sering kembung,
nafsu makan menurun
– Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga
perut  ciri khas tumor ganas ovarium yang menghasilkan
asites
– 60%  peri-menopausal, 30%  masa reproduksi, 10% 
usia muda
– Dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak pasti
ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low-
malignant potential), dan jelas ganas (true malignant)
Klasifikasi tumor ovarium epitelial
menurut WHO
I Tumor epitelial yang umum : A. Serosa, B. Musinosa, C.
Endometrioid, D. Clearcell (mesonephroid) : a. Benigna, b.
Borderline malignancy, c. Karsinoma, E. Brenner, F. Epitelial
campuran, G. Karsinoma tak terdiferensiasi, H. Tumor tidak
terklasifikasi
II Sex-cord stromal tumours : A. Tumor Granulosa-theca cell : a.
Benigna, b. Maligna, B. Androblastoma (sertoli-leydig), C.
Gynandroblastoma, D. Tidak terklasifikasi

III Tumor-tumor Lipid cell


IV Tumor-tumor Germ-cell : A. Disgerminoma, B. Tumor Sinus
Endodermal, C. Karsinoma Embrional, D. Poli-embrioma, E.
Khoriokarsinoma, F. Teratoma : a. immatur, b. matur (solid atau
kistik), c. monodermal (stroma ovarii dan/atau karsinoid, atau
lainnya)
Penyebaran
• Menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, mediastinal, dan
supraklavikular
• Lanjut  paru-paru, hati, dan otak
• Obtruksi usus dan ureter  masalah penyerta tersering tumor ganas
ovarium

Diagnosis
• Didasarkan atas 3 gejala yang sudah agak lanjut :
– Gejala desakan  dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi ke
jaringan sekitar
– Gejala diseminasi/penyebaran  diakibatkan implantasi peritoneal dan
bermanifestasi adanya ascites
– Gejala hormonal  bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi atau
hiperestrogenisme, bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia penderita
• USG
• CT scan
• Laparotomi disertai biopsi potong beku (frozen section)  prosedur
diagnotik paling berguna
Terapi
• Pembedahan  pilihan utama
• TAH + BSO + OM + APP  optional
• Tingkat T1a, wanita muda, belum punya anak, derajat
keganasan rendah  oophorektomi atau oophoro kistektomi

Radioterapi
• Sebagai pengobatan lanjutan pada tingkat T1 dan T2
• Diberikan bersama kemoterapi  tingkat agak lanjut
Kemoterapi
• Telah diakui dalam penanganan tumor ganas ovarium
• Agens alkylating  cyclophosphamide, chlorambucil
• Antimetabolit  MTX dan 5-FU
• Antibiotika  andriamisin
• Agens lain  cis-platinum
Tumor-tumor epitelial ovarium
• Merupakan 40% dari semua tumor ovarium
• 2 jenis : serosa dan musinosa
• Kedua-duanya memiliki kecenderungan untuk tumbuh bilateral dan
berimplantasi di rongga peritoneum
• Kistadenokarsinoma papiliferum pseudo-musinosa  kemungkinan
penyebaran lokal tinggi
• Tumor-tumor endometrioid, mesonephroid, dan brenner  jarang

Tumor-tumor stroma sex-cord


• Diduga berasal dari mesenkhim gonad, sehingga mengakibatkan
munculnya tanda-tanda maskulinisasi atau feminisasi
• Androblastoma  dari mesenkim akan mendiferensiasi ke dalam struktur
gonad laki-laki
– Arrhenoblastoma  gambaran tubuler dan berhubungan dengan gejala
defeminisasi atau maskulinisasi
– Tumor sertoli cell  bentuk feminisasi dari androblastoma
– Tumor sel granulosa Banyak kejadian, elemen dari keduanya terdapat pada
– Tumor sel theca tumor yang sama, dikaitkan dengan gejala
hiperestrogenisme
Tumor-tumor sel germinal
• Berasal dari sel germinal dan derivatnya
– Disgerminoma
• Paling umum, merupakan homolog dari seminoma testis, biasanya wanita
muda dan sangat radiosensitif
• Permukaan rata, konsistensi kenyal (kecuali bagian yang degenerasi), berwarna
sawo matang – keabu-abuan
• Mikroskopik : gambaran sarang-sarang sel telur yang besar, bundar, ovoid atau
poligonal, terpisah oleh septa jaringan ikat
• 88,6%  USO, pasca bedah dapat dipertimbangkan radioterapi
– Teratoma
• Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu
membentuk elemen-elemen dati ketiga lapisan embrional
• Teratoma benigna  wanita lebih tua, teratoma maligna  jarang
• Ditemukan dalam bentuk kistik dan solid  ganas, terdiri atas campuran
jaringan sel telur matur dan immatur, sering bilateral
• Biasa ditemukan pada anak-anak dan masa pubertas
• Poliembrioma  jarang ditemukan, terdiri dari elemen-elemen embrional
immatur dalam jumlah banyak
• Terapi  pembedahan dengan kemoterapi sebelum dan sesudahnya
– Tumor sinus endodermal
• Berasal dari jolk sac atau saccus vitellinus, umumnya pada gadis /
wanita muda (20 tahun), sangat ganas
• Mikroskopik  retikulum dengan ruangan berbentuk kistik di
tengahnya. Sinus terdiri atas pembuluh darah di tengahnya
dikelilingi oleh sel-sel kuboid
– Khoriokarsinoma
• Tumor primer ovarium, jarang ditemukan
• Mikroskopik  ditemukan sinsio dan sitotrofoblas tanpa
villikhorialis
– Gonadoblastoma
• Dijumpai dalam ovarium atau testis yang disgenetik, terdiri dari
sel-sel telur dan sel-sel yang menyerupai sel-sel sertoli-leydig atau
sel-sel granulosa
• Kebanyakan penderita wanita, mempunyai potensi menjadi ganas
Tumor-tumor yang berasal dari stroma ovarium
• Umumnya  fibroma, sering pada wanita usia lanjut,
unilateral yang dapat membesar
• Fibrosarkoma  jarang
– Sarkoma ovarium
• Jauh lebih jarang daripada karsinoma ovarium,
dijumpai segala umur, diklasifikasikan :
– Sarkoma teratoid  sering terdiri dari elemen-elemen tanpa
diferensiasi, akan tetapi unsur-unsur teratoid masih dapat
dikenal. Tumbuh cepat dan prognosis jelek
– Stromal sarkoma  berasal dari jaringan mesenkim, prognosis
umumnya baik bila tumor belum meluas, dan ditemukan
dalam 2 jenis :
» Stromal-cell sarkoma
» Leiomiosarkoma
– Sarkoma paramesonefrik  mixed mesodermal tumor, terdiri
atas sel-sel epitel yang tersusun tidak rata dan stroma yang
berproliferasi cepat. Biasa ditemukan pada wanita usia lanjut,
tumbuh cepat, dan dapat menimbulkan rasa nyeri di perut
bagian bawah. Penyebaran secara hematogen
– Karsinoma ovarium metastatik
• Biasanya bilateral atau solid
• Tumor primer  korpus uterus, usus-usus, mamma,
atau kelenjar tiroid
• Tumor krukenberg  sel-sel yang mempunyai cincin
signet di tengah-tengah stroma, sebagian besar
metastatik dari karsinoma ventrikuli
• Gejala  berhubungan dengan tumor primer
• Diagnosis
– Lebih sering dibuat setelah laparotomi
– Agar tidak terlambat  pemeriksaan histologik durante
operationem
LANGKAH 6

Belajar Mandiri
LANGKAH 7

Mendiskusikan Temuan
Informasi dan Membuat
Sintesa
Kesimpulan
Saran
Sumber
• Hanifa, W. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
• Kusmiyati, Y. DKK. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Jakarta
• Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC
• Prawirohardjo, 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
• Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL,
Jameson JL, editors. Harrison’s Principles Of Internal
Medicine. 16th ed. New York: McGraw Hill, 2007

Você também pode gostar