Você está na página 1de 35

Asuhan Keperawatan Jiwa pada

Anak dan Remaja


Tujuan pembelajaran
• Epidemiologi gangguan jiwa pada anak dan
remaja
• Jenis gangguan jiwa pada anak dan remaja
• Etiologi gangguan psikiatrik pada anak-anak
dan remaja
• Penatalaksanaan keperawatan gangguan jiwa
pada anak dan remaja
Epidemiologi
Dunia
Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada
anak dan remaja mencapai 15-22% dan hanya
< 20% yang mendapat pengobatan (Keys,
1998).
Amerika
Prevalensi gangguan depresi pada remaja dengan
depresi berat 0,4-6,4%, gangguan distimik 1,6-8%
dan gangguan bipolar 1%. Sekitar 40-70%
komorbiditas dengan gangguan jiwa lain
(penyimpangan perilaku, penyalahgunaan obat,
penyimpangan seksual, gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktif, anxietas, anoreksia
nervosa, problem sekolah). 50% populasi memiliki
2 atau lebih dari dua gangguan jiwa lain. Rasio
remaja perempuan dibandingkan laki-laki adalah
2:1.
Indonesia
Prevalensi gangguan kesehatan jiwa di
Indonesia menurut hasil studi Bahar, dkk
(1995) adalah 18,5%.
Jika ditinjau dari proporsi penduduk, 40% dari
total pepulasi terdiri atas anak dan remaja
berusia 0-16 tahun. Ternyata 7-14% dari
populasi anak dan remaja mengalami
gangguan kesehatan jiwa (Achir Yani, 2008).
Definisi
Diagnosis gangguan jiwa pada anak anak dan
remaja adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan tingkat usianya menyimpang bila
dibandingkan dengan norma budaya yang
mengakibatkan kurangnya atau terganggunya
fungsi adaptasi (Townsend, 1999).
Jenis gangguan jiwa pada anak dan
remaja
1. Gangguan perkembangan pervasif
a. RM (Retardasi Mental)
– Terjadi sebelum usia 18 th
– Fungsi intelektual (IQ < 70)
– Ketrampilan adaptasi (2 atau lebih pada
gangguan komunikasi, perawatan diri, ADL,
ketrampilan sosial, fungsi dlm masyarakat,
bekerja, fungsi akademis, dll.)
Pembagian RM
• RM ringan : skor IQ 55-70
• RM sedang : skore IQ 40 – 54
• RM berat : skore IQ 25 – 39
• RM sangat berat : skore IQ < 25
b. Autisme
Gangguan nyata dalam interaksi sosial dan
komunikasi serta aktivitas dan minat yang
terbatas (Johnson, 1997).
Paling tidak memiliki 6 item dari hal di bawah
ini:
1) kerusakan kualitas interaksi sosial
– Penggunaan perilaku non verbal multipel
– Gagal mengembangkan hubungan dengan
peer yang sesuai dg tingkat perkembangan
– Gagal secara spontan membagi
perhatian/menerima dengan yang lain
– Kurang dalam hal saling membalas
kebaikan baik secara emosional maupun
sosial
2) Kerusakan kualitas komunikasi
– Terlambat/ kurangnya pengucapan bahasa
– Ketidakmampuan untuk inisiatif bicara/
mempertahankan pembicaraan
– Penggunaan bahasa yang aneh/ mengikuti
ucapan orang lain
– Kurang bervariasi, kurang spontannya
permainan sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Anak memiliki pola perilaku, ketertarikan dan
aktivitas berulang-ulang yang dimanifestasikan
dalam:
– Kesenangan yang abnormal terhadap satu atau
lebih perilaku yang berulang-ulang
– Tidak patuh terhadap peraturan, rutinitas dan
ritual
– Kebiasaan yang aneh dan berulang-ulang
– Asik terhadap suatu bagian dari benda
c. Gangguan perkembangan spesifik
dicirikan dengan keterlambatan
perkembangan yang mengarah pada
kerusakan fungsional pada bidang-bidang
seperti membaca, aritmatika, bahasa, dan
artikulasi verbal.
2. Defisit perhatian dan gangguan perilaku
desruptif
a. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder)
Perilaku yang ditandai dengan adanya
gangguan pada perhatian, hiperaktivitas,
dan impulsif.
Kriteria perhatian (harus
memenuhi 6 dari 10 kriteria)
• Tidak bisa memperhatikan
• Berbuat kecerobohan di sekolah/aktivitas
• Tidak bisa mendengarkan
• Mengikuti instruksi
• Mengorganisasi tugas
• Menghindari tugas yang melibatkan mental
• Mudah terdistraksi
• Mudah lupa
Kriteria hiperaktif (memenuhi 6
dari 9 kriteria)
• Bergerak dengan gugup
• Menggeliat/meliuk-liuk
• Tidak dapat duduk tenang
• Berlari/memanjat pada situasi yang tidak
tepat
• Sulit bermain dengan tenang
• Sulit istirahat dengan tenang
• Banyak bicara
Impulsif
• Kesulitan menunggu
• Tidak mau antri
• Mengganggu orang lain
• Menjawab pertanyaan tanpa berfikir
b. Gangguan perilaku
dicirikan dengan perilaku berulang, disruptif,
dan kesengajaan untuk tidak patuh, termasuk
melanggar norma dan peraturan sosial.
• Mencuri
• Berbohong
• Menggertak
• Melarikan diri
• Membolos
• menyalahgunakan zat
• Melakukan pembakaran
• Menyiksa binatang
• Serangan fisik terhadap orang lain

c. Gangguan penyimpangan oposisi


Merupakan bentuk gangguan perilaku yang
lebih ringan.
• Sikap menentang, seperti berargumentasi
• Kasar, marah, toleransi rendah thd frustasi
• Miras, zat terlarang
3. Gangguan ansietas
Sering berlanjut dari masa anak-anak, remaja
hingga dewasa
a. Gangguan obsesi kompulsif, gangguan ansietas
umum, dan fobia
b.Gangguan ansietas akibat perpisahan (rasa takut
berpisah dari orang yang paling dekat)
menolak pergi ke sekolah, keluhan somatik,
ansietas berat terhadap perpisahan, khawatir
adanya bahaya pada pengasuhnya.
4. Skizofrenia
a. Skizofrenia anak
• jarang terjadi dan sulit didiagnosis, mirip dengan
gangguan pervasif
• Perilaku khas: gangguan kognitif dan perilaku,
menarik diri secara sosial dan komunikasi
b.Skizofrenia remaja
• Merupakan hal yang umum, insidensi tinggi
pada remaja akhir
• Perubahan perilaku, isos, sikap aneh, penurunan
akademik
5. Gangguan mood
Gangguan ini jarang terjadi pada anak dan
remaja dibandingkan dengan masa dewasa
(Keltner, 1999).
prevalensi: 1-5% untuk gangguan depresi
: 1% bipolar pada remaja
Waspada bunuh diri pada remaja akhir (15-24
th).
6. Gangguan Penyalahgunaan Zat
Gangguan yang banyak terjadi, sekitar 32%
remaja menderita gangguan penyalahgunaan
zat (Johnson, 1997).
lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
perempuan
7. Gangguan eliminasi
– BAB berulang pada tempat yang tidak tepat ketika
sudah berumur 4 tahun (encopresis)
– BAK di tempat tidur atau pakaian setelah
menginjak usia 5 tahun (enuresis)
8. Gangguan makan
perilaku berkaitan dengan memakan zat yang
tidak nutritif, regurgitasi, gagal untuk makan
secara adekuat
Etiologi
• Faktor-faktor psikobiologi
– Riwayat genetika keluarga (RM, autis,
ansietas, skizofrenia, gangguan perilaku)
– Abnormalitas struktur otak dan perubahan
neurotransmiter (ADHD, autis, skizofrenia)
– Pengaruh pranatal (infeksi maternal, kurang
perawatan pranatal, ibu yang
menyalahgunakan zat)
– Penyakit kronis atau kecacatan  kesulitan
koping
• Dinamika keluarga
– Penganiayaan anak (anak yang terus
menerus dianiaya pada masa kanak-kanak
awal, perkembangan otaknya kurang
adekuat, terutama otak kiri)
– Disfungsi sistem keluarga (kurangnya sifat
pengasuhan, komunikasi yang buruk,
kurangnya batasan antar generasi, dan
perasaan terjebak)
• Faktor lingkungan
– Kemiskinan
• Perawatan pranatal yang tidak baik, nutrisi
buruk, tumbuh kembang anak tidak normal
– Tunawisma
• Perkembangan emosi dan psikologi
– Budaya keluarga
• Perilaku orang tua yang berbeda dengan
lingkungan sekitar  kurang diterima oleh
anak-anak dan teman sebayanya
Penatalaksanaan
• Pengkajian
– Pertumbuhan dan perkembangan
– Riwayat keluarga (keluarga yang mengalami
gangguan, kejadian yang menyedihkan,
pengobatannya)
– Keadaan biofisik (kecatatan)
– Keadaan emosi
– Latar belakang sosial budaya, ekonomi, agama
– Pola interaksi
– Persepsi dan kepuasan remaja tentang keadaan
kesehatannya
– Pola penyelesaian masalah
– Lingkungan
– Sumber materi
– Kegiatan anak sehari-hari
• Diagnosis keperawatan
– Risk for Self Directed Violence
– Risk for Other-Directed Violence
– Harga diri rendah kronik
– Harga diri rendah situasional
– Ineffective Coping
– Kecemasan
– Gangguan komunikasi verbal
– Gangguan interaksi sosial
– Defisit perawatan diri
• Perencanaan
– Bekerja sama dengan klien dan keluarga dalam
menetapkan tujuan yang realistis
– Tetapkan kriteria hasil yang diinginkan untuk klien,
keluarga dan keduanya.
• Implementasi
– BHSP
– Mendengarkan secara aktif, penuh perhatian dan
dukungan
– Tingkatkan komunikasi yang jelas, jujur dan
langsung
– Dukung kelebihan klien dan keluarga
– Terapi bermain pada anak
– Edukasikan kepada keluarga tentang cara menjaga
emosi anak
– Terapi kelompok
– Terapi individu
– Terapi keluarga

Você também pode gostar