Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kep
2. ANA KARELYN NENOSONO S.Kep
3. CRISYANTI DOS REIS ARAUJO S.Kep
4. DESLIYANE RAMBU LEKI S.Kep
5. DWI OKTOVIN SATRIANA FAN AU S.Kep
6. EMILIA DA SILVA SOARES S.Kep
BAB I PENDAHULUAN
B1 (Breathing)/Pernafasan:
• Irama pola nafas : Tidak teratur, Dispnea, Ada Retraksi
dinding dada, Suara nafas : Vesikuler, Sesak nafas, batuk
tidak ada
B1 • Auskultasi :
(Breath) Lobus kanan atas : Vesikuler
Lobus kiri atas : Vesikuler
Lobus kanan bawah : Vesikuler
Lobus kiri bawah : Vesikuler
• Lainnya: Klien mengatakan napas terasa sesak, sulit bernapas,
Terpasang O2 nasal kanul 5 liter, RR 50x/menit, adanya retrakasi
dinding dada, auskultasi: ekspirasi lebih panjang dari inspirasi.
Masalah keperawatan: ketidakefektifan pola napas
B2 (Bood)/Kardiovaskuler:
• Akar : Panas
B2 • Lainnya : Klien mengatakan merasa panas diseluruh tubuh, S : 39,2,
(Blood) Leukosit 27,40 10^3/uL
Masalah keperawatan : Hipetermi
B5 (Bowel)/Pencernaan :
• Nafsu makan : Pasien terpasang NGT dan sedang puasa makan, minum : 200
cc, Membran mukosa : kering, Abdomen: tegang, kembung, nyeri tekan
diperut kanan bawah, Pasien mengatakan nyeri di perut kanan bawah
B5
dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan nyerinya dirasakan hilang timbul setiap
(Bowel)
10-15 menit dengan skala nyeri 3 (nyeri ringan) dari rentang skala 1-10 yang
diberikan, Peristaltik : 6x/menit
• BAB : lebih dari 3 kali/hari, teratur: tidak, Konsistensi: cair , bau: bau khas ,
warna: kuning kehijauan dan bau amis.
• Lain-lain :sebelum sakit: Keluarga mengatakan BAB seperti biasa 1-2x/hari
dengan konsistensi padat dan berwarna kuning namum 5 hari SMRS pasien
mencret lebih dari 3x/hari berwarna kuning kehijauan.
• Setelah dirumah sakit: Pada saat pengkajian mengatakan pasien mencret
sudah 3x sejak tadi malam hingga pagi ini banyaknya sekitar 200-250 cc
setiap kali mencret warna kuning kehijauan dan bau busuk.
Masalah Keperawatan : Kekurangan volume cairan, Nyeri Akut
B6
(Bone)
B6 (Bone)/Muskuloskeletal:
• Kemampuan pergerakan sendi: bebas.
• Warna kulit: pucat
• Turgor kulit: sedang
• Lainnya: Klien mengatakan lemah, pusing, nyeri
kepala, nyeri perut kanan bawah dan sesak napas,
RR: 50x/menit, ADL dibantu penuh, klien
terpasang O2 nasal kanul 4 liter/menit, terpasang
kateter dan NGT.
• Masalah keperawatan: Intoleransi aktivitas.
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
Subjektif Objektif
1 Pasien mengatakan sesak napas Terpasang O2 nasal Ketidakefektifa Keletihan Otot
kanul 4 liter, RR n pola napas Pernafasan
50x/menit, adanya
retrakasi dinding dada,
auskultasi paru :
ekspirasi memanjang.
2 Pasien mengatakan merasa panas diseluruh Suhu 39,2°C, akral Hipertermi Peningktan Laju
tubuh. panas, Leukosit: 27.40 Metabolisme Tubuh
10ˆ3/ul.
3 Pasien mengatakan merasa haus, BAB encer sejak Membrane mukosa Kekurangan Peningkatan Laju
semalam ± 400 cc. kering, warna urine Volume Cairan Metabolisme Tubuh
pekat, turgor kulit
sedang,
Suhu: 39,2°C, Hb: 6.7
g/dl, Hematokrit : 23,1%.
4 Pasien mengatakan nyeri di perut kanan bawah Nyeri tekan (+), distensi Nyeri Akut Agen Cedera
dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan nyerinya abdomen (+), TD : Biologic ( Infeksi)
dirasakan hilang timbul setiap 10-15 menit 140/80 mmHg
dengan menunjukan skala nyeri 3 (nyeri ringan)
dari rentang skala 1-10 yang diberikan.
5 Pasien mengatakan lemah, pusing, nyeri kepala, Pasien tampak lemah, Intoleransi Ketidakseimbangan
dan sesak napas. sesak napas, RR: aktivitas suplai dan
50x/menit, ADL dibantu kebutuhan oksigen.
penuh, pasien terpasang
O2 nasal kanul 4
liter/menit, terpasang
kateter dan NGT.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernafasan yang ditandai dengan pasien mengatakan
napas terasa sesak dan sulit bernapas, terpasang O2 nasal kanul 4 liter, RR 50 x /menit, adanya
retrakasi dinding dada, auskultasi paru : ekspirasi memanjang.
2. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme tubuh yang ditandai dengan DO: Pasien mengatakan
merasa panas diseluruh tubuh, suhu 39,2°C, akral panas, Leukosit: 27.40 10ˆ3/ul.
3. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan laju metabolisme yang ditandai dengan Pasien
mengatakan merasa haus, BAB encer sejak semalam ± 400 cc. Membrane mukosa kering, warna
urine: pekat, Suhu: 39,2°C, Hb: 6.7 g/dl, Hematokrit : 23,1%.
4. Nyeri akut b.d agen cedera biologis yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri di perut kanan
bawah dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan nyerinya dirasakan hilang timbul setiap 10-15 menit
dengan menunjukan skala nyeri 3 (nyeri ringan) dari rentang skala 1-10 yang diberikan, Nyeri tekan
(+), distensi abdomen (+), TD: 140/80 mmHg.
5. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen yang ditandai dengan
pasien mengatakan lemah, pusing, nyeri kepala, dan sesak napas, pasien tampak lemah, sesak
napas, RR: 50x/menit, ADL dibantu penuh, pasien terpasang O2 nasal kanul 5 liter/menit, terpasang
kateter dan NGT.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN (Terlampir)
D. IMPLEMENTASI/EVALUASI (Terlampir)
Dari kasus Nn. M.T yang dirawat di Ruang Cempaka pada tanggal 27 April
2018 dengan diagnosa Medis Peritonitis cc Appedisitis Perforasi, menurut
penulis tidak ada hubungan antara tingginya insiden dengan jenis kelamin
karena secara anatomis bentuk apendiks laki-laki dengan perempuan
sama, Tingginya kejadian apendiks perforasi ini disebabkan oleh karena
kurangnya kesadaran penderita untuk segera meminta pertolongan ke
rumah sakit dan keterlambatan penderita datang ke fasilitas kesehatan.
B. Usia
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh S. Windy C & Sabir. M yang
dilakukan di RSU. Unutapura Palu (2014) diperoleh data bahwa kelompok usia yang
menderita apendisitis adalah kelompok usia 17-25 tahun (remaja akhir) dimana
sebanyak 38,9% dengan apendisitis akut dan 27,8% dengan apendisitis perforasi
yang dapat menimbulkan komplikasi peritonitis. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Japanesa, Zahari, & Rusjdi, 2016) bahwa distribusi usia pasien yang
terkena peritonitis bervariasi dari 6-86 tahun. Berdasarkan kelompok usia dapat
dilihat bahwa peritonitis sering terjadi pada kelompok usia 10-20 tahun (24.5%). Hal
tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Marisa Dkk di
Semarang pada thaun 2011, didapatkan insiden tertinggi pada apendisitis akut dan
perforasi terjadi pada usia 15-24 tahun, dimana tinggi insiden pada usia remaja
disebabkan pada perkembangan jaringan limfoid maksimal sehingga lebih mudah
terjadi obstruksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal.
Ketidakefektifan Pola Napas menjadi prioritas Hipertermi b.d peningkatan
masalah keperawatan pada kasus ini karena secara laju metabolisme tubuh yang
teori pada pasien dengan peritonitis terjadi ditandai dengan pasien
peningkatan tekanan permeabilitas pembuluh mengatakan merasa panas
darah kapiler dan membrane kapiler mengalami diseluruh tubuh, suhu 39,2° C,
kebocoran sehingga terjadi akumulasi cairan di
badan teraba panas, Leukosit:
rongga peritoneum dan selanjutnya terjadi
peningkatan tekanan intra abdomen sehingga
27.40 10ˆ3/ul. Menurut teori
terjadi penekanan pada diafragma sehingga Hipertermi terjadi karena
menghambat ekspansi paru, jika paru-paru tidak adanya proses peradangan
mengembang dengan baik dalam waktu lama maka akibat perforasi apendiks
akan terjadi gangguan pertukaran oksigen dan sehingga terjadi pelepasan zat
karbondioksida sehingga menyebabkan pirogen yang akan memacu
penumpukan kadar karbondioksida dalam tubuh peningkatan set poin di
yang berpotensi menyebabkan komplikasi lain. hipotalamus. Apabila masalah
Pada kasus Nn. M.T saat dilakukan pemeriksaan hipertermi ditangani maka
fisik tidak ditemukan adanya pembengakakan pada akan beresiko terjadinya
area abdomen tetapi terdapat tanda-tanda klinis masalah Kekurangan volume
lain yang menunjukan adanya asites yaitu nyeri cairan.
tekan abdomen, kembung dan sesak napas serta
didukung oleh hasil pemeriksaan penunjang USG Hal ini menunjukan bahwa
kesan asites. terdapat kesesuaian antara
Hal ini menunjukan bahwa terdapat kesesuaian teori dan kasus pada Nn.MT.
antara teori dan kasus pada Nn.M.T.
Kekurangan volume cairan b.d peningkatan laju Nyeri akut b.d agens cedera
metabolisme yang ditandai dengan pasien biologi (infeksi) yang ditandai
mengatakan merasa haus, berkeringat, membrane dengan pasien mengatakan nyeri
mukosa kering, produksi urine : 600 cc/hari, Suhu: di perut kanan bawah, seperti
39,2°C, pasien juga dibatasi minum hanya tertusuk-tusuk dan nyerinya
200cc/hari. Menurut teori pasien dengan dirasakan hilang timbul setaip 10-
Peritonitis terjadi masalah kekurangan volume
15 menit dengan skala nyeri 3
cairan yang disebabkan karena proses peradangan
(nyeri ringan) dari rentang skala 1
menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan
– 10, nyeri tekan (+), distensi
membrane mengalami kebocoran. Jika deficit
abdomen (+), TD: 140/80 mmHg.
cairan tidak terkoreksi dengan baik maka dapat
Menurut teori, pasien dengan
menimbulkan kematian sel. Cairan dan elektrolit
yang hilang kedalam lumen usus menyebabkan
Peritonitis biasanya mengalami
terjadinya dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan
nyeri abdomen baik nyeri konstan
oliguria. Keadaan ini dapat berat dengan adanya
maupun nyeri lepas di dekat area
peningkatan suhu tubuh yang berlebihan sehingga inflamasi atau pada seluruh area
dapat meningkatkan laju metabolisme tubuh dan abdomen yang disebabkan karena
bisa beresiko pasien mengalami kekurangan adanya reaksi peradangan dan
volume cairan, oleh karena itu mempertahankan akumulasi cairan pada rongga
volume cairan yang optimum merupakan suatu peritoneum.
tindakan keperawatan yang sangat penting untuk Hal tersebut diatas menunjukkan
dilakukan. bahwa ada kesesuaian antara teori
Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa ada dan kasus pada pasien Nn.MT
kesesuaian antara teori dan kasus pada Nn.MT dimana pasien juga mengalami
dimana pada pasien Nn.MT terjadi peningkatan nyeri pada area abdomen pada
suhu tubuh hingga 39,2° C, Balance Cairan Pasien perut kanan bawah dengan skala
mengalami deficit 1000 cc yang menyebabkan nyeri 3 (nyeri ringan).
pasien mengalami kekurangan volume cairan.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen yang ditandai
dengan DS: pasien mengatakan lemah, pusing,
nyeri kepala, dan sesak napas. DO: pasien
tampak lemah, sesak napas, RR: 50x/menit,
ADL dibantu penuh, klien terpasang O2 nasal
kanul 4 liter/menit, terpasang kateter dan NGT.
Intervensi keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan
adalah rencana yang untuk melihat, menilai apakah
disusun untuk dilaksanakan tujuan keperawatan telah tercapai,
oleh perawat. tercapai sebagian atau tidak
tercapai.Evaluasi terbagi atas dua
Implemetasi keperawatan jenis, yaitu evaluasi formatif dan
adalah tindakan yang evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
dilakukan oleh perawat ini dilakukan segera setelah
sesuai dengan intervensi perawat mengimplementasikan
yang telah dibuat. rencana keperawatan guna menilai
Pada kasus ini implementasi keefektifan tindakan keperawatan
keperawatan telah yang telah dilaksanakan. Evaluasi
sumatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan sesuai dengan
dilakukan setelah semua aktifitas
intervensi yang telah dibuat.
proses keperawatan selesai
dilakukan (Asmadi, 2008).