Você está na página 1de 28

Analisis Biaya-Volume-Laba: Analisis Impas,

Pengambilan Keputusan,
Komposisi Penjualan
Nama Anggota Kelompok:

1. Dwi Ariyani 1500011249

2. Mutiara Via Maudy 1500011255

3. Indri Wahyuni 1500011257

4. Galih Sukti Martika 1500011262

5. Rosa Ariana 1500011284

6. Moniq Aditya Dhira Yanutama 1500011287

7. Wahyu Ridha Latifah 1500011293


Untuk memperjelas manfaat analisis impas dan biaya-volume-laba dalam
pengambilan keputusan, digunakan contoh kasus hotel “Citra Yogya” yang
memiliki 30 kamar, yang menyajikan laporan laba rugi untuk tahun 2015 sebagai
berikut:
Total Per kamar/hari
Penjualan Rp306.000 Rp40,00
Biaya variabel (Rp113.000) (Rp14,77)
Contribution margin Rp193.000 Rp25,23
Total biaya tetap (Rp181.000)
Laba Rp12.000

Ratio biaya variabel = total biaya variabel/total penjualan*100%


= Rp113.000/Rp306.000*100%
= 37%

Contribution margin ratio = contribution margin/total penjualan*100%


= Rp193.000/Rp306.000*100%
= 63%
Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah
hotel akan mencapai kondisi impas?
Target penjualan = (total biaya tetap + laba)/Contribution margin ratio
= (Rp181.000 + Rp 0)/ 0.63
= Rp287.000

Dengan demikian, untuk hotel “Citra Yogya” yang memiliki total Rp181.000
per tahun dan contribution margin 63% harus mampu memperoleh total
penjualan sebesar Rp287.000 agar dicapai kondisi impas.
Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah hotel
akan dapat mencapai laba yang ditargetkan?

Apabila pengelola hotel “Citra Yogya” menginginkan target laba sebesar


Rp39.000 untuk tahun 2015 (bukan tingkat laba sekarang sebesar Rp12.000),
maka target penjualan yang harus dicapai adalah sebagai berikut:

Target penjualan = (Total biaya tetap + target laba) / contribution margin ratio
= (Rp181.000 + Rp39.000) / 0.63
= Rp349.206
dibulatkan menjadi Rp349.000
Berapa rupiahkah penjualan harus dinaikkan
untuk dapat menutup tambahan biaya tetap?
Bila pengelola hotel “Citra Yogya” bermaksud menaikkan biaya iklan
sebesar Rp5.000 pertahun, dan tetap ingin mempertahankan target laba
sebesar Rp12.000, maka tingkat penjualan yang harus dicapai adalah
sebagai berikut:

Tingkat penjualan yang harus dicapai = (Total biaya tetap + kenaikan biaya iklan
+ target laba) / Contribution margin ratio
= (Rp181.000 + Rp5.000 + Rp12.000) / 0.63
= Rp314.286
dibulatkan menjadi Rp314.000
Hasil ini menunjukkan bahwa untuk dapat menutup kenaikan biaya iklan
(biaya tetap) seebesar Rp5.000, hotel harus mampu mencapai penjualan
sebesar Rp314.000 per tahun, yang berarti Rp8.000 lebih tinggi dibanding
tingkat penjualan saat ini sebesar Rp306.000. kebenaran hasil ini dapat
dibuktikan dengan menggunakan perhitungan laba rugi sebagai berikut:

Penjualan Rp314.000

Biaya variabel 37%*penjualan Rp116.000


Biaya tetap (Rp186.000)
Total biaya (Rp302.000)
Laba Rp12.000
Berapakah tambahan rupiah penjualan diperlukan
untuk dapat menutup perubahan biaya variabel?
Bila biaya variabel mengalami kenaikan (sebagai akibat adanya kenaikan
biaya gaji) dari 37% menjadi 39%, maka contribution margin ratio yang baru
menjadi 61% (100%-39%). Jika dengan contribution margin ratio sebesar 39%
ini pengelola hotel masih tetap menginginkan target laba sebesar Rp12.000
(biaya tetap tidak berubah), maka tingkat laba yang harus dicapai:

Target penjualan = (Total biaya tetap + target laba)/ contribution margin ratio
= (Rp181.000 + Rp12.000) / 0.61
= Rp316.393
dibulatkan menjadi Rp316.000
Bagaimana pengaruh perubahan berbagai
variabel yang terjadi secara simultan terhadap laba
yang diperoleh hotel?
Contoh, selama tahun 2014 pengelola hitel merencanakan untuk kenaikan
biaya iklan sebesar Rp5.000, biaya gaji (yang mengakibatkan contribution
margin ratio menjadi 61%) dan target laba menjadi Rp20.000. untuk dapat
mencapai target tersebut, maka tingkat penjualan yang harus diperoleh:

Target penjualan = (Total biaya tetap + kenaikan biaya iklan + target laba)
Contribution margin ratio
= (Rp181.000 + Rp5.000 + Rp20.000
0.61
= Rp337.705
dibulatkan menjadi Rp338.000
Hasil ini dapat dibuktikan dengan perhitungan laba rugi sebagai berikut:

Penjualan Rp338.000

Biaya variabel 39%*penjualan Rp132.000


Biaya tetap Rp186.000
Total biaya Rp318.000
Laba Rp20.000
Berapakah maksimum tingkat penjualan ditargetkan
boleh turun agar hotel tidak menderita kerugian?
Diketahui bahwa penjualan impas untuk hotel “Citra Yogya” adalah
Rp287.000. Jika pengelola hotel mentargetkan laba sebesar Rp360.000,
maka besarnya margin of safety ratio adalah sebagai berikut:

Target penjualan = Penjualan dianggarkan – Penjualan impas


Penjualan diaggarkan
= Rp360.000 – Rp287.000
Rp360.000
= 20.28%
dibulatkan menjadi 20%
Jika hotel mentargetkan penjualan sebesar Rp360.000, maka agar tidak menderita
kerugian, maksimum penjualan tersebut boleh turun sebesar 20% (target penjualan
tersebut harus dicapai minimum 80%)
Bagaimana cara mengkonversi penjualan
rupiah menjadi tingkat penjualan dalam unit?
Hotel “Citra Yogya” yang memiliki 30 kamar, untuk tahun 2015 menargetkan
laba sebesar Rp20.000. biaya iklan per tahun Rp186.000 (termasuk
tambahan biaya iklan sebesar Rp5.000). Tarif kamar yang dikenakan adalah
Rp40 perkamar/hari dengan biaya variabel sebesar Rp15,6 (39% tarif
kamar). Untuk mencapai target laba tersebut, maka jumlah kamar yang
harus dijual (per tahun) adalah sebagai berikut:

Target penjualan = (Total biaya tetap + Target laba) / (Tarif per kamar – Biaya variabel)
= (Rp186.000 + Rp20.000) / (Rp40 – Rp15.6)
= 8.443 kamar
Hasil ini dapat dibuktikan dengan perhitungan laba rugi sebagai berikut:
Penjualan (8.443*Rp40) Rp337.700

Biaya variabel 39%*penjualan Rp131.700


Biaya tetap Rp186.000
Total biaya Rp317.700
Laba Rp20.000

Untuk mencapai target penjualan sebesar Rp360.000,hotel “Citra Yogya”


harus mampu menjual 7.650 hari kamar (Rp306.000/Rp40.000), yang jika
dinyatakan dalam tingkat hunian menjadi:

Jumlah hari kamar terjual per tahun


x 100%
Jumlah hari kamar tersedia per tahun

7.650 hari kamar


x 100% = 70%
(30*365) hari kamar
Pada tahun 2015, untuk mencapai target laba sebesar Rp20.000, hotel “Citra
Yogya” harus mampu menjual sebanyak 8.443 hari kamar, yang bila dihitung tingkat
huniannya menjadi sebagai berikut:

Jumlah hari kamar terjual per tahun


x 100%
Jumlah hari kamar tersedia per tahun

8.443 hari kamar


= 77%
(30*365) hari kamar x 100%

Dalam perhitungan ini tampak bahwa untuk meningkatkan penjualan dari


Rp306.000 menjadi Rp337.700, hotel harus mampu meningkatkan tingkat hunian
rata-rata sebesar 7% atau kurang lebih 2 kamar lebih per hari (7%*30 kamar)
Jika tarif kamar mengalami perubahan,
bagaimanakah perubahan ini akan mempengaruhi
jumlah kamar yang dijual?
Hotel “Citra Yogya” memiliki total biaya tetap Rp186.000, biaya variabel
Rp15.6 per kamar/hari, dan mentargetkan laba sebesar Rp20.000. Selama
tahun 2015 menurunkan tarif kamar sebesar 10%, dengan kata lain tarif rata-
rata menjadi Rp36 per kamar/hari. Untuk dapat mempertahankan target
laba sebesar Rp20.000 tersebut, hotel “Citra Yogya’ harus mampu menjual
kamar sebesar:
Target penjualan = (Total biaya tetap + Target laba)
(Tarif rata-rata – Biaya variabel)
= (Rp186.000 + Rp20.000)
Rp36 – Rp15.6
= 10.098 hari kamar
Yang bila dinyatakan dalam tingkat hunian (occupancy rate) menjadi
sebagai berikut:

10.098 kamar
Tingkat hunian = x 100% = 92%
(30*365) hari kamar

Dengan demikian, untuk mengkompensasi penurunan tariff kamar sebesar 10%,


tingkat hunian hotel harus dinaikkan dari 77% menjadi 92%, yang berarti naik sebesar
15% atau rata-rata hotel harus mampu menjual tambahan kamar sebanyak 4,5
kamar per hari (15%*30 kamar)
Bagaimanakah menilai usulan investasi baru?
Pembahasan sebelumnya tentang persamaan impas telah dapat
menunjukkan bagaimana informasi historis yang diperoleh dari catatan
akuntansi digunakan untuk pengambilan keputusan masa depan.
Disamping itu, meskipun tidak tersedia informasi historis, analisis impas juga
masih tetap dapat membantu kita dalam proses pengambilan keputusan.
Sebagai contoh, analisis impas ini masih tetap dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan usulan pembangunan hotel baru atau ekspansi,
dengan membuat taksiran biaya tetap dan biaya variabel, dan kemudian
menaksir potensi laba yang dapat dicapai.
Kapan sebaiknya hotel menutup usahanya?
Jika biaya tetap hotel “Citra Yogya” sebesar Rp181.000 tersebut, 60%
diantaranya merupakan biaya tunai, maka titik penutupan usaha hotel ini
adalah sebagai berikut:

Total biaya tetap tunai


SDP =
Contribution margin ratio atau contribution margin (Rp)
60%*Rp181.000
=
(Rp40 - Rp15.6)
4.450,82 hari kamar
=
Dibulatkan menjadi 4.451 hari kamar

SDP: Shut Down Point atau titik penutupan usaha


Sepanjang hotel “Citra Yogya” selama satu tahun mampu menjual
minimum sebanyak 4.451 hari kamar dari 30 kamar yang dimilikinya (atau
tingkat hunian 41%), hotel ini masih tetap boleh beroperasi meskipun
menderita kerugian. Dengan tetep beroperasi, setidaknya hotel mampu
menutup sebagian biaya tetap (biaya tetap tunai), sehingga mengurangi
kerugian (dibanding bila menutup usaha). Namun, jika ternyata kamar
yang terjual kurang dari 4.451 kamar per tahun, maka sebaiknya hotel
tersebut menutup usahanya.
Berikut ini disajikan alternatif perhitungan laba rugi (menutup atau
melanjutkan usaha), jika hotel hanya mampu menjual sebanyak 4.451 hari
kamar per tahun.

Melanjutkan usaha Menutup usaha


Penjualan (4.451*Rp40) Rp178.040 Rp0
Biaya variabel (4.451*Rp15.6) Rp69.436 Rp0
Biaya tetap (60% tunai) Rp181.000 Rp181.000
Total biaya Rp250.436 Rp181.000
Laba bersih (Rp72.396) (Rp181.000)

Kerugian yang diderita hotel jika menutup usahanya adalah Rp181.000, sedangkan
jika tetap melanjutkan usaha, kerugiannya hanya Rp72.396. dari perhitungan ini
tampak bahwa meskipun rugi, hotel sebaiknya tetap melanjutkan usahanya.
Bagaimanakah pengaruh adanya pajak
terhadap penentuan impas?
Untuk dapat mencapai laba ditargetkan sevesar Rp39.000, hotel “Citra
Yogya” harus memperoleh penjualan sebesar Rp349.000. jika tarif pajak
yang dikenakan pada hotel adalah 45% (income tax), laba sebelum pajak
dihitung dengan formula sebagai berikut:

Laba sebelum pajak = Laba setelah pajak


(1 - tarif pajak)
= Rp39.000
(1 - 0.45)
= Rp70.909
dibulatkan menjadi Rp71.000
Hasil ini dapat dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut:

Laba sebelum pajak (before tax profit) Rp71.000


Pajak (45%*laba sebelum pajak) Rp32.000
Laba setelah pajak (after tax profit) Rp39.000

Dengan demikian, dengan total biaya tetap sebesar Rp181.000 dan contribution
margin ratio 63%, maka untuk mencapai laba sebelum pajak sebesar Rp71.000,
hotel “Citra Yogya” harus mencapai total penjualan sebagai berikut:

Total penjualan = Total biaya tetap + Laba sebelum pajak


Contribution margin ratio
= Rp181.000 + Rp71.000
0.63
= Rp400.000
Hasil ini dapat dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut:

Penjualan Rp400.000
Biaya variabel 37%*penjualan Rp148.000
Biaya tetap Rp181.000
Total biaya Rp329.000
Laba sebelum pajak Rp71.000
Pajak (45%) Rp32.000
Laba setelah pajak Rp39.000
Komposisi penjualan dan analisis impas
Jika perusahaan menjual lebih dari satu jenis produk, maka analisis impas
akan menjadi lebih kompleks. Alasannya, produk yang berbeda
mempunyai harga jual, biaya variabel dan contribution margin yang
berbeda pula. Konsekuensinya, titik impas akan sangat bergantung pada
komposisi produk yang dijual.

Untuk memperjelas pengaruh komposisi penjualan terhadap penentuan


impas, berikut disajikan sebuah contoh perusahaan yang menjual 3 jenis
produk, yaitu Regular, Deluxe dan Super.
Informasi yang berhubungan dengan ketiga produk ini adalah sebagai
berikut:

Regular Deluxe Super


Harga jual per unit Rp200 Rp300 Rp500
Biaya variabel per unit Rp120 Rp150 Rp200
Contribution margin/unit Rp80 Rp150 Rp300
Contribution margin ratio 40% 50% 60%

Total biaya tetap per bulan adalah RP9.225. komposisi penjualan yang
selama ini dicapai oleh perusahaan masing-masing adalah 60% untuk jenis
produk Regular, 30% untuk Deluxe dan 10% untuk Super.
Sebelum menghitung titik impas, terlebih dahulu harus dihitung contribution
margin ratio (atau contribution margin) rata-rata tertimbang dengan cara
sebagai berikut:
Contribution CM
Komposisi
Produk margin Rata-rata
Regular Rp80 60% Rp48
Deluxe Rp150 30% Rp45
Super Rp300 10% Rp30
Contribution margin ratio Rp123

Titik impas perusahaan (dalam unit) dihitung dengan cara sebagai berikut:

Titik impas = Total biaya tetap / Contribution margin rata-rata tertimbang


= Rp9.225 / Rp123
= 75 unit
Komposisi penjualan untuk masing-masing produk pada kondisi impas ini
adalah 45 unit untuk produk Regular (60%), 22.5 unit untuk produk Deluxe
(30%) dan 7.5 unit untuk produk Super (10%). Titik impas sebesar 75 unit ini
hanya berlaku sepanjang komposisi produk yang dijual tidak berubah. Jika
komposisi tersebut berubah, maka titik impas juga akan berubah. Contoh,
jika komposisi penjualan berubah menjadi 10% untuk produk Regular,
produk Deluxe 30% dan produk super 60%, maka titik impas akan menjadi
sebagai berikut

Contribution CM Rata-
Komposisi
Produk margin rata
Regular Rp80 10% Rp8
Deluxe Rp150 30% Rp45
Super Rp300 60% Rp180
Contribution margin ratio Rp233
Titik impas = total biaya tetap / contribution margin rata-rata tertimbang
= Rp9.225 / Rp233
= 39,592 unit
dibulatkan menjadi 40 unit

Dari perhitungan ini tampak bahwa jika komposisi penjualan produk yang
dijual berubah dari produk yang mempunyai margin rendah (awalnya
Regular yang memiliki margin paling rendah komposisinya 60%) menjadi
produk yang memiliki margin tinggi (Super dengan margin paling tinggi
komposisinya 60%), maka titik impas mengalami penurunan dari 75 unit
menjadi 40 unit. Ini berarti bahwa laba perusahaan akan mengalami
kenaikan (perusahaan makin mudah mencapai laba yang ditargetkan.
TERIMA
KASIH

Você também pode gostar