Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Johan
Learning objektif
1. Infertilitas
2. Abortus
3. Radang panggul
LO 1
Infertilitas
Infertilitas
Definisi
Suami: Istri:
•Coitus interruptus •Menggunakan salep a/ obat
•Condom •IUD
•Sterilisasi (vasektomi) •Pil oral
•Injeksi
•Sterilisasi
Infertilitas tidak disengaja
Suami: Istri:
•Gangguan spermatogenesis •Gangguan ovulasi, mis
(aspermia, oligospermia, karena kelainan ovarium
necrospermia) : mis karena a/ gangguan hormonal.
kelainan endokrin. •Kelainan mekanis yg
•Kelainan mekanis sehingga menghalangi
sperma tdk dpt dikeluarkan ke pembuahan, sprti
dlm vagina, (sprti: impotensi, kelainan tuba,
ejakulasi dini, penutupan duktus endometriosis, stenosis
deferens, hypospadia, phimosis). canalis servikalis.
Infertilitas yg Kuman penyebab:
brhubungan dgn • GO
infeksi: • Non-GO
• Chlamydia
trachomatis
• Ureoplasma
urealitikum
Patofisiologi infertilitas pd pria akibat infeksi
Volume : 2-5 cc
• Terapi:
1. Umum: higienis umum, istirahat yg cukup,
3. Operatif
3. Lendir serviks: keadaan & sifat lendir serviks sgt
mempengaruhi keadaan spermatozoa.
a. Kentalnya lendir serviks
b. pH lendir serviks
- Lendir serviks N
CO2 dimasukkan ke dlm cavum uteri & tuba. Kalau tuba patengas
akan keluar dari ujung tuba. Hal ini dpt kita ketahui dgn stetoskop yg
diletakkan kiri a/ kanan uterus; gas yg keluar menimbulkan bunyi yg
khas.
– Hysterosalpingografi (HSG):
Dpt mengetahui btk cavum uteri, btk dari lubang tuba & jika ada
sumbatan tmpt sumbatan jelas nampak. Pd HSG disuntikan cairan
kontras ke dlm uterus, kemudian dibuat foto rontgen kalau N maka
batas2 cavum uteri rata, tuba namapak sprti benang halus tanpa
pelebaran.
– Kuldoskopi: dpt melihat keadaan tuba & ovarium
5. Pemeriksaan endometrium
Pd hari pertama haid dilakukan mikrokuretase. Endometrium N
harus memperlihatkan gambaran histologik yg khas utk
stad.sekresi. Kalau tdk ditemukan stad.sekresi, maka:
1. Endometrium tdk bereaksi thdp progesteron
2. kelainan siklus :
a. polimenorea
b. oligomenorea
c. Amonorea
• Kelainan kejiwaan
– Syok emosional krn trauma /kejadian yg menyedihkan.
Biasanya amenorea ini bersifat sementara.
– Psikosis yg paling sering ditemukan bersama amenorea
ialah penyakit yg disertai depresi.
– Anoreksi nervosa
– Pseudosiesis : keadaan dmn terdpt kumpulan tanda2
kehamilan pd seorang wanita yg tdk hamil.
• Gangguan poros hipotalamus-hipofisis
– Sindrom amenorea-Galaktorea
• Ditemukan amenorea & dr mamma dpt dikeluarkan air
spt air susu.
• Dasar sindrom ini ialah gangguan endokrin berupa gg
produksi Releasing Factor dgn akibat ↓nya kadar FSH &
LH, & gg produksi PIF dgn akibat ↑ pengeluaran
prolaktin tejadi amenorea & galaktorea.
- Amenorea hipotalamik
fungsi cyclic centre (bertanggungjawab terhdp
↑LH,ditengah siklus,yg menyebabkan ovulasi)
terganggu.
• Gangguan hipofisis
– Insufisiensi hipofisis
– Tumor hipofisis (adenoma kromofob,
a.basofil,a.eosinofil)
– Kelainan kongenital pada hipofisis.
GANGGUAN GONAD
Disgenesis/ agenesis ovarii (sindrom
Turner)
• Fenotip pada umumnya ialah sebagai wanita, sedang
kromatin seks negatif.
• Pola kromosomnya 45XO atau sebagian dalam bentuk
mozaik 45-XO/46-XX
• Angka kejadiannya: 1 di antara 10.000 kelahiran bayi
wanita.
• Kelenjar kelamin tdk ada atau hanya berupa jaringan
parut mesenkim (streak gonads).
• Saluran muller berkembang dengan adanya uterus,
tuba, dan vagina, akan tetapi lebih kecil dari biasa
tidak adanya pengaruh dari esterogen.
Disgenesis/ agenesis ovarii (sindrom
Turner)
• Tanda-tandanya:
– Trias yg klasik : infantilisme, webbed neck, kubitus valgus
– Tubuh yg pendek (tdk lebih dari 150cm)
– Dada berbentuk perisai dengan puting susu jauh ke lateral,
payudara tdk berkembang
– Rambut ketiak/ pubis sedikit atau tdk ada, amenorea
– Stenosis aortae
– Ruas tulang tangan dan kaki pendek (phalanks dan
metakarpal-IV)
– Osteoporosis
– Gangguan penglihatan, gangguan pendengaran
– Anomali ginjal (hanya 1 ginjal)
Disgenesis/ agenesis ovarii (sindrom
Turner)
• Pada kasus meragukan, perlu dilihat 2 tanda klinik
yg penting untuk menduga sindrom turner:
– Tubuh yg pendek
– Pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder yg sangat
minimal/ tdk ada sama sekali
• Pemeriksaan hormonal:
– Hormon gonadotropin (FSH) meninggi
– Estrogen hampir tidak ada
– 17-ketosteroid dlm batas normal/ rendah
Disgenesis/ agenesis ovarii (sindrom
Turner)
• Pengobatan terhadap sindrom turner adalah pengobatan
substitusi yg bertujuan untuk:
– Merangsang pertumbuhan ciri-ciri seks sekunder, terutama
pertumbuhan payudara
– Menimbulkan perdarahan siklis yg menyerupai haid jika uterus
sudah berkembang
– Mencapai kehidupan yg normal sebagai istri walaupun tdk
mungkin mendapat keturunan
– Alasan psikologis, untuk tdk merasa rendah diri sebagai wanita
• Hormon yg diberikan adalah esterogen dalam kombinasi
dengan progestagen secara siklis sampai masa menopause/
pascamenopause
Terapi ditunda sampai penutupan garis epifisis sudah terjadi
Sindrom feminisasi testikuler
• Dilaporkan pertama kali oleh Steglehner pada 1817,
dibahas lebih lanjut oleh Goldberg dan Maxwell pada
1948.
• Merupakan suatu hipogonadisme dengan amenorea
primer.
• Suatu bentuk hermafroditisme pria dengan fenotipe
wanita.
• Testis mengeluarkan androgen dan esterogen.
• Terjadi feminisasi karena tdk ditumbuhkannya alat-alat
genital pria oleh androgen tdk ada enzim yg
diperlukan agar androgen dapat bekerja.
Sindrom feminisasi testikuler
• Gambaran klinik:
– Penderita kelihatan cantik
– Payudara tumbuh dan berkembang sempurna, walaupun ada
defisiensi jaringan kelenjar dan hipoplasia puting susu
– Alat kelamin luar termasuk introitus vaginae kelihan normal
– ⅓ kasus rambut-rambut pubis dan ketiak tdk ada/ sangat
sedikit
– Vagina tdk ada dan jika ada biasanya berakhir di kantong yg
buntu (blind pouch), serviks dan uterus tdk ada
– Kel. Kelamin testis (relatif normal dgn sel sertoli dan leydig,
tetapi tanpa spematogenesis) terletak dlm abdomen, kanalis
inguinalis, atau labia mayora
– Kromatin seks negatif, kariotip 46-XY
– Kadang dpt ditemukan tumor benigna (adenoma) dlm testis
Sindrom feminisasi testikuler
• Pemeriksaan hormonal:
– FSH dlm batas normal
– 17-ketosteroid normal/ meninggi
– Testosteron dalam plasma dlm batas normal untuk seorang
pria
– Ekskresi esterogen di urin dlm batas normal untuk seorang
wanita
• Penanganan:
– Setelah masa pubertas berakhir dgn pertumbuhan
payudara dan tinggi badan yg sempurna, sebaiknya
dilakukan ekstirpasi bilateral kelenjar-kelenjar kelamin
(testis). Sesudah operasi, perlu terapi siklis hormon
steroid.
Menopause prematur
• Menopause yg timbul pada wanita di bawah umur 40 th.
• Gejala:
– Penghentian haid sebelum waktunya disertai dgn hot flushes
– Meningkatnya kadar hormon gonadotropin.
• apabila kedua gejala tdk ada dilakukan penyelidikan
terhadap sebab-sebab lain dr terganggunya fungsi ovarium
• Faktor yg dpt menyebabkan: herediter, gangguan gizi yg cukup
berat, penyakit-penyakit menahun, penyakit-penyakit yg
merusak jaringan kedua ovarium
• Tdk perlu terapi. Hanya perlu menerangkan pd wanita yg
bersangkutan.
Sindrom ovarium yang tdk peka
• Jarang dijumpai
• Gejalanya:
– Amenoria primer
– Pertumbuhan payudara, rambut ketiak dan pubis normal
– Atrofi selaput lendir vagina dan endometrium.
• Pemeriksaan:
– FSH dan LH dlm serum dan urin meninggi
– Kadar esterogen rendah
– Ovarium byk mengandung folikel-folikel primordial
• Kadang ovulasi dpt diinduksi dgn dosis tinggi hormo gonadotropin.
• Diduga sindrom ini terjadi oleh karena kurangnya reseptor untuk hormon
gonadotropin dalam ovarium.
Tumor-tumor ovarium
• Tidak selalu dijumpai virilisasi
• Awalnya terjadi defeminisasi dengan gejala-gejala
amenorea dan regresi ciri-ciri seks sekunder wanita
akibat defisiensi esterogen.
• Setelah itu baru timbul virilisasi dengan tanda-tanda
hirsutisme, alopesia, suara menjadi berat, dan
hipertrofi klitoris.
• Yg termasuk tumor-tumor maskulin ialah
arenoblastoma, ginandroblastoma, tumor adrenal, dan
tumor sel hilus dari ovarium.
• Disgerminoma sebenarnya bukan tumor maskulin,
tetapi kadang-kadang menimbulkan amenorea.
Penghentian fungsi ovarium karena
operasi, radiasi, radang, dsb
• Pengangkatan ovarium bilateral amenorea
• Radiasi yg cukup kuat/ radang yg cukup luas
merusak semua folikel primordial dalam
ovarium amenorea
GANGGUAN GLANDULA
SUPRARENALIS
Sindrom adrenogenital
• Biasanya bersifat kongenital, tetapi dapat tumbuh
kemudian.
• Umumnya pada bayi wanita
• Penyebabnya ialah hiperplasia adrenal, tumor.
• Kelainan utama pada genitalia eksterna. Uterus, tuba,
ovarium, dan bagian atas vagina normal
• Tandanya pada bayi wanita pembesaran klitoris
dengan kadang-kadang hipospadi dan peningkatan
ekskresi 17-ketosteroid.
• Tanda pada wanita yg lebih dewasa amenorea,
klitoris membesar, atrofi mamma, membesarnya suara.
Sindrom adrenogenital
Sintesis hidrokortison
kekurangan enzim
terganggu
ABORTUS
INKOMPLETUS
Diagnosa
1. Nyeri suprapubik, kejang uterus dan atau
nyeri punggung bagian bawah
2. Perdarahan pervaginam
3. Dilatasi servik dan teraba jaringan keluar dari
kanalis servikalis
4. Gejala dan tanda kehamilan menghilang
5. Tes kehamilan negatif atau kadar β hcg
meningkat pesat
6. Pemeriksaan ultrasonografi yang tidak
normal
Diagnosa Banding
• Kehamilan ektopik
• Perdarahan servik akibat epitel servik yang
mengalami eversi atau erosi
• Polip endoservik
• Mola hidatidosa
• Karsinoma servik uteri
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
• Darah lengkap
– Kadar haemoglobih rendah akibat anemia
haemorrhagik.
– LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya
infeksi.
• Tes kehamilan
– Penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG
adalah prediktif bagi terjadinya kehamilan abnormal
(blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan
ektopik).
Pemeriksaan Penunjang
• Ultrasonografi
– USG transvaginal dapat digunakan untuk
deteksi kehamilan 4 – 5 minggu
– Detak jantung janin terlihat pada kehamilan
dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5 – 6
minggu)
– Dapat digunakan untuk menentukan
apakah kehamilan viabel atau non-viabel
Atas :
Kantung kehamilan dengan
mudigah
Kiri :
Blighted Ovum , kantung
kehamilan tanpa mudigah
Penatalaksanaan
Jenis abortus Penatalaksanaan
Ibu Hamil
Janin
Parasitemia Bayi Baru Lahir
Morbiditas :
Anemia Abotus
Malaria serebral Lahir mati
Hipoglikemia Infeksi Berat lahir
Sepsis peurperal kongenital rendah
Mortalitas : Prematuritas
Penyakit berat IUGR
Perdarahan Penyakit malaria
Moortalitas
Infeksi TORCH
• Sitomegalovirus (CMV)
• Kehamilan < 16 minggu => kerusakan serius
• Diagnosis :
– Serologik : seronegatif => seropositif (ada IgM dan
IgG anti CMV) dan IgG aviditas rendah terhadap
CMV
– Virologik : uji imuno fluoresen
Infeksi TORCH
• Toksoplasmosis kongenital
• Terjadi apabila infeksi toksoplasma akut
terjadi selama kehamilan
• Ibu dengan antibodi spesifik => 4-7/1000
kehamilan
• Ibu tidak mempunya antibodi antitoksoplasma
=> 50/1000 kehamilan
Infeksi TORCH
• Rubela
• Trimester I => sindroma rubela kongenital (defek
pada jantung, katarak, retinitis, ketulian)
• Herpes simplex virus
• Jika ibu sudah mempunyai infeksi => infeksi pada
bayi tidak terbukti => persalinan pervaginam
• Infeksi baru pada kehamilan => persalinsn resiko
LO 3
Radang Panggul
INFEKSI PADA ALAT
REPRODUKSI WANITA
Pembagian
• Infeksi rendah : dari vulva, vagina, cervix
• Infeksi tinggi : dari uterus, tuba, ovarium,
parametrium, peritoneum. Golongan ini
biasa disebut pelvic inflammatory disease
(penyakit radang panggul)
• Batas antara kedua golongan ini : ostium
uteri internum.
Infeksi Tinggi (Pelvic Inflammatory
Disease = Penyakit Radang Panggul)
• Termasuk :
– Endometritis
– Miometritis
– Parametritis
– Salpingitis pyosalpinx
– Oophoritis pyovarium
Salpingitis dan oophoritis disebut adnexitis
– pelvioperitonitis
Infeksi Tinggi (Pelvic Inflammatory
Disease = Penyakit Radang Panggul)
• Pembagian :
a.Radang akut : disebabkan oleh :
– Gonorrhoe (60% disebabkan GO)
– Kuman-kuman lain : streptococcus aerob
maupun anaerob staphylococcus
b.Radang kronis : dari radang akut, tbc
Endometritis
A. Endometritis Akut
• Terutama terjadi postpartum atau postabortum.
• Gejala :
– Demam
– Lochia berbau
– Lochia lama berdarah
– Radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium dan
tidak nyeri
• Terapi :
– Uterotonika
– Istirahat, letak Fowler
– Antibiotika
– Endometritis senilis dikuret u/ menyampingkan corpus
carcinoma
Endometritis
B. Endometritis Kronisa
• Gejala :
– Fluor albus yang keluar dari ostium
– Kelainan haid seperti metrorrhagi dan
menorrhagi
• Terapi :
– Kuretase u/ DD dengan carcinoma corpus
uteri, polyp atau myoma submucosa. Kadang-
kadang dengan kuret ditemukan endometritis
tuberculosa
Myometritis
• Biasanya tidak berdiri sendiri tetapi
lanjutan dari endometritis gejala dan
terapi seperti endometritis
Salpingitis Akut
• Menjalar ke ovarium oophoritis
• Etiologi : gonococcus (paling sering),
staphylococ, streptococ, dan tbc
• Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
a. Naik dari cavum uteri
b. Menjalar dari alat yang berdekatan seperti
dari appendix yang meradang
c. Haematogen terutama salpingitis
tuberculosa
• Salpingitis biasanya bilateral.
Salpingitis Akut
• Gejala :
– Demam tinggi
– Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama
kalau ditekan
– Defense kiri dan kanan di atas lig. Poupart
– Mual dan muntah
– Tenesmi ad anum
– Toucher :
• Nyeri kalau portio digoyangkan
• Nyeri kiri dan kanan dari uterus
• Kadang-kadang ada penebalan dari tuba
– Menorrhagi dan dysmenorrhoe
Salpingitis Akut
• DD :
1.Kehamilan ektopik
2.Appendicitis
• Terapi :
– Istirahat
– Broad spectrum antibiotica
– Corticosteroid
Salpingitis Kronis
Adnexitis Kronisa
• Terjadi :
– Sebagai lanjutan dari adnexitis akut
– Dari permulaan sifatnya kronis seperti adnexitis tuberculosa
• Gejala :
– Nyeri di perut bagian bawah
– Dysmenorrhoe
– Menorrhagi
– Infertilitas
• Diagnosa :
– Toucher teraba adnex tumor
– LED ↑
– Leukositosis
– Limfositosis
– Bentuk khas salpingitis isthmica nodosa
Adnexitis Kronisa
• DD :
– Adnex tumor bilateral diagnosa pasti !
– Adnex tumor unilateral harus dibedakan dari :
• Appendicitis chronica
• Kehamilan ektopik yang terganggu (abortus tubair)
• Terapi :
– Antibiotika dan istirahat
– Terapi operasi
Parametritis (Cellulit Pelvica)
• Parametritis radang dari jaringan longgar di dalam
lig.latum
• Biasanya unilateral.
• Etiologi :
– Dari endometritis
– Dari robekan cervix
– Perforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret, IUD)
• Gejala :
– Demam
– Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti
muntah, defense, dll
• Diagnosa :
– Toucher teraba infiltrat keras yang sampai ke dinding panggul
– Uterus terdesak ke bagian yang sehat/normal
Parametritis (Cellulit Pelvica)
• Penyulit :
– Parametritis akut
– Thrombophlebitis
– Abses dalam parametrium
• DD : adnexitis
• Terapi : antibiotika
Parametritis dengan pembentukan
abses
Pelvioperitonitis (perimetritis)
• Biasanya terjadi sebagai lanjutan
salpingoophoritis.
• Kadang-kadang terjadi dari endometritis atau
parametritis.
• Etiologi :
– GO
– Sepsis (postpartum dan postabortum)
– Appendicitis
• Dapat dibedakan 2 bentuk :
1. Menimbulkan perlekatan tanpa pembentukan nanah
2. Pembentukan nanah Douglas abses
Pelvioperitonitis (perimetritis)
A. Pelvioperitonitis Akut
• Gejala :
– Nyeri di perut bagian bawah
– Demam intermittens
– Tenesmi ad anum
• Diagnosa :
– toucher teraba infiltrat dalam cavum Douglasi
– LED ↑
• DD :
– Haemotocele rectouterina
– Tumor-tumor retrouterin
– Abses dalam parametrium
Pelvioperitonitis (perimetritis)
• Prognosis :
– Jauh lebih baik dari peritonitis umum
– Buruk pada pelvioperitonitis septika
• Terapi :
– Broad spectrum antibiotika
– Istirahat dalam letak Fowler
– Opiat u/ mengurangi rasa nyeri
– Infus u/ mempertahankan balans elektrolit
– Dekompresi dengan Abott Miller tube
– Douglas abses kolpotomia posterior
Gonorrhoe
• Gonococcus dapat memasuki selaput
lendir yang utuh dan berkembang biak
intra- dan subepitelial.
• Gonococcus terutama terdapat pada
epitel yang sekretoris dan hanya pada
keadaan tertentu memasuki epitel gepeng
berlapis banyak.
Gonorrhoe
• Gejala :
– Coitus ejakulat yang mengandung gonococcus
vulva, vagina dan portio muara urethra, saluran
Bartholini, canalis cervicalis dan rektum
– Mula-mula infeksi rendah sesudah menstruasi,
abortus, dan persalinan naik ke atas dan
menimbulkan infeksi tinggi (PID/PRP)
– Beberapa jam setelah coitus wanita yang terinfeksi
perasaan panas waktu kencing
– Kalau cervix yang terserang (terutama multipara)
setelah beberapa hari fluor purulen dan berwarna
hijau kuning menginfeksi urethra dan kel.
paraurethrales
Gonorrhoe
ETIOLOGI
• Sering disebabkan oleh gonorea
• Sterptokokus,atau
• Basil koli
GEJALA DAN TANDA
• Antibiotik :
– Perenteral :
• Cefotetan,atau cefoxitin,dan + doxycycline
• Clindamycin + gentamicin doxycyline atau clindamycin
• Oflaxacin + metronidazole
• Ampicilin/sulbactam + doxycycline
• Ciprofloxacin + doxycycline + metronidazole
– Per oral :
• Ofloxacin selama 14 hari + metronidazole selama 14 hari
• Ceftriaxone / cefoxitin + probenecid dosis tunggal + doxycycline selama
14 hari
• Analgesik :
– Sesuai dengan kondisi pasien bila panas diberikan paracetamol 3 x
500 mg
• Cairan intra vena :
– Jika mengalami dehidrasi infus larutan ringer laktat dan dextrose 5%
perbandingan 1 : 1
PENCEGAHAN DAN EDUKASI
Gejala
Etiologi
•Rasa nyeri pada perut bagian bawah perut
•Perdarahan hebat saat menstruasi
•klamidia
•Menstruasi tidak teratur
•gonore
•Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang
•mikoplasma
abnormal
•stafilokokus
•Demam
•streptokokus
•Spotting (bercak-bercak kemerahan di celana dalam)
•Kram perut saat menstruasi
•Rasa nyeri – coitus
•Perdarahan pasca coitus
•Nyeri punggung bagian bawah
•Merasa lelah
•Nafsu makan <<
•Sering berkemih + rasa nyeri
Faktor Resiko Penularan
Komplikasi Px Penunjang
Gejala cairan Bisa tanpa gejala Umunya tanpa gejala cairan keputihan
dan keputihan Gejala-gejala Gejala-gejala : seperti susu,
Tanda- berwarna cairan vagina cairan vagina bergumpal
tanda kuning berwarna berwarna kuning berbau asam
berbau amis kuning bau busuk rasa gatal
gatal pada bau busuk nyeri dan daerah
kemaluan Nyeri perut pendarahan vagina kemaluan
bagian bwh bengkak dan
merah
Gejala dan Tanda- cairan vagina bisa Tonjolan yang tidak sakit,
tanda berwarna hijau kutil yang menyerupai
kuning , berbau bunga kol tumbuh di dalam
busuk. atau pada kelamin, anus
daerah kemaluan
dan tenggorokan.
bengkak , merah,
lecet dan gatal
serta tidak nyaman
• Tumor Solid
– Tumor epitel
• Kondiloma akuminata
– Disebabkan oleh virus HPV type 6 dan 2.
– Dapat tumbuh pada vulva dan sekitar anus sampai vagina dan
serviks.
• Karunkula urethra
– Karunkula urethra neoplasma
» Terdiri dari polip merah muda dengan tangkai pada tepi
dorsal muara urethra
» Mempunyai kecenderungan untuk kambuh
» Gangguan yang ditimbulkan adalah nyeri pada waktu berjalan
dan duduk, dispareunia, disuria, perdarahan dan
pembengkakan.
– Karunkula urethra granulomatosa
» Tonjolan tidak memiliki tangkao, berwarna merah kusam dan
tidak menimbulkan nyeri seperi karunkula urethra neoplasma.
» Sering terdapat pada wanita pasca-menopause, kebanyakan
merupakan penampilan infestasi trichomonas vaginalis.
– Nevus pigmentosus
» Tampak sebagai lesi berwarna kehitaman pada permukaan
vulva berdiameter 1-2mm
» Yang berbahayan adalah lesi yang berpigmen dan tak meluas
sehingga sebaiknya diperiksa secara histologik
• Hiperkeratosis
– Harus dibedakan dengan leukoderma di mana pigmentasi tidak
terjadi, serta karsinoma vulva insitu maupun invasif.
– Dibedakan menjadi :
» Yang disebabkan infeksi menahun : dermatitis
» Tumor jinak berpapik yang sudah menahun
» Distrofi
– Tumor jaringan mesodermal
• Fibroma
– Berasal dari jaringan di sekitar labium mayor, dapat tumbuh besar
dengan konsistensi lunak dan berwarna putih keabuan
• Lipoma
– Berasal dari jaringan lemak di sekitar labium mayor dengan
konsistensi lunak, dapat bertangkai dan mencapai ukuran besar.
• Leiomioma
– Berasal dari otot polos ligamentum rotondum dekat pada labium
mayor tersusun seperti pusaran air
• Neurofibroma
–Berasal dari sarung serabut saraf, biasanya
kecil saja, lunak, berbentuk polipoid dan
berwarna seperti daging.
• Hemangioma
–Pada wanita pasca menopause biasanay
terjadi karena adanya varises yang kecil dan
dapat menyebabkan perdarahan pasca
menopause.
• Limfangioma
–Berasal dari jaringan pembuluh limfe, jarang
sekali di jumpai
Vagina
• Tumor Kistik
– Dilapisi epitel seperti endoserviks, berisi cairan musin
• Tumor Solid
– Granuloma
• Jaringan merupakan granulasi yang berbatas-batas, seringkali
berbentuk polip terutama terjadi pada bekas operasi kolprafi dan
histerektomi total dan dapat bertahan sampai bertahun-tahun.
– Tumor miksoid vagina
• Konsistensi lunak seperti kista berisi jaringan miksomatosa, jaringan
pengikat dan jaringan lemak seperti yang biasa terdapat pada daerah
glutea.
– Adenosis vagina
• Berasal dari sisa saluran paramesonefricus berupa tumor jinak vagina,
terutama terletaj dekat serviks uteri, terdiri dari epitel torak dan
mengeluarkan mukus
• Dapat disebabkan karena pemberian dietilstilbestrol atau hormon
estrogen sintesis lainnya
Uterus
• Ektoserviks
– Kista sisa jaringan embrional
• Berasal dari saluran mesonefridikus terdapat pada dinding
samping ektoserviks
– Kista endometriosis
• Letaknya superficial
– Folikel / kista Nabothi
• Kista retensi kelenjar endoserviks, biasanya terdapat pada
wanita multipara, sebagai penampilan servisitis
– Papiloma
• Dapat tunggal maupun multipel seperti kondiloma
– Hemangioma
• Jarang, biasanya letaknya superficial, dapat membesar pada
waktu kehamilan, dapat menyebabkan metroragi
• Endoserviks
– Polip
• Adenoma maupun adenofibroma yang berasal dari selaput
lendir endoserviks
• Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari vulva
• Endometrium
– Polip endometrium
• Sering didapati
• Berasal dari antara lain adenoma, adenofibroma, mioma
submukosum, plasenta
– Adenoma-adenofibroma
• Terdiri dari epitel endometrium dengan stroma yang sesuai
dengan daur haid
• Konsistensi lunak dan berwarna kemerahan
• Gangguan yang sering ditimbulkan adalah metroragi sampai
menometroragi, infertilistas
– Mioma submukosum
• Sarang mioma dapat tumbuh bertangkai dan keluar
dari uterus menjadi mioma yang dilahirkan.
• Konsistensi kenyal berwarna putih
– Polip plasenta
• Berasal dari plasenta yang tertinggal setelah partus
maupun abortus
• Menyebabkan uterus mengalami subinvolusi yang
menimbulkan perdarahan
• Umunya diangkat dengan cara kuretase.
Miometrium
• Asal: otot uterus
• Patogenesis: pada orang dengan mioma
didapatkan reseptor estrogen yang lebih
banyak dari orang normal
• Faktor resiko:
– Usia subur (27% wanita beumur 27 tahun)
– Nulipara
– Keturunan
Klasifikasi
• Mioma submukosum menonjol ke rongga
uterus, bisa tumbuh bertangkai menjadi polip
lalu keluar melalui serviks (myomgeburt),
menekan ostium uteri eksternum hingga tampak
seperti bulan sabit
• Mioma intramural di dinding uterus
• Mioma subserosum menonjol ke permukaan
luar uterus, bisa lepas dari uterus (wandering
fibroid)
• Bila mioma ini dibelah akan tampak bahwa
mioma terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
seperti konde /pusaran air (whorl like pattern)
Perubahan sekunder
Etiologi
• Tidak banyak diketahui, etnik tidak berpengaruh
Patologi
• Lesi primer sering berupa ulkus dengan tepi induratif
(ulcero-granulating) atau sebagai tumbuhan eksofilik
(kutil) dengan tempat predileksi terutama di labia
mayora, labia minora, klitoris, dan komisura posterior
• Lesi bilateral sering, bahkan kedua labia mayora
dapat simetris terkena
• Histologik :
– >80% epidermoid dengan diferensiasi baik
– 10% karsinoma basoselulare, adenokarsinoma,
fibrosarkoma, atau miosarkoma
– 1-2% tumor campuran (silindroma dan
melanoblastoma)
Tingkatan pra-maligna
• ± 50% didahului keadaan yang ditetapkan sebagai
pendahulu :
– Distrofia vulva paling sering
• Vulvitis atrofik
• Vulvitis diabetik
• Leukoplakia
• Lichen sclerosus et atrophicus
• Kraurosis vulva dengan hiperplasi
– Potensial kondiloma akuminata, HPV tipe 16 dan
mungkin 18
– Jarang kondisi jaringan parut bekas GO, STD ulseratif
(granuloma, limfopatia venerea, abses kelenjar bartholin),
penyakit bowen dan paget paling jarang
• Lesi pada vulva didahului :
– Perasaan gatal-gatal yang sangat
– Kadang-kadang rasa nyeri atau panas
– Timbul benjolan/kutil atau luka ulseratif dengan tepi induratif
• Lokasi tumor primer :
– Labium mayus 60%
– Labium minus 20%
– Klitoris 12%
– Komisura posterior 6%
• Perembetan ke jaringan sekitar akan meluas ke urethra,
kandung kemih, vagina, rektum, dan melalui pembuluh
getah bening
Gambaran klinik
• Lansia malu cerita, sudah lama sebelum penderita
berobat
• Penderita datang dengan keluhan samar samar
salah diagnosis penyakit makin parah
• Diagnosis lebih mudah bila :
– Ditemukan benjolan
– Ulkus atau lesi yang berdarah
– Nyeri biasanya kalau ulkus dekat dengan klitoris atau
uretra
– Pembesaran kelenjar lipat paha dan abses 5%
Diagnosis dini
• Perasaan gatal atau terbakar curiga keganasan,
dapat pula berupa :
– Kutil
– Benjolan kecil yang berwarna kemerahan
– Keputihan atau berpigmen
– Ulkus datar yang mudah berdarah dengan tepi induratif
– Proses lanjut luka dalam, mengalami infeksi dan
nekrotik, atau tampak sebagai bunga kol
• Kolposkop diikuti biopsi terarah cunam biopsi
keyes
Penanganan
• Pada tingkat klinik 0 KIS vulvektomi
kedua labia mayora, labia minora, sebagian
mons veneris, dan himen
• Pada tingkat klinik I dan II vulvektomi
radikal dengan limfadenektomi bilateral
kelenjar inguinal luar dan dalam
• Pada tingkat klinik III dan IV diberikan
sitostatika, seperti MMC, 5FU, Bleosin,
Endoxan, Doxorubisin
Melanoma vulva
• Keganasan no 2 pada vulva setelah karsinoma
• Tempat predileksi di labia minora dan klitoris, sering meluas
ke vagina dan uretra berupa nodul berwarna hitam kebiruan
• Menyebar secara limfogen dengan membentuk nodul satelit
sekeliling tumor primer bermetastasis ke kelenjar limfa
regional
• Penyebaran hematogen paru-paru (tersering), otak, hati,
dan jantung
• Predisposisi keluarga wanita kulit putih bermata biru
• Penanganan seperti karsinoma vulva
Adenokarsinoma
• Pada vulva jarang, umumnya berasal dari kelenjar
bartholin
Penyebaran
• Penyebaran melalui kelenjar getah bening
tergantung lokasi tumor
• 1/3 bagian atas vagina karsinoma serviks
• 1/3 bagian distal vagina karsinoma vulva
Gambaran klinik dan diagnosis
• KIS lebih sering didapat sebagai proses yang multifokal
• Dinding vagina tipis, kebanyakan kanker vagina yang invasif
pada saat didiagnosis ditemukan pada tingkat II
• Penderita dispareunia dan berdarah pikirkan tumor ganas
• Pada tingkat lanjut disertai fluor albus dan foetor
• Pemeriksaan in spekulo ulkus dengan tepi induratif atau
pertumbuhan tumor eksofilik mudah berdarah
Penanganan
• Tingkat 0 vaginektomi, elektrokoterisasi, bedah-
krio, penggunaan sitostatika topikal atau sinar laser
• Tingkat I dan II operasi atau penyinaran
Serviks uterus
Karsinoma serviks uterus
• Masih menduduki peringkat pertama di
indonesia
• Umur penderita antara 30-60 tahun,
terbanyak antara 45-50 tahun
• 9% wanita berusia <35 tahun kanker serviks
yang invasif pada saat didiagnosis
• 53% dari KIS terdapat pada wanita di bawah
usia 35 tahun
Etiologi
• Sebab langsung belum diketahui
• Mempunyai hubungan erat dengan faktor ekstrinsik :
– Jarang ditemukan pada perawan
– Insiden lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak
kawin, terutama gadis yang koitus pertama dialami pada usia amat
muda (16 tahun)
– Insidensi meningkat dengan tingginya paritas
– Jarak persalinan terlampau dekat
– Golongan sosek rendah (higiene seksual kurang)
– Promiskuitas
– Jarang dijumpai pada pasangan yang disirkumsisi
– Sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus HPV tipe
16 atau 18
– Merokok
Patologi
• Timbul di batas antara epitel yang melapisi
ektoserviks dan endoserviks kanalis serviks
squamo-columnar junction
• Awal perkembangannya ≠ memberi tanda-tanda dan
keluhan
• Tumor dapat tumbuh :
– Eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai
masa proliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan
nekrosis
– Endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma
serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi
menjadi ulkus
– Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak
struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises
vagina untuk menjadi ulkus baru
• Serviks normal mengalami proses metaplasi mutagen
porsio erosif patologik melalui tingkatan NIS I, II, III, dan KIS
karsinoma invasif
• Umumnya fase prainvasif berkisar antara 3-20 tahun (rata-rata
5-10 tahun)
• Histopatologik 95-97% epidermoid atau squamous cell
carsinoma, sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/
mesonephroid carcinoma, paling jarang sarkoma
Penyebaran
• Umumnya secara limfogen menuju 3 arah:
– Ke arah fonises dan dinding vagina
– Ke arah korpus uterus
– Ke arah parametrium, tingkat lanjut menginfiltrasi septum
rektovaginal dan kandung kemih
Gambaran klinik dan diagnosis
• Keputihan gejala paling sering ditemukan, makin lama
makin berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
• Pendarahan yang dialami segera sehabis senggama
(pendarahan kontak) 75-80%
• Pendarahan spontan makin sering terjadi, umumnya
ditemukan pada tingkat lanjut (II atau III), terutama pada
tumor yang bersifat eksofitik
• Sebelum tingkat akhir pasien meninggal karena CRF
• Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologik
dari jaringan yang diperoleh melalui biopsi
Penanganan
• Pada klinik Ib, Ib occ histerektomi radikal dengan limfadenektomi
panggul
• Tingkat IIb, III, dan IV radioterapi
• Tingkat IVa dan IVb penyinaran bersifat paliatif, pemberian kemoterapi
dipertimbangkan
Karsinoma serviks uterus dalam
kehamilan
• Tidak ada perbedaan antara karsinoma serviks dalam dan di
luar kehamilan
• Untuk penanganan primer dipilih pembedahan
• Pada tingkat klinik I, II, ke atas dengan kehamilan :
– Trimester I dan awal trimester II histerektomi radikal dengan
limfadenektomi panggul dengan janin in utero
– Trimester II lanjut ditunggu sampai janin viable, dikerjakan
seksio sesarea klasik diteruskan dengan histerektomi radikal dan
limfadenektomi panggul
– Trimester III seksio sesarea klasik dilanjutkan dengan
histerektomi radikal dan limfadenektomi panggul
– Pasca persalinan histerektomi radikal dengan limfadenektomi
panggul
Sarkoma
• Jarang ditemukan
• Terbanyak sarkoma botrioides, biasanya
terdapat pada bayi dan anak-anak, berbentuk
polipoid seperti buah anggur
• Penyebaran cepat melalui hematogen,
prognosisnya buruk
• Penanganan operasi yang sangat luas,
diteruskan dengan pemberian sitostatika
Korpus uterus
• Dianggap primer berasal dari endometrium atau
miometrium
• Faktor resiko :
– DM
– Hipertensi menahun
– Obesitas
– Pendarahan disfungsional pada wanita in/subfertil
– Usia perimenopausal (50-60 tahun)
– Wanita dengan tumor ovarium yang memproduksi
estrogen
• Patologi
– 90% adenokarsinoma
– Sisanya karsinoma epidermoid, adenoakantoma,
sarkoma, dan karsino-sarkoma
Adenokarsinoma endometrium
• Secara histologik dibagi 3 derajat :
– G1 deferensiasi sel-sel masih baik
– G2 sudah terdapat bagian-bagian yang padat
– G3 sebagian terbesar sel padat atau deferensiasi sel-sel
sudah tidak baik lagi
Penyebaran
• Biasanya lambat, kecuali G3, cenderung menyebar ke
permukaan kavum uterus dan endoserviks
• Miometrium tembus penyebaran selanjutnya
cepat
Gambaran klinik dan diagnosis
• Biasanya tersembunyi dan berbahaya
• Gejala dikaitkan dengan menopause berupa getah vagina
kemerahan atau sesudah menopause
• Rasa sakit dan perasaan rahim berkontraksi
Penanganan
• Tingkat klinik KIS dan T1 TAH (total abdominal
hysterectomy) + BSO (Bilateral Salpingo Oophorectomy)
• Tingkat T1, T2, dan T3 kombinasi pembedahan dengan
radioterapi sebelum/esudah pembedahan
• Tingkat T3 in-operabel penyinaran dan pengobatan
hormonal
• Tingkat T4 paliatif terapi hormon dengan progestatif dosis
tinggi
Sarkoma uterus
• Dapat berupa :
– Leiomiosarkoma yang murni timbul dari miometrium : 70%
intramural, 20% submukosal, dan 10% subserosal
– Sarkoma endometrium yang berasal dari stroma
endometrium, terdiri atas sel-sel stroma endometrium
tanpa elemen kelenjar
– Karsinoma sarkoma mengandung 2 unsur keganasan, yakni
karsinoma asal epitel dan sarkoma dari stroma
termasuk MMTs
• Penyebaran cepat melalui pembuluh darah
• Penanganannya TAH + BSO dilanjutkan adjuvan
kemoterapi
Khoriokarsinoma
• Neoplasma ganas yang timbul dari khorion
embrional di mana kedua lapisan epitel trofoblas
terlibat
• Uterus lokasi utama pertumbuhan primer
• Jarang ditemukan
• Umumnya pada wanita < 35 tahun
• Insiden tinggi di negara-negara sepanjang laut
pasifik (malaysia, thailand, cina, australia, dan
indonesia)
Etiologi
• Kehamilan dalam jarak interval pendek
• Malnutrisi dengan defisiensi protein disuga sebagai
faktor penyebabnya
Gejala klinik
• Dapat menyerupai kelainan ginekologik seperti
abortus atau pendarahan disfungsional
• Ditemukannya sel khorio-karsinoma dalam
kuretemen diagnostik
• Ciri khas khorio-karsinoma mensekresi HCG,
jumlah kuantitatif berhubungan dengan massa tumor
• Penderita resiko rendah • Penderita resiko tinggi
– Metastase hanya di – Metastase ke hepar, otak
panggul atau paru-paru atau tulang
saja
– Titer beta HCG > 100.000
– Titer HCG < 100.000 I.U I.U dalam urine 24 jam
dalam 24 jam urine
– Pengobatan dimulai
– Pengobatan dimulai setelah lebih dari 4
kurang dari 4 bulan bulan dari saat
stelah diagnosis dibuat didiagnosis pertama
Pengobatan
• Merupakan keganasan pertama yang dapat diobati dengan
khemoterapi
• Tidak ada metastase 90% sembuh dengan MTX, 10%
menetap perlu histerektomi
• Penderita resiko rendah pemberian kemoterapi tunggal
dengan MTX atau Actinomycin-D biasanya 100% efektif
• Penderita resiko tinggi tidak mempan dengan kemoterapi
tunggal, memerlukan kombinasi beberapa obat sitostatika
• Metastasis ke otak tambah pengobatan intratekal
Adneksa
Tuba fallopii
• Jarang, yang sekunder lebih sering, misalnya tumor
ganas ovarium, uterus, kolorektal, lambung, dan
payudara
• Insiden
– Dapat dijumpai pada semua umur, 19-80 tahun, dengan
rata-rata puncaknya pada usia 52 tahun
• Patologi
– Histologik dibagi 3 jenis menurut keganasannya :
• Jenis papiler tumor belum mencapai otot tuba & diferensiasi
selnya masih baik, daerah normal dengan tumor masih dapat
ditunjukkan
• Jenis papilo-alveolar (adenmatosa) tumor telah memasuki otot
tuba dan memperlihatkan gambaran kelenjar
• Jenis alveo-meduler terlihat mitosis atipik & terlihat invasi sel
ganas ke dalam saluran limfa tuba
• Penyebaran
– Terjadi secara langsung ke alat sekitarnya
– Pembuluh getah bening ke abdomen, leher, daerah inguinal, vagina,
tuba, ovarium, dan uterus
• Gambaran klinik dan diagnosis
– Tidak menimbulkan gejala, diagnosis terlambat karena letak yang
tersembunyi
– Biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada saat laparotomi dan
pemeriksaan histopatologik
– Wanita berusia 45-55 tahun, ditemukan radang hidrosalping,
piosalping, atau abses tubo-ovarial disertai nyeri dan adanya getah
vagina kekuning-kuningan kemudian bercampur darah
– HSG tidak dianjurkan karena dapat berakibat meluasnya proses radang
• Penanganan
– Yang dianjurkan TAH + BSO + OM + APP (Total Abdominal Histerectomy
+ Bilateral Salpingo Oophorectomy + Omentectomy + Appendectomy)
– Dapat dipertimbangkan instilasi phosphor-32 radioaktif atau
kemoterapi profilaksis
Tumor ganas ovarium
• Epidemiologi
– Merupakan 20% dari semua keganasan alat reproduksi
wanita
• Patologi
– Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke
jaringan sekitar keluhan samar, seperti perasaan sebah,
makan sedikit terasa cepat kenyang, sering kembung,
nafsu makan menurun
– Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga
perut ciri khas tumor ganas ovarium yang menghasilkan
asites
– 60% peri-menopausal, 30% masa reproduksi, 10%
usia muda
– Dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak pasti
ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low-
malignant potential), dan jelas ganas (true malignant)
Klasifikasi tumor ovarium epitelial
menurut WHO
I Tumor epitelial yang umum : A. Serosa, B. Musinosa, C.
Endometrioid, D. Clearcell (mesonephroid) : a. Benigna, b.
Borderline malignancy, c. Karsinoma, E. Brenner, F. Epitelial
campuran, G. Karsinoma tak terdiferensiasi, H. Tumor tidak
terklasifikasi
II Sex-cord stromal tumours : A. Tumor Granulosa-theca cell : a.
Benigna, b. Maligna, B. Androblastoma (sertoli-leydig), C.
Gynandroblastoma, D. Tidak terklasifikasi
Diagnosis
• Didasarkan atas 3 gejala yang sudah agak lanjut :
– Gejala desakan dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi ke
jaringan sekitar
– Gejala diseminasi/penyebaran diakibatkan implantasi peritoneal dan
bermanifestasi adanya ascites
– Gejala hormonal bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi atau
hiperestrogenisme, bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia penderita
• USG
• CT scan
• Laparotomi disertai biopsi potong beku (frozen section) prosedur
diagnotik paling berguna
Terapi
• Pembedahan pilihan utama
• TAH + BSO + OM + APP optional
• Tingkat T1a, wanita muda, belum punya anak, derajat
keganasan rendah oophorektomi atau oophoro kistektomi
Radioterapi
• Sebagai pengobatan lanjutan pada tingkat T1 dan T2
• Diberikan bersama kemoterapi tingkat agak lanjut
Kemoterapi
• Telah diakui dalam penanganan tumor ganas ovarium
• Agens alkylating cyclophosphamide, chlorambucil
• Antimetabolit MTX dan 5-FU
• Antibiotika andriamisin
• Agens lain cis-platinum
Tumor-tumor epitelial ovarium
• Merupakan 40% dari semua tumor ovarium
• 2 jenis : serosa dan musinosa
• Kedua-duanya memiliki kecenderungan untuk tumbuh bilateral dan
berimplantasi di rongga peritoneum
• Kistadenokarsinoma papiliferum pseudo-musinosa kemungkinan
penyebaran lokal tinggi
• Tumor-tumor endometrioid, mesonephroid, dan brenner jarang
Belajar Mandiri
LANGKAH 7
Mendiskusikan Temuan
Informasi dan Membuat
Sintesa
Kesimpulan
Saran
Sumber
• Hanifa, W. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
• Kusmiyati, Y. DKK. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Jakarta
• Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC
• Prawirohardjo, 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
• Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL,
Jameson JL, editors. Harrison’s Principles Of Internal
Medicine. 16th ed. New York: McGraw Hill, 2007