Você está na página 1de 14

ASUHAN KEPERAWATAN

ASMA
NAMA KELOMPOK
1. ULIN NIKMAH
2. SEPTI ERVIANA DEWI
3. ADITIA SAPTO
4. INA YATU SOLEHA
5. ASA CARDIKA
6. KIKI MAYA W
7. UMI HANIK
8. KUSTIANINGSIH

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SEMARANG
TAHUN 2018
Pengertian

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis


saluran napas yng ditandai dengan mengi episodik,
batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan
saluran napas.
Penyakit ini paling sering diderita oleh
anak.Penyakit ini paling sering diderita oleh anak.
Klasifikasi

1. Asma bronkial tipe non atopi (intrinsik)


Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya
dengan paparan (exposure) terhadap alergen.
2. Asma bronkial tipe atopi (Ekstrinsik).
Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan
paparan terhadap alergen lingkungan yang
spesifik.Kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan
dengan uji kulit atau provokasi bronkial.
3. Asma bronkial campuran (Mixed)
Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor-
faktor intrinsik maupun ekstrinsik.
Tanda dan Gejala

1. Terdengar bunyi nafas (wheezing/mengi/bengek) terutama saat


mengeluarkan nafas (exhalation). (Tidak semua penderita asma
memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang
nafasnya terdegar wheezing adalah penderita asma).
2. Sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran bronki
(bronchiale).
3. Batuk kronik (terutama di malam hari atau cuaca dingin). Adanya
keluhan penderita yang merasakan dada sempit.
4. Serangan asma yang hebat, penderita tidak dapat berbicara karena
kesulitannya dalam mengatur pernafasan.
5. Pada anak-anak, gejala awal dapat berupa rasa gatal dirongga dada
atau leher. Selama serangan asma, rasa cemas (sering menangis)
yang berlebihan, sehingga penderita dapat memperburuk
keadaanya.
6. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan
mengeluarkan banyak keringat
Patofisiologi

Asma Pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas


dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus
menjadi spasme dan zat antibody tubuh muncul (immunoglobulin E
atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di munculkan pada reseptor sel
mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran
histamine dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan
memberikan gejala asma.
Respon asma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate
yang ditandai dengan bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana
brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus menerus 2-5
jam lebih lama; tahap late yang ditandai dengan peradagangan dan
hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
Obstruksi dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini yaitu
kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki menyempitkan jalan
napas, pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian
bronki dengan mukus yang kental
Otot bronkial di atur oleh impuls saraf vagal melalui sistem
parasimpatik ketika saraf pada jalan napas dirangsang oleh faktor
seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, dan emosi sehingga
jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat dan menyebabkan
bronkokonstriksi yang merangsang pembentukan mediator
kimiawi.Selama serangan asthmatic, bronkiulus menjadi meradang
dan peningkatan sekresi mukus.Hal ini menyebabkan lumen jalan
nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan
nafas dan dapat menimbulkan distress pernafasan.
Anak yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar
dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini
menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran
gas. Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat
ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan P02(Hipoxia).
Selama serangan asmatikus, C02 tertahan dengan meningkatnya
resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis
respiratory dan hypercapnea. Kemudian system pernafasan akan
mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan
(tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan
dapat menurunkan kadar C02 dalam darah (hypocapnea).
Komplikasi

Asmatikus adalah suatu keadaan darurat medika berupa


serangan asma berat kemudian bertambah berat yang refrakter bila
setelah 1 sampai dengan 2 jam pemberian obat untuk serangan asma
akut seperti adrenalin subkutan, aminofilin intravena tidak ada
perbaikan malah mngkin memburuk.
Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus
berkepanjangan yang men gancam jiwa yang tidak dapat dipulihkan
dengan pengobatan.Pada kasus seperti ini, kerja pernapasan sangat
meningkat. Apabila kerja pernapasan sangat meningkat, kebutuhan
oksigen juga meningkat,karena individu yang mengalami asma tidak
dapat memenuhi kebutuhan oksigen normalnya, individu semakin
tidak sanggup memenuhi kebutuhan oksigen yang sangat tinggi yang
dibutuhkan untuk berinspirasi dan berekspirasi melawan spasme
bronkiolus, pembengkakan bronkiolus, dan mukus yang kental. Situasi
ini dapat menyebabkan pneumotoraks akibat besarnya tekanan untuk
melakukan ventilasi.Apabila individu kelelahan, dapat terjadi asidosis
respiratorik, gagal napas, dan kematian.
Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium:
Lekositosis dengan neutrofil yang meningkat menunjukkan adanya
infeksiEosinofil darah meningkat > 250/mm3 , jumlah eosinofil ini menurun dengan
pemberian kortikosteroid.
2. Analisa gas darah:
Hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat atau status
asmatikus.Pada keadaan ini dapat terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis
respiratorik.Pada asma ringan sampai sedang PaO2 normal sampai sedikit menurun,
PaCO2 menurun dan terjadi alkalosis respiratorik.Pada asma yang berat PaO2 jelas
menurun, PaCO2 normal atau meningkat dan terjadi asidosis respiratorik.
3. Radiologi
Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya tidak
menunjukkan adanya kelainan.Beberapa tanda yang menunjukkan yang khas untuk
asma adanya hiperinflasi, penebalan dinding bronkus, vaskulasrisasi paru.
4. Faal paru
Menurunnya FEV1
5. Uji provokasi bronkus:
Dengan inhalasi histamin, asetilkolin, alergen.Penurunan FEV 1 sebesar 20% atau
lebih setelah tes provokasi merupakan petanda adanya hiperreaktivitas bronkus.
Asuhan Keperawatan

1. Discharge Planning
 Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar
 Fokuskan pada perawatan mandiri dirumah
 Hindari faktor pemicu : kebersihan lantai rumah, debu, karpet, bulu
binatang dsb
 Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul
 Ajarkan penggunaan nebulizer
 Keluarga perlu memahami tentang pengobatan, nama obat, efek
samping, waktu pemberian
 Ajarkan strategi kontrol kecemasan, taku dan stress
 Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan napas
 Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi adekuat
Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d produksi mukus berlebih.
HYD: Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih.
 Intervensi :
1. Auskultasi dan catat bunyi napas, misal: ronchi, wheezing dan crackles.
Rasional : untuk mengetahui adanya obstruksi jalan napas.
2. Kaji karakteristik batuk dan sputum.
Rasional : menentukan jenis tindakan yang akan dilakukan.
3. Berikan pasien posisi yang nyaman.
Rasional : peninggian kepala tempat tidur, mempermudah batuk dan
mengeluarkan sekret.
4. Pertahankan polusi udara seminimal mungkin, mis: debu, asap, dan
lain-lain.
Rasional : mengurangi faktor pencetus serangan.
5. Dorong dan ajarkan napas dalam dan batuk efektif.
Rasional : mempermudah mengeluarkan sekret dan memberikan cara
untuk mengatasi dispnea.
6. Kolaborasi untuk pemberian bronkodilator.
Rasional : merilekskan otot-otot pernapasan dan menurunkan
kongesti lokal, menurunkan spasme jalan napas dan produksi sekret.
2. Gangguan pertukaran gas b/d ventilasi/perfusi tidak
memadai, bronkospasme
HYD: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi ke
jaringan adekuat dengan GDA dalam batas normal dan bebas
dari gejala distres pernapasan.
 Intervensi :
1. Kaji frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Rasional : untuk evaluasi terhadap distres pernapasan.
2. Auskultasi bunyi napas.
Rasional : untuk mengetahui penurunan aliran udara.
3. Awasi tingkat kesadaran dan status mental.
Rasional : gelisah dan ansietas merupakan gejala umum
hipoxia.
4. Anjurkan untuk mengeluarkan sekret, k/p gunakan alat
penghisap.
Rasional : mencegah sumbatan jalan napas.
5. Kolaborasi untuk pemberian oksigen.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
dan mencegah hipoxia.
3.Intoleransi beraktivitas b.d sesak nafas.
HYD: Klien mampu menunjukkan peningkatan toleransi
terhadap aktivitas.
 Intervensi :
1. Kaji kemampuan aktivitas pasien.
Rasional : menetapkana kemampuan/kebutuhan
pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
2. Berikan lingkungan yang tenang.
Rasional : menurunkan stress dan rangsang berlebih.
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana
pengobatan.
Rasional : menurunkan laju metabolik, menghemat
energi untuk penyembuhan.
4. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan O2.
4. Kecemasan b.d kesulitan bernafas.
HYD: - Kecemasan berkurang sampai hilang.
- Ekspirasi wajah rileks.
 Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan.
Rasional : menentukan intervensi berikutnya.
2. Dampingi pasien saat serangan.
Rasional : mengurangi kecemasan
3. Jelaskan obat-obat yang diberikan ke pasien.
Rasional : memungkinkan penyebab kecemasan.
TERIMAKASIH

Você também pode gostar