Você está na página 1de 55

LAPORAN KASUS

TONSILITIS KRONIS

Disusun oleh :
Della Maulida Khaerunnisa
01.211.6360

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT


RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. Muarafah
 Umur : 38 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Desa Purwosari RT
01/ RW 04, Sayung Demak
 Pekerjaan : Karyawan Pabrik
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 21 Juni 2018 di Poli THT
RSI Sultan Agung Semarang, pada pukul 09.30 WIB.

Keluhan utama : Nyeri saat menelan.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak 2 bulan yang lalu, penderita mengeluh nyeri pada saat menelan.
Keluhan dirasakan terutama jika penderita memakan makanan padat yang
keras serta makanan makanan yang mengandung vetsin dan minyak. Keluhan
disertai rasa mengganjal pada tenggorokan, batuk yang tidak disertai dahak,
sesak napas dan tidur mengorok dan gangguan tidur karena sesak. Nyeri yang
menjalar sampai ke telinga disangkal penderita. Keluhan tidak disertai demam,
air liur yang banyak hingga menetes keluar, sukar membuka mulut, mulut
berbau dan suara serak. Karena keluhan tersebut penderita berobat ke
Poliklinik RSISA
Keluhan serupa pertama kali dirasakan penderita sejak 1 tahun yang
lalu dan keluhan hilang timbul. Keluhan dirasakan terutama setelah penderita
makan makanan yang pedas, berminyak atau terlalu dingin. Penderita
kemudian berobat ke dokter umum dan dinyatakan menderita sakit amandel.
Penderita diberi obat tetapi tidak ingat nama, jenis dan dosis obat yang
diberikan. Setelah keluhan dirasakan berkurang penderita tidak meneruskan
pengobatannya.
Riwayat bersin berulang, keluar cairan dari hidung (beringus) dan
hidung tersumbat disangkal. Riwayat sakit kepala saat bangun tidur, rasa
penuh di wajah, menelan ingus disangkal. Riwayat sakit telinga ataupun keluar
cairan dari telinga disangkal. Riwayat alergi disangkal.

Melissa Rosari Hartono (030.09.150)


ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama diakui sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat sakit tenggorokan berulang disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat pilek berulang disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat maag disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat Hipertensi disangkal
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa

Riwayat Sosial dan Ekonomi


Pasien adalah seorang karyawan pabrik. Biaya pengobatan ditanggung oleh
BPJS.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Kooperatif : Kooperatif
Status Gizi : Baik
Berat Badan : 60 kg

Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 18 x/menit
S : 36,7 ºC
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala dan Leher
Kepala : Mesosefal
Wajah : Simetris, deformitas (-)
Leher : dbn

Mata
Conjungtiva Anemis (-/-)
Sclera Ikterik (-/-)
Secret (-/-)

Pemeriksaan Jantung, Paru,& Ekstremitas tidak


dilakukan.
STATUS LOKALISATA
A. Telinga
Telinga Luar
Telinga AD AS

Preaurikula Fistel (-) Fistel (-)

Retroaurikula Fistel (-) Fistel (-)

Aurikula Simetris, Nyeri Tarik (-), Simetris, Nyeri Tarik (-),


Kelainan Kongenital (-) Kelainan Kongenital (-)

Tragus pain Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)

Mastoid Nyeri ketok (-) Nyeri ketok (-)


STATUS LOKALISATA
A. Telinga
CAE
Canalis Akustikus Eksternus AD AS

Mukosa dbn Dbn

Discharge (-) (-)

Serumen (-) (-)

Granulasi (-) (-)

Furunkel (-) (-)

Jamur (-) (-)

Corpus alienum (-) (-)


STATUS LOKALISATA
A. Telinga
Membran Timpani

Membran Timpani AD AS

Warna Putih mengkilat Putih mengkilat

Reflek cahaya (+) (+)

Perforasi (-) (-)

Bulging (-) (-)


STATUS LOKALISATA
B. Hidung & Sinus Paranasal
Hidung Luar

Bentuk dbn

Massa (-)

Deformitas (-)

Radang (-)
STATUS LOKALISATA
B. Hidung & Sinus Paranasal
Sinus Paranasal

Sinus Etmoid Sinus Frontal Sinus Maxilla

Hiperemis (-) (-) (-)

Nyeri Tekan (-) (-) (-)

Nyeri Ketok (-) (-) (-)

Oedem (-) (-) (-)


STATUS LOKALISATA
B. Hidung & Sinus Paranasal
Rinoskopi Anterior

Cavum Nasi Dextra Sinistra


Konka nasi inferior Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Oedem (-) Oedem (-)
Hiperemi (-) Hiperemi (-)

Septum Nasi Deviasi (-) Deviasi (-)


Discharge (-) (-)
Sekret (-) (-)
Massa (-) (-)
STATUS LOKALISATA
C. Tenggorok
Nasofaring : Pemeriksaan Rinoskopi Posterior
tidak dilakukan
Orofaring
•Mukosa Bukal : Hiperemis (+)
•Gigi geligi : dbn
•Lidah : dbn
•Uvula : di tengah, dalam batas normal
•Palatum : Hiperemis (-)
•Arcus faring : Hiperemis (-), granulasi (-)
•Faring : Hiperemis (-), permukaan tidak rata (-),
granulasi (-)
•Adenoid : Sulit dinilai
STATUS LOKALISATA
TONSIL

Tonsil Dextra Sinistra

Ukuran T2 T2

Warna Hiperemis (+) Hiperemis (+)

Kripte melebar melebar

Permukaan rata (-) rata (-)

Detritus (-) (-)

Laringofaring : Tidak dilakukan pemeriksaan


STATUS LOKALISATA
D. Kepala Dan Leher
Kepala : Mesosepal
Wajah : Tidak ada kelainan
Leher : dbn

E. Gigi dan Mulut


Gigi dan mulut: Caries (-)
Lidah : dbn
Palatum : simetris , radang (-)
Usulan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah
rutin: Hb, Leukosit,
Ht, Trombosit
RESUME
Seorang wanita berusia 38 tahun, datang ke Poli THT RSI Sultan Aung
Semarang dengan keluhan utama nyeri saat menelan (odinophagia). Sejak 2 minggu
sebelum masuk Rumah sakit, penderita mengeluh nyeri saat menelan, terutama jika
memakan makanan yang keras serta memakan makanan yang mengandung vetsin dan
minyak. Rasa mengganjal pada tenggorokan dan batuk tanpa dahak diakui oleh
penderita. Sesak napas, tidur mengorok dan gangguan tidur karena sesak juga diakui
oleh penderita.
Keluhan serupa pertama kali dirasakan penderita sejak 1 tahun yang lalu dan
keluhan dirasakan hilang timbul oleh penderita. Keluhan dirasakan terutama setelah
penderita makan makanan yang pedas, berminyak atau cuaca terlalu dingin. Penderita
kemudian berobat ke dokter umum dan didiagnosis tonsilitis. Penderita diberi obat tetapi
tidak ingat nama, jenis dan dosis obat yang diberikan. Setelah keluhan dirasakan
berkurang, penderita tidak meneruskan pengobatannya. Riwayat rhinitis (-), Riwayat
sinusitis (-), Riwayat otitis (-), Riwayat alergi (-), Riwayat penyakit TB (-)
RESUME
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama diakui sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat sakit tenggorokan berulang disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat maag disangkal

Hasil Pemeriksaan :
Leher : dbn
Telinga : dbn
Hidung : Rinoskopi Anterior
RESUME
Rinoskopi Anterior

Cavum Nasi Dextra Sinistra


Konka nasi inferior Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Oedem (-) Oedem (-)
Hiperemi (-) Hiperemi (-)

Septum Nasi Deviasi (-) Deviasi (-)


Discharge (-) (-)
Sekret (-) (-)
Massa (-) (-)
RESUME
C. Tenggorok
Nasofaring : Pemeriksaan Rinoskopi Posterior
tidak dilakukan
Orofaring
•Mukosa Bukal : Hiperemis (+)
•Lidah : dbn
•Uvula : di tengah, dalam batas normal
•Palatum : Hiperemis (-)
•Arcus faring : Hiperemis (-), granulasi (-)
•Faring :Hiperemis (-), permukaan tidak rata (-),
granulasi (-)
•Adenoid : Sulit dinilai
RESUME
TONSIL

Tonsil Dextra Sinistra

Ukuran T2 T2

Warna Hiperemis (+) Hiperemis (+)

Kripte melebar melebar

Permukaan rata (-) rata (-)

Detritus (-) (-)

Laringofaring : Tidak dilakukan pemeriksaan


DIAGNOSA BANDING
Tonsilitis Kronis

Tonsilitis Akut

Tonsilitis Akut
DIAGNOSA KERJA
Tonsilitis Kronis
TERAPI

Medikamentosa
Antibiotik : Viccilin 2 x 150 mg
Analgetik : Paracetamol 3 x 500 mg

Non Medikamentosa
Istirahat yang cukup
Diet makanan lunak
Peningkatan higiene mulut
EDUKASI

Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita pasien.


Menjelaskan kepada pasien untuk diet makanan lunak
Minum obat secara teratur sesuai dosis dan istirahat yang cukup.
PROGNOSA

•Quo ad Vitam : ad bonam


•Quo ad Sanam : ad bonam
•Quo ad Fungsionam : ad bonam
Tinjauan Pustaka
Tonsilitis Kronis
Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil
palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri
atas susunan kelenjar limfa yang terdapat
di dalam rongga mulut yaitu: tonsil
laringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsila
faucial), tonsila lingual (tonsila pangkal
lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band
dinding faring/ Gerlach’s tonsil).
Anatomi PHARYNX

Pharynx terletak dibelakang cavum


nasi, mulut, dan larynx. Bentuknya mirip corong
dengan bagian atasnya yang lebar terletak di
bawah cranium dan bagian bawahnya yang
sempit dilanjutkan sebagai eosophagus setinggi
vertebra cervicalis enam. Dinding pharynx terdiri
atas tiga lapis yaitu mucosa, fibrosa, dan
muscular
Pembagian Pharinx

1. Nasopharynx
2. Oropharynx
3. Laryngopharynx
Struktur pada Oropharynx

Struktur yang terdapat


di rongga orofaring adalah
dinding posterior pharynx,
tonsil palatina, fossa tonsila
serta arcus pharynx anterior
dan posterior, uvula, tonsila
lingual dan foramen sekum
Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari
jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus didalamnya. Terdapat tiga
macam tonsil yaitu tonsila faringeal (adenoid),
tonsil palatina dan tonsila lingual yang ketiga-
tiganya membentuk lingkaran yang disebut
cincin Waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya
disebut tonsil saja terletak didalam fossa tonsil.
Pada kutub atas tonsil sering kali ditemukan
celah intratonsil yang merupakan sisa kantong
pharynx yang kedua. Kutub bawah tonsil
biasanya melekat pada dasar lidah.

Gambar 4. Cincin Waldeyer


Neurovaskularisasi pharynx
SISTEM LIMFATIK PHARYNX

Aliran limfa dari dinding


faring dapat melalui 3 saluran, yakni
superior, media dan inferior. Saluran
limfa superior mengalir ke kelenjar
getah bening retrofaring dan kelanjar
getah bening servikal dalam atas.
Saluran limfa media mengalir ke
kelenjar getah bening jugulo-digastrik
dan kelanjar servikal dalam atas,
sedangkan saluran limfa inferior
mengalir ke kelenjar getah bening
servikal dalam bawah
IMUNOLOGI

Tonsil merupakan jaringan kelenjar limfa yang berbentuk oval


yang terletak pada kedua sisi belakang tenggorokan. Dalam keadaan
normal tonsil membantu mencegah terjadinya infeksi. Tonsil bertindak
seperti filter untuk memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke
tubuh melalui mulut dan sinus. Tonsil juga menstimulasi sistem imun
untuk memproduksi antibodi untuk membantu melawan infeksi. Tonsil
berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil
tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsilaris, daerah yang kosong
diatasnya dikenal sebagai fossa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral
orofaring. Secara mikroskopik tonsil terdiri atas tiga komponen yaitu
jaringan ikat, folikel germinativum (merupakan sel limfoid) dan jaringan
interfolikel (terdiri dari jaringan limfoid). Lokasi tonsil sangat
memungkinkan terpapar benda asing dan patogen, selanjutnya
membawanya ke sel limfoid. Aktivitas imunologi terbesar tonsil
ditemukan pada usia 3 – 10 tahun.
EPIDEMIOLOGI
Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak, namun jarang terjadi pada anak-
anak muda dengan usia lebih dari 2 tahun. Tonsilitis yang disebabkan oleh spesies
Streptococcus biasanya terjadi pada anak usia 5-15 tahun, sedangkan tonsilitis virus
lebih sering terjadi pada anak-anak muda.2,12 Data epidemiologi menunjukkan bahwa
penyakit Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang sering terjadi pada usia 5-10 tahun
dan dewasa muda usia 15-25 tahun. Dalam suatu penelitian prevalensi karier Group A
Streptokokus yang asimptomatis yaitu: 10,9% pada usia kurang dari 14 tahun, 2,3% usia
15-44 tahun, dan 0,6 % usia 45 tahun keatas. Menurut penelitian yang dilakukan di
Skotlandia, usia tersering penderita Tonsilitis Kronis adalah kelompok umur 14-29
tahun, yakni sebesar 50 % . Sedangkan Kisve pada penelitiannya memperoleh data
penderita Tonsilitis Kronis terbanyak sebesar 294 (62 %) pada kelompok usia 5-14
tahun.
Etiologi

 Etiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan


ulangan dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakan
permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi bila
fase resolusi tidak sempurna
 Infeksi bakteri
Faktor predisposisi

 Rangsangan menahun (kronik) rokok dan beberapa jenis


makanan
 Higiene mulut yang buruk
 Pengaruh cuaca
 Kelelahan fisik
 Pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat
PATOMEKANISME

Tonsillitis berawal dari penularan yang terjadi melalui droplet


dimana kuman menginfiltrasi lapisan epitel. Adanya infeksi berulang
pada tonsil menyebabkan pada suatu waktu tonsil tidak dapat
membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian bersarang di
tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil
berubah menjadi sarang infeksi (fokal infeksi) dan suatu saat kuman
dan toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada saat
keadaan umum tubuh menurun. Bila epitel terkikis maka jaringan
limfoid superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan radang
dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Karena proses radang
berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid
diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga
kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus.
Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya
menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fossa tonsilaris.
Pada anak disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submadibularis
Manifestasi klinis

• nyeri tenggorokan yang berulang atau menetap


• obstruksi pada saluran cerna dan saluran napas
• demam
• pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak
rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Terasa
ada yang mengganjal di tenggorokan, tenggorokan terasa kering dan
napas yang berbau.Pada tonsillitis kronik juga sering disertai
halitosis dan pembesaran nodul servikal.
• Pada umumnya terdapat dua gambaran tonsil yang secara
menyeluruh dimasukkan kedalam kategori tonsillitis kronik berupa (a)
pembesaran tonsil karena hipertrofi disertai perlekatan kejaringan
sekitarnya, kripta melebar di atasnya tertutup oleh eksudat yang
purulent. (b) tonsil tetap kecil, bisanya mengeriput, kadang-kadang
seperti terpendam dalam “tonsil bed” dengan bagian tepinya
hiperemis, kripta melebar dan diatasnya tampak eksudat yang
purulent.
grade pembesaran tonsil
• T0 : Tonsil masuk di dalam fossa
• T1 : <25% volume tonsil dibandingkan
dengan volume orofaring
• T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan
dengan volume orofaring
• T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan
dengan volume orofaring
• T4 : >75% volume tonsil dibandingkan
dengan volume orofaring
Pemeriksaan Penunjang

Mikrobiologi

Histopatologi
D
I
A
G
N
O
S
I
S
Diagnosis Banding

 Tonsillitis difteri
 Angina Plaut Vincent (stomatitis ulseromembranosa)

 Faringitis

 Faringitis Leutika

 Faringitis Tuberkulosis
Penatalaksanaan

Non Operatif Operatif

Non
medikamentosa tonsilektomi
medikamentosa
Indikasi Tonsilektomi
a. Serangan tonsillitis lebih dari 3x pertahun walaupun telah mendapat terapi yang adekuat

b. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan
orofacial

c. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleepapneu,
gangguan menelan, gangguan berbicara dan cor pulmonale.

d. Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak berhasil hilang
dengam pengobatan

e. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan

f. Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Streptokokus beta hemolitikus

g. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan

h. Otitis media efusa/otitis media supuratif


Kontraindikasi Tonsilektomi

• gangguan perdarahan
• risiko anestesi yang besar
• penyakit berat
• Anemia
• infeksi akut yang berat
Teknik Operasi Tonsilektomi
 Diseksi: Dikerjakan dengan menggunakan Boyle-Davis mouth gag, tonsil dijepit
dengan forsep dan ditarik ke tengah, lalu dibuat insisi pada membran mukus. Dilakukan
diseksi dengan disektor tonsil atau gunting sampai mencapai pole bawah dilanjutkan
dengan menggunakan senar untuk menggangkat tonsil.
 Guilotin: Tehnik ini sudah banyak ditinggalkan. Hanya dapat dilakukan bila tonsil
dapat digerakkan dan bed tonsil tidak cedera oleh infeksi berulang.
 Elektrokauter: Kedua elektrokauter unipolar dan bipolar dapat digunakan pada tehnik
ini. Prosedur ini mengurangi hilangnya perdarahan namun dapat menyebabkan
terjadinya luka bakar.
 Laser tonsilektomi: Diindikasikan pada penderita gangguan koagulasi. Laser KTP-512
dan CO2 dapat digunakan namun laser CO2 lebih disukai.tehnik yag dilakukan sama
dengan yang dilakukan pada tehik diseksi.
Komplikasi Tonsilektomi
 Immediate and Delayed Hemorrhage
 Postoperative Airway Compromise :Jarang terjadi, biasanya disebabkan oleh terlepasnya
bekuan-bekuan, terlepasnya jaringan adenotonsillar, post operasi edema oropharingeal,
atau hematom retropharyngeal.
 Dehidrasi
 Pulmonary Edema : Disebabkan oleh pembebasan secara tiba-tiba jalan napas yang
obstruksi karena hipertropi adenotonsillar yang lama, mengakibatkan penurunan
mendadak tekanan intratoracal, peningkatan volume darah paru, dan peningkatan tekanan
hidrostatik yang dapat terjadi segera atau beberapa jam setelah pembebasan jalan napas.
 Nasopharyngeal Stenosis : komplikasi yang jarang dari jaringan parut
 Eustachian Tube Dysfunction
 Aspiration Pneumonia : jarang terjadi, biasanya akibat aspirasi dari bekuan darah
KOMPLIKASI

Abses peritonsil
Abses parafaring.
Abses intratonsilar.
Tonsilolith (kalkulus tonsil
Kista tonsilar.
Fokal infeksi dari demam rematik dan glomerulonephritis.
Prognosis
Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari
dengan beristrahat dan pengobatan suportif. Menangani
gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita
Tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotika diberikan untuk
mengatasi infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi
sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan
bila penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu yang
singkat. Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi
indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas
lainnya, infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi pada
telinga dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, Tonsilitis
dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam
rematik atau pneumonia
LELLY KURNIA F (01.210.6207)

Você também pode gostar