Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ADENOTONSILITIS KRONIS
Fajar Baskoro
01.211.6388
Identitas
• Kepala/leher : dbn
• Thorax : dbn
• Abdomen : dbn
• Ekstremitas : dbn
TELINGA
Telinga AD AS
Preaurikula Fistel (-) Fistel (-)
Retroaurikula Dbn Dbn
Aurikula Nyeri Tarik (-), Nyeri Tarik (-),
Kelainan Kongenital (-) Kelainan Kongenital (-)
Tragus pain Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)
Mastoid Nyeri ketok (-) Nyeri ketok (-)
CAE
Canalis Acustikus AD AS
Eksternus
Mukosa Dbn dbn
Discharge (-) (-)
Serumen (-) (-)
Granulasi (-) (-)
Furunkel (-) (-)
Jamur (-) (-)
Corpus alienum (-) (-)
MEMBRAN TIMPANI
Membran Timpani AD AS
Ukuran T4 T4
• DIAGNOSA BANDING
– Adenotonsilitis Kronis
– Tonsilitis Kronis
– Abses Peritonsil
Diagnosis kerja
• Adenotonsilektomi Kronis
Penatalaksanaan
• Medikamentosa
– Antibiotik gol penicillin 500 mg 3x1 selama 10-14 hari
– Kortikosteroid IV/IM / 12 jam.
• Non Medikamentosa
– Menghindari makanan yang merangsang seperti pedas, asam, gorengan, dan minuman yang
dingin.
– Istirahat yang cukup
– Menjaga hygiene mulut
• Operatif
– Pro Adenotonsilektomi
EDUKASI
• Istirahat yang cukup.
• Minum obat secara teratur sesuai dosis.
• Apabila sebelum obat habis terdapat keluhan lain segera control ulang
Prognosa
• Adenoid
• Fungsi adenoid adalah bagian imunitas tubuh. Adenoid merupakan jaringan limfoid
bersama dengan struktur lain dalam cincin Waldeyer. Adenoid memproduksi IgA
sebagai bagian penting sistem pertahanan tubuh garis depan dalam memproteksi
tubuh dari invasi kuman mikroorganisme dan molekul asing.
HIPERTROFI ADENOID
• Definisi
Adenoid merupakan jaringan limfoid yang terletak pada dinding posterior
nasofaring, termasuk dalam rangkaian cincin waldeyer. Pembesaran adenoid adalah
membesarnya ukuran adenoid pada nasofaring yang dapat diketahui dengan
melakukan anamnesis, pemeriksaan klinik THT dan pemeriksaan foto polos lateral.
• Etiologi
Etiologi pembesaran adenoid dapat di ringkas menjadi dua yaitu secara fisiologis dan
faktor infeksi. Secara fisiologis adenoid akan mengalami hipertrofi pada masa puncaknya
yaitu 3-7 tahun. Biasanya asimptomatik, namun jika cukup membesar akan
menimbulkan gejala. Hipertrofi adenoid juga didapatkan pada anak yang mengalami
infeksi kronik atau rekuren pada saluran pernapasan atas atau ISPA. Hipertrofi adenoid
terjadi akibat adenoiditis yag berulang kali antara usia 4-14 tahun.
Pathogenesis
• Pada balita jaringan limfoid dalam cincin waldeyer sangat kecil. Pada anak berumur
4 tahun bertambah besar karena aktivitas imun, karena tonsil dan adenoid
(pharyngeal tonsil) merupakan organ limfoid pertama di dalam tubuh yang
menfagosit kuman-kuman patogen. Jaringan tonsil dan adenoid mempunyai
peranan penting sebagai organ yang khusus dalam respon imun humoral maupun
selular, seperti pada bagian epithelium kripte, folikel limfoid dan bagian
ekstrafolikuler. Oleh karena itu, hipertrofi dari jaringan merupakan respons
terhadap kolonisasi dari flora normal itu sendiri dan mikroorganisme pathogen.
• Adenoid dapat membesar seukuran bola ping-pong, yang mengakibatkan
tersumbatnya jalan udara yang melalui hidung sehingga dibutuhkan adanya usaha
yang keras untuk bernafas sebagai akibatnya terjadi ventilasi melalui mulut yang
terbuka. Adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada jalan udara pada nasal
sehingga mempengaruhi suara.
• Pembesaran adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada tuba eustachius yang
akhirnya menjadi tuli konduktif karena adanya cairan dalam telinga tengah akibat
tuba eustachius yang tidak bekerja efisien karena adanya sumbatan.
Gejala Klinis
• Obstruksi nasi
• Facies Adenoid
Tampakan klasik tersebut meliputi :
Mulut yang terbuka, gigi atas yang prominen dan bibir
atas yang pendek. Namun sering juga muncul pada anak-anak
yang minum susu dengan menghisap dari botol dalam jangka
panjang. Hidung yang kecil, maksila tidak berkembang/
hipoplastik, sedut alveolar atas lebih sempit, arkus palatum
lebih tinggi.
• Efek pembesaran adenoid pada telinga
• Sleep apnea
Diagnosa Hipertropy Adenoid
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Tanda dan gejala klinik.
• Pemeriksaan rinoskopi anterior dengan melihat tertahannya gerakan
velum palatum mole pada waktu fonasi.
• Pemeriksaan rinoskopi posterior (pada anak biasanya sulit).
• Pemeriksaan nasoendoskopi dapat membantu untuk melihat ukuran
adenoid secara langsung.
• Pemeriksaan radiologi dengan membuat foto polos lateral dapat melihat
pembesaran adenoid.
• CT-Scan merupakan modilitas yang lebih sensitif daripada foto polos
untuk identifikasi patologi jaringan lunak, tapi kekurangannya karena
biaya yang mahal.
Indikasi adenoidektomi:
• Sumbatan sumbatan hidung yang menyebabkan
bernapas melalui mulut, sleep apnea, gangguan
menelan, gangguan berbicara, kelainan bentuk wajah
muka dan gigi ( adenoid face ).
• Infeksi adenoiditis berulang/kronik, otitis media efusi
berulang/ kronik, otitis media akut berulang.
• Kecurigaan neoplasma jinak / ganas.
Teknik adenoidektomi
• Eksisi melalui mulut
• Cold Surgical Technique
• Elektrocauter dengan suction bovie
• Surgical microdebrider
• Eksisi melalui hidung.
Komplikasi adenoidektomi
Komplikasi tindakan adenoidektomi adalah perdarahan bila pengerokan
adenoid kurang bersih. Bila terlalu dalam menguretnya akan terjadi kerusakan dinding
belakang faring. Bila kuretase terlalu ke lateral maka torus tubarius akan rusak dan
dapat mengakibatkan oklusi tuba Eustachius dan akan timbul tuli konduktif
Prognosis
• Definisi
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsila palatine yang merupakan
bagian dari cincin waldeyer. Penyebarannya dapat melalui udara (air borne
droplet), tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur terutama
pada anak.
Tonsilitis akut
• Tonsilitis viral
Gejala tonsillitis viral lebih mnyerupai common cold yang disertai rasa nyeri
tenggorok. Penyebab paling sering adalah virus Epstein barr. Hemofilus influenza
merupakan penyebab tonsillitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie,
maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum yang
dirasakan sangat nyeri oleh pasien. Terapi tonsillitis viral adalah dengan istirahat,
minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan jika gejala berat.
• Tonsilitis bakterial
Radang akut tonsil yang disebabkan kuman grup A streptococcus β hemolitikus
(strep throat, streptococcus viridian, pneumococcus, streptococcus piogens). Infiltrasi
bakteri pada epitel jaringan tonsil akan menyebabkan reaksi radang berupa leukosit
polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Bentuk tonsillitis akut dengan detritus
yang jelas disebut tonsillitis folikularis, bila bercak detritus menjadi satu membentuk
alur-alur maka terjadi tonsillitis lakunaris. Bercak ini juga dapat melebar membentuk
membrane semu yang menutupi tonsil.
Tonsilitis kronis
• Factor predisposisi antara lain adalah rangsangan menahun dari rokok, beberapa
jenis makanan, higien mulut yang buruk, cuaca, kelelahan fisik, pengonatan
tonsillitis akut yang tidak adekuat. Etiologi sama dengan tonsillitis bacterial.
• Patofisologi yaitu proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa
dan jaringan limfoid terkikis sehingga proses penyembuhan jar.limfoid diganti
dengan jaringan parut yang mengkerut hingga kripte melebar dan terisi detritus.
Proses ini berjalan hingga tembus kapsul tonsil dan terjadi perlekatan dengan
jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak biasanya disertai pembesaran
kelenjar limfe mandibula.
• Tandanya : tonsil membesar, permukaan tidak rata, kripte melebar dan terisi
detritus
• Gejalanya : rasa mengganjal dan kering di tenggorokan, napas bau
Besar tonsil
• T0 : tonsil di dalam fossa tonsil atau telah diangkat
• T1 : bila besarnya ¼ jarak arkus anterior dan uvula
• T2 : bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan uvula
• T3 : bila besarnya ¾ jarak arkus anterior dan uvula
• T4 : bila besarnya mencapai arkus anterior atau lebih.
Indikasi Tonsilektomi
• Diseksi: Dikerjakan dengan menggunakan Boyle-Davis mouth gag, tonsil dijepit dengan
forsep dan ditarik ke tengah, lalu dibuat insisi pada membran mukus. Dilakukan diseksi
dengan disektor tonsil atau gunting sampai mencapai pole bawah dilanjutkan dengan
menggunakan senar untuk menggangkat tonsil.
• Guilotin: Tehnik ini sudah banyak ditinggalkan. Hanya dapat dilakukan bila tonsil dapat
digerakkan dan bed tonsil tidak cedera oleh infeksi berulang.
• Elektrokauter: Kedua elektrokauter unipolar dan bipolar dapat digunakan pada tehnik ini.
Prosedur ini mengurangi hilangnya perdarahan namun dapat menyebabkan terjadinya luka
bakar.
• Laser tonsilektomi: Diindikasikan pada penderita gangguan koagulasi. Laser KTP-512 dan
CO2 dapat digunakan namun laser CO2 lebih disukai.tehnik yag dilakukan sama dengan yang
dilakukan pada tehik diseksi.
Terima Kasih