Você está na página 1de 19

CONTOH KASUS METODE BAYES DAN MPE , CPI.

KELOMPOK 12

Disusun oleh Clara ( 150130054 )


Riki Rianda putra ( 150130082 )
Roid Naufal ( 150130066 )
• METODE BAYES

• Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah
alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Untuk menghasilkan keputusan yang optimal perlu dipertimbangkan berbagai kriteria.
• Pembuatan keputusan dengan metode Bayes dilakukan melalui upaya pengkuantifikasian kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan dinyatakan dengan
suatu bilangan antara 0 dan 1 atau skala konversinya. Namun sering kali hal ini dianggap sebagai probabilitas pribadi atau subyektif dimana bobot Bayes
didasarkan pada tingkat kepercayaan, keyakinan, pengalaman serta latar belakang pengambil keputusan.
• Persamaan Bayes yang digunakan untuk menghitung nilai setiap alternatif sering disederhanakan menjadi:
• m
• Total Nilai i = ∑ Nilai ij (Kritj)
• j=1
• dimana:
• Total Nilai i = total nilai akhir dari alternatif ke-i

• Nilai ij = nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j

• Krit j = tingkat kepentingan (bobot) kriteria ke-j


• i = 1,2,3,…n; n = jumlah alternatif

• j = 1,2,3,…m; m = jumlah kriteria


• menunjukkan penilaian alternatif keputusan pemilihan
pemasok yang sesuai dengan Teknik Bayes. Terdapat 3
alternatif yang dipertimbangkan dalam pemilihan
pemasok yaitu: pemasok A, B, dan C dengan tiga kriteria
yaitu: Ketepatan waktu, kontinyuitas dan ketepatan
kuantitas. Ketepatan ini diukur berdasarkan rasio antara
capaian dengan target. Kuisioner/borang indeks kinerja
yang diaplikasikan dalam pemilihan pemasok ini
disajikan pada Lampiran 1.
Kriteria
Nilai
Alternatif Peringkat
Tepat Kontinyuitas Tepat Alternatif
Waktu Jumlah
1. Pemasok A 0,8 0,6 0,6 3,7 2
2. Pemasok B 0,8 0,9 0,7 3,8 1
3. Pemasok C 0,8 0,7 0,8 3,6 3
Bobot
Kriteria 0,3 0,4 0,3
• Penilaian alternatif pada masing-masing kriteria menggunakan skala rasio capaian
dengan target mingguan dari 0.0 (tidak ada capaian sama sekali)
• 1.0 (tercapai sepenuhnya) untuk kriteria tepat waktu, kontinyuitas dan tepat
jumlah. Dengan menggunakan perumusan Bayes, diperoleh nilai alternatif 1,2, dan
3 masing-masing 0,66; 0,81; dan 0,76. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari hasil
perhitungan sebagai berikut :
• Alternatif 1 : Pemasok A
• 0,3(0,8) + 0,4(0,6) + 0,3(0,6) = 0,66
• Alternatif 2 : Pemasok B
• 0,3(0,8) + 0,4(0,9) + 0,3(0,7) = 0,81
• Alternatif 3 : Pemasok C
• 0,3(0,8) + 0,4(0,7) + 0,3(0,8) = 0,76
• sehingga didapat alternatif yang terurut dari yang terbaik adalah alternatif 2, 1,
dan 3.
• METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

• Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode


untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak.
Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan
untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik
pada tahapan proses. Berbeda dengan Teknik Bayes, MPE akan menghasilkan
nilai alternatif yang perbedaannya lebih kontras.
• KEUNTUNGAN METODE MPE

• Metode perbandingan eksponensial mempunyai keuntungan dalam mengurangi
bias yang mungkin terjadi dalam analisa. Nilai skor yang menggambarkan urutan
prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial) ini mengakibatkan urutan prioritas
alternatif keputusan lebih nyata.

• CONTOH APLIKASI METODE MPE

• Penilaian terhadap tiga alternatif produk agroindustri berbasis ubi kayu (Tepung tapioka, Keripik
singkong, dan Pakan ternak) yang akan diprogramkan pada percontohan manajemen rantai
pasok didapatkan dari hasil wawancara dengan pakar dan pengorganisasian pengetahuan dari
berbagai buku tentang ubi kayu. Kriteria yang dipertimbangkan ada tujuh, yaitu potensi pasar,
kondisi bahan baku, nilai tambah produk, daya serap tenaga kerja, teknologi yang sudah dipakai,
kondisi sosial budaya, dan dampak terhadap lingkungan. Produk yang potensial untuk
diinvestasikan tentunya produk yang mempunyai nilai tinggi untuk setiap kriteria. Penilaian
alternatif pada setiap kriteria menggunakan skala penilaian 1-9, seperti terlihat pada Tabel 5.5.

Nilai Alternatif Produk
No Kriteria Bobot Tepung Keripik Pakan
tapioka singkong ternak
1 Potensi pasar 9 8 6 6
2 Kondisi bahan baku 8 8 6 8
3 Nilai tambah produk 6 6 4 5
4 Daya Serap tenaga
7 8 6 6
kerja
5 Teknologi yang sudah
5 8 6 6
dipakai
6 Kondisi sosial budaya 7 8 8 8
7 Dampak terhadap
5 6 8 6
lingkungan
Setelah dihitung menggunakan teknik MPE maka
akan terlihat urutan atau prioritas produk
agroindustri yang potensial untuk diinvestasikan,
seperti pada Tabel
Prioritas Alternatif terpilih Nilai MPE

Produk Tepung tapioka 155.267.448

potensial 1

Produk Pakan ternak 29.263.177

potensial 2

Produk Keripik singkong 14.179.040

potensial 3
• Alternatif 1 (Tepung Tapioka) :

• (8)9 + (8)8 + (6)6 + (8)7 + (8)5 + (8)7 + (6)5 = 155.267.448 Alternatif 2 (Keripik Singkong) :

• (6)9 + (6)8 + (4)6 + (6)7 + (6)5 + (8)7 + (8)5 = 14.179.040 Alternatif 3 (Pakan Ternak)

• (6)9 + (8)8 + (5)6 + (6)7 + (6)5 + (8)7 + (6)5 = 29.263.177

• Dari Tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa produk agroindustri yang paling potensial untuk
diinvestasikan adalah tepung tapioka, dengan nilai 155.276.448. Pakan ternak menempati
urutan kedua sebagai produk agroindustri yang juga potensial untuk diinvestasikan, diikuti
dengan keripik singkong yang menempati uturan ke tiga.
Teknik Perbandingan Indeks Kinerja (Comparative
Performaance Index, CPI) merupakan indeks
gabungan (Composite Index) yang dapat digunakan
untuk menentukan penilaiaan atau peringkat dari
berbagai alternatif (i) berdasarkan beberapa kriteria
(j).
• Tabel 5.7 memperlihatkan matrik awal penilaian alternatif yang di
transformasi menjadi Tabel 5.8. dengan menggunakan Teknik Perbandingan
Indeks Kinerja. Sebagai ilustrasi, terdapat 3 alternatif yang dinilai yaitu
Industri Minyak Sawit, Industri Pengolahan Teh dan Industri Coklat Bubuk
dengan kriteria kelayakan IRR (Internal Rate of Return), B/C (Benefit/Cost
Ratio) dan Pay Back Period (waktu pengembalian modal).
Kriteria

Alternatif IRR B/C PBP

(%) (Thn)

1. Industri Minyak Sawit (CPO) 30 1,1 5

2. Industri Pengolahan Teh 20 1,15 6

3. Industri Coklat Bubuk 25 1,2 4

Bobot Kriteria 0,3 0,4 0,3


Kriteria Nilai

Alternatif IRR B/C PBP Alternatif Peringkat

(Thn)

1. Industri

Minyak Sawit 150 100 80 109 2

(CPO)

2. Industri

Pengolahan 100 104,5 66,7 91,8 3

The

3. Industri Coklat
125 109,1 100 111,1 1
Bubuk

Bobot Kriteria 0,3 0,4 0,3


• Sebagai misal, Kriteria IRR adalah kriteria tren positif, karena semakin besar nilai IRR maka industri semakin layak. IRR
yang paling kecil adalah IRR pada industri pengolahan Teh maka IRR tersebut dikonversi menjadi 100 dan dijadikan basis
perhitungan transformasi nilai IRR yang lain.
• Transformasi Nilai IRR :
• Alternatif 1 = Industri Minyak Sawit
• 3020 x100 = 150
• Alternatif 2 = Industri Pengolahan Teh
• 2020 x100 = 100
• Alternatif 3 = Industri Coklat Bubuk
• 2025 x100 = 125
• Kriteria B/C juga mempunyai tren positif, semakin besar nilai B?C semakin baik. Transformasi nilai B/C mirip dengan transformasi nilai IRR.
B/C yang paling kecil adalah B/C pada industri Minyak Sawit maka B/C tersebut konversi menjadi 100 dan dijadikan basis perhitungan
transformasi nilai B/C yang lain
• Transformasi Nilai B/C :
• Alternatif 1 = Industri Minyak Sawit
• 1/1.11 x100 = 100
• Alternatif 2 = Industri Pengolahan Teh
• 1.15 x100 = 104.5
• 1.1
• Alternatif 3 = Industri Coklat Bubuk
• 1.1.21 x100 = 109.1
• Kriteria PBP adalah kriteria yang mempunyai trend negatif, semakin kecil nilainya semakin baik.
Nilai PBP yang paling kecil di setiap alternatif dijadikan nilai maksimum (100) sehingga digunakan
perbandingan terbalik. PBP yang paling kecil adalah PBP pada industri coklat bubuk maka PBP
tersebut dijadikan basis perhitungan transformasi nilai PBP yang lain :
• Transformasi Nilai PBP :
• Alternatif 1 = Industri Minyak Sawit
• 4/5 x100 = 80
• Alternatif 2 = Industri Pengolahan Teh
• 4/6 x100 = 66.7
• Alternatif 3 = Industri Coklat Bubuk
• 4/4 x100 = 100
• Perhitungan nilai alternatif berdasarkan nilai setiap kriteria menggunakan cara seperti
perhitungan pada metode Bayes. Tabel 5.8 menunjukkan bahwa nilai alternatif 1, 2, dan 3 masing-
masing adalah 109; 91,8; dan 111,1. Dengan demikian alternatif 3 yaitu Industri Coklat Bubuk
sebagai peringkat 1 disusul oleh industri minyak sawit dan kemudian industri pengolahan teh.
Terima kasih

Você também pode gostar