Você está na página 1de 40

CASE REPORT

PTERIGIUM GRADE 3 OS

Oleh :
Rossadea Atziza
1218011133

Preceptor:
dr. Aryanti Ibrahim, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


SMF MATA RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENDAHULUAN

 Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat


degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian
nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Diduga penyebab
pterigium adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang diterima
oleh mata.
 Pterigium masih menjadi permasalahan yang sulit karena tingginya frekuensi pterigium
rekuren. Recurrence rate pascaoperasi pterigium di Indonesia adalah 35–52%.
 .Penegakan diagnosis dini pterigium diperlukan agar gangguan penglihatan tidak
semakin memburuk dan dapat dilakukan pencegahan terhadap komplikasi
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn. T
 Umur : 47 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Bangsa : Indonesia
 Pekerjaan : Karyawan PT.KAI
 Alamat : Untung Suropati, Bandarlampung
 MRS : 27 Juli 2017
ANAMNESIS

Keluhan Utama
• Mata kiri terasa mengganjal kadang disertai kemerahan yang
memberat 6 bulan terkahir.
Keluhan Tambahan
• Mata kiri terasa perih, gatal dan berair.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

 Pasien datang dengan keluhan mata kiri terasa mengganjal yang


memberat sejak 6 bulan terakhir. Pasien merasakan keluhan ini sudah
sejak 2 tahun yang lalu. Terdapat selaput putih pada mata yang terasa
mengganjal dan kadang kemerahan. Pasien juga merasakan mata perih,
gatal, dan berair, terutama bila terpapar cahaya mata hari dan debu.
Riwayat trauma pada mata disangkal. Penurunan penglihatan juga
disangkal oleh pasien. Pasien sudah sering berobat, mendapatkan obat
tetes mata dan obat minum, tetapi keluhan hilang timbul dan selaput pada
mata kiri terasa semakin melebar.
• Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
• Riwayat memakai kacamata (+)
RPD •

Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes melitus disangkal

• Riwayat pterigium pada keluarga disangkal


RPK

• Pasien bekerja di lapangan, terpapar oleh cahaya matahari dan debu.


RP
PEMERIKSAAN FISIK

Status Present Status Generalis

• Keadaan umum : Baik • Kepala


• Kesadaran : CM • Leher
• TD : 120/70 mmHg • Thoraks
• HR : 80 x/menit • Abdomen
• RR : 20 x/menit • Ekstremitas
• Suhu : afebris DALAM BATAS NORMAL
STATUS OFTALMOLOGI

Oculus Dextra (OD) Oculus Sinistra (OS)


6/60 Visus 6/60
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Skiaskopi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Sensus coloris Tidak dilakukan
Ortofori, nistagmus (-) Bulbus okuli Ortofori, nistagmus (-)
Hitam, simetris Supersilia Hitam, simetris
N III, IV,VI normal Parese/paralise N III, IV,VI normal
Edema (-), hiperemis (-), nyeri tekan(-), Palpebra superior Edema (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-),
ektropion (-), entropion (-),hordeolum ektropion (-), entropion (-),hordeolum
(-), trikiasis (-) (-), trikiasis (-)

Edema (-),ektropion (-), entropion Palpebra inferior Edema (-),ektropion (-), entropion
(-), hiperemis (-), nyeri tekan (-) (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-)

Hiperemis (-), anemis (-),papil (-), Conjungtiva palpebra Hiperemis (-), anemis (-),papil (-), folikel
folikel (-), sikatriks (-), korpus alienum (-), sikatriks (-), korpus alienum (-)
(-)
Hiperemis (-), folikel (-), papil (-) Conjungtiva fornix Hiperemis (-), folikel (-), papil (-)

Injeksi (-), jar. fibrovaskular (-), Conjungtiva bulbi Injeksi (-), jaringan fibrovaskular (+),
perdarahan sub konjungtiva (-), sekret(-) perdarahan sub konjungtiva (-), sekret(-)

Ikterik (-) Sklera Ikterik (-)

Arkus senilis (+), jernih , jaringan Cornea Arkus senilis (+), Jaringan fibrovaskular
fibrovaskular (-) (+) berbentuk kerucut , tidak melebihi
celah pupil
Kedalaman cukup Camera Oculi Anterior Kedalaman cukup

Coklat, kripta (+) Iris Coklat, kripta (+)


Bulat, sentral, diameter 3 mm, Pupil Bulat, sentral, diameter 3 mm,
Reflek pupil (+) Reflek pupil (+)
Jernih Lensa Jernih
Tidak dilakukan pemeriksaan Fundus Refleks Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan Corpus vitreum Tidak dilakukan pemeriksaan
N Tensio okuli N
Dakriosistitis (-), dakrioadenitis Sistem Canalis Dakriosistitis (-), dakrioadenitis
(-) Lakrimalis (-)
 Pasien, Tn. M, 47 tahun, datang dengan keluhan mata kiri terasa mengganjal yang memberat sejak 6
bulan terakhir. Pasien merasakan keluhan ini sudah sejak 2 tahun yang lalu. Terdapat selaput putih pada
mata yang terasa mengganjal dan kadang kemerahan. Pasien juga merasakan mata perih, gatal, dan
berair, terutama bila terpapar cahaya mata hari dan debu. Riwayat trauma pada mata disangkal.
Penurunan penglihatan juga disangkal oleh pasien. Pasien sudah sering berobat, mendapatkan obat
tetes mata dan obat minum, tetapi keluhan hilang timbul dan selaput pada mata kiri terasa semakin
melebar.
 Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Riwayat HT (+), DM (+), pemakaian
kacamata (+). Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal. Pekerjaan pasien sehari-hari yaitu
di lapangan dengan paparan cahaya matahari dan debu.
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, dengan tanda tanda vital dan status
general dalam batas normal. Pada pemeriksaan oftalmologi ditemukan :
 OS:
 Visus : 6/60
 Konjungtiva bulbi : pertumbuhan jaringan fibrovaskular (+) arah nasal
 Kornea : pertumbuhan jaringan fibrovaskular (+) berbentuk kerucut, tidak melewati
celah pupil.
Pemeriksaan Anjuran
• Lab darah

Diagnosis Banding
• Pterigium grade 3 OS
• Pseudopterigium OS
• Penguekula OS

Diagnosis Kerja
• Pterigium grade 3 OS
Tatalaksana
• Avulsi pterigium + Conjungtiva Limbal Graft (OS)

Prognosis
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

 Pterigium merupakan pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat degeneratif


dan invasif.

 Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea,
pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal
konjungtiva yang meluas ke daerah kornea.
Epidemiologi Faktor Risiko

Pterigium tersebar di seluruh 1. Usia


dunia, tetapi lebih banyak di 2. Pekerjaan
daerah iklim panas dan kering. 3. Tempat tinggal
Prevalensi juga tinggi di daerah 4. Jenis Kelamin
berdebu dan kering. Insiden 5. Herediter
pterigium cukup tinggi di
6. Infeksi
Indonesia yang terletak di daerah
ekuator, yaitu 22%.
KLASIFIKASI PTERIGIUM
• jika pterigium hanya terdapat pada limbus kornea
1

• jika sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea.
2

• sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan
3 cahaya normal ( diameter pupil dalam keadaan normal sekitar 3 -4 mm)

• pertumbuhan pterigium melewati pupil sehingga mengganggu penglihatan


4
ETIOLOGI

Etiologi pasti belum diketahui, diduga disebabkan

oleh:

 Iritasi kronik dari lingkungan (angin, debu, polutan)

 Cahaya Matahari (paparan sinar UV)


PATOFISIOLOGI

- Paparan UV
-Iritasi kronik mata

↑ regulasi kolagen Degenerasi kolagen elastoid


Pelepasan sitokin
↑ migrasi sel +
berlebihan
angiogenesis Jaringan fibrovaskular subepithelial

Merusak
TGF-β membran bowman
VEGF +
Peradangan
GEJALA KLINIS

- Asimptomatis

- Mata tampak merah dan sering berair

- Merasa seperti ada benda asing yang mengganjal

- Pada pterigium grade 3 dan 4 terjadi penurunan tajam penglihatan


PENEGAKAN DIAGNOSIS

1. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan penderita seperti mata merah, gatal, mata sering berarir,
gangguan penglihatan. Selain itu perlu juga ditanyakan adanya riwayat mata merah berulang, riwayat
banyak bekerja diluar ruangan pada daerah dengan pajanan sinar matahari yang tinggi, serta dapat pula
Penegakkan Diagnosis
ditanyakan riwayat trauma sebelumnya.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi pterigium terlihat sebagai jaringan fibrovaskular pada permukaan konjungtiva. Pterigium
dapat memberikan gambaran yang vaskular dan tebal tetapi ada juga pterigium yang avaskular dan flat.

3. Pemeriksaan Penunjang
- Topografi Kornea
DIAGNOSIS BANDING
1. Pseudopterigium

2. Pinguekula
Penatalaksanaan

Konservatif Operatif
PENATALAKSANAAN
1.Konservatif

Penanganan pterigium pada tahap awal adalah berupa tindakan konservatif seperti

Edukasi pasien untuk mengurangi iritasi maupun paparan sinar ultraviolet dengan menggunakan
kacamata anti UV dan pemberian air mata buatan/topical lubricating drops.

pterigium derajat 1-2 yang mengalami inflamasi, pasien dapat diberikan obat tetes mata kombinasi
antibiotik dan steroid 3 kali sehari selama 5-7 hari.
2. Operatif

Pada pterigium derajat 3-4 dilakukan tindakan bedah dengan eksisi


jaringan fibrovaskular tersebut.
Ada berbagai macam teknik operasi yang digunakan dalam penanganan
pterigium di antaranya adalah:
A. Bare sclera
B. Simple closure
C. Conjungtival graft
D. Amniotic graft
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul pada pterygium, adalah :
 Astigmatisma
 Penglihatan berkurang
 Mata merah
 Iritasi
 Scar (jaringan parut) kronis pada konjungtiva dan kornea
Komplikasi
Komplikasi post eksisi pterygium, adalah:
 Infeksi, reaksi bahan jahitan (benang), diplopia, scar cornea, conjungtiva graft
longgar dan komplikasi yang jarang termasuk perforasi bola mata, vitreous
hemorrhage atau retinal detachment.
 Penggunaan mytomicin C post operasi dapat menyebabkan ectasia atau melting
pada sclera dan kornea.
 Komplikasi yang terbanyak pada eksisi pterygium adalah rekuren pterygium
post operasi.
PROGNOSIS

 Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik.


Kebanyakan pasien dapat beraktivitas lagi setelah 48 jam post operasi.
 Pasien dengan pterigium rekuren dapat dilakukan eksisi ulang dan graft
dengan konjungtiva autograft atau transplantasi membran amnion.
ANALISIS KASUS
ANAMNESIS

KASUS TEORI
 Mata kiri mengganjal, kemerahan, perih, gatal,  Pertumbuhan jar. fibrovaskuler di
berair (+) sejak 2 tahun lalu konjungtiva yang bersifat degeneratif
 Terdapat selaput yang semakin lama semakin dan invasif
melebar
 Faktor risiko : usia, pekerjaan, tempat
 Riwayat trauma (-)
tinggal, jenis kelamin, herediter, infeksi
 Paparan sinar matahari dan debu (+)
 Gejala : asimptomatis, mata merah,
berair, rasa mengganjal, pterigium grade
3-4 penurunan tajam penglihatan
PEMERIKSAAN FISIK

KASUS (OS) TEORI


 Visus : 6/60  Pertumbuhan jar. fibrovaskuler di konjungtiva
 Konjungtiva bulbi : pertumbuhan jaringan bulbi yang dapat meluas sampai ke kornea
fibrovaskular (+) arah nasal  Terdapat 4 derajat dilihat dari perluasan
 Kornea : pertumbuhan jaringan fibrovaskular (+) pertumbuhan jaringan fibrovaskular ke arah
berbentuk kerucut, tidak melewati celah pupil. kornea.
DIAGNOSIS

DIAGNOSIS KERJA

 PTERIGIUM GRADE 3 OS

Diagnosis Banding :
 Pseudopterigium (riwayat trauma pada mata)
 Penguekula (jaringan berbentuk plaq, berwarna putih kekuningan
TATALAKSANA

KASUS TEORI
Avulsi pterigium + CLG (OS)  Grade 3-4 ditatalaksana dengan tindakan
operatif
 Eksisi jaringan fibrovaskular dengan berbagai
macam teknik.
 Bare sclera
 Autograft
 Amniotic graft
THANK YOU
ANY QUESTIONS?

Você também pode gostar