Você está na página 1de 49

ANATOMI LARINGS

Bakti Setio

BAGIAN THT FK UNS


SURAKARTA
Anatomi
Larings

Sphincter

Mencegah masuknya makanan dan benda


asing lainnya ke dalam saluran nafas,
membantu membentuk tekanan yang kuat
dalam proses batuk.
Anatomi

 Larings terletak setinggi vertebra servikalis


III – IV

 pada laki-laki letaknya lebih rendah dari


pada anak-anak dan wanita,

 diameter larings laki-laki lebih besar dari


pada larings wanita.
Anatomi

 Panjang, diameter transversal dan


anteroposterior :
- 44 mm, 43 mm dan 36 mm (pria)
- 36 mm, 41 mm dan 26 mm (wanita)
Larings

Kartilago
Ligamentum
Jaringan membran
Otot
Membrana mukosa
Glottis
 Fissura antara plica
vokalis anterior dan
prosesus vokalis
 Panjang glottis :
- 23 mm pada laki-laki
- 16-17 mm pada wanita
 Bentuk berubah sesuai
dengan phonasi dan
respirasi
 Pars membranacea dan
pars intercartilaginea
Subglottis
 Bagian bawah cavitas larings
 Plika vokalis – batas bawah cartilago
cricoid
 Bagian atas berbentuk elips, bagian
bawah berbentuk sirkular
Kartilago larings
 1) Kartilago tunggal,
yaitu : kartilago tiroid,
krikoid dan epiglotika

 2) kartilago sepasang,
yaitu : kartilago
aritenoid, kornikulata
(Wresbegi) dan
kartilago kuneiforme
(Santorini).
Kartilago thyroid

 Seperti perisai
 2 lamina bertemu di tengah
 Sudut pertemuan antar lamina : 90°
(pria) dan 120° (wanita)  pada pria
lebih mudah dipalpasi  adam’s apple
(laringeal prominen)
2 cornu : superior dan inferior
 linea oblique pada permukaan luar 
perlekatan m. thyrohyoid, m.
sternohyoid, dan m. konstriktor
inferior
 Ligamen thyroepiglotis melekat di
‘thyroid notch’
 Ligamen vokal, lig. Thyroarytenoid,
thyroepiglotis melekat di masing-
masing sisi tepi lateral lamina
Kartilago arytenoid
 Terdiri 2 kartilago
 Prosesus vokalis  perlekatan vokal
fold
 Lateral  m. krikoaritenoid posterior
dan lateral
 Basis berbentuk konkaf

 Permukaan artikulasi berbentuk


silindris memungkinkan pergerakan
rotasi yang lebih leluasa
 Kartilago
kornikulata dan
kuneiforme
Fibrokartilago elastik
Sendi sinovial

 Kartilago epiglotis
Tipis, seperti daun,
fibrokartilago
Bagian tepi melekat pada
cartilago arytenoid
Permukaan posterior
berbetuk konkaf
Pre epiglotic space
Kalsifikasi kartilago

 Kartilago Kornikulata, kuneiformei,


epiglotis, arytenoid  fibrokartilago
elastik, kecil kemungkinan untuk
mengalami kalsifikasi
Kalsifikasi kartilago

 Kartilago thyroid, cricoid, sebagian besar


arytenoid merupakan kartilago hialin yang
dapat mengalami kalsifikasi  awal umur 20
tahun
 Kalsifikasi kartilago thyroid dimulai dari
cornu inferior
Kalsifikasi kartilago

 Kalsifikasi pada bagian posterior


kartilago krikoid dan arytenoid sering
kali dilihat sebagai benda asing pada
penilaian secara radiologi (terjadi pada
dekade ke-4), prosesus vokalis
cenderung tidak mengalami
penulangan.
Kartilago krikoid
 satu-satunya kartilago yang membentuk
cincin secara utuh
 Membentuk dinding anterior, lateral dan
posterior dari laring bawah
 Terdiri dari lamina dan arcus
 Sendi yang ada merupakan sendi sinovial
dengan terbungkus kapsular ligamen
 Permukaan dilapisi dengan membran
mukus
Ligamentum dan jaringan
membran

 1) intrinsik: membran elastik, konus


elastikus dan ligamentum
tiroepiglotika.

 2) ektrinsik: membran tirohiod,


membran krikotrakealis, limentum
tirohiod lateral dan ligamentum
hioepiglotikum
Ligaments and cartilages
Ligaments and cartilages
Otot ekstrinsik larings
 1) bersifat elevator:
m. tirohiod, m stilohiod,
m.milohiod, m.digastrikus,
m.stilofaring dan m.palatofaring

 2) bersifat depressor:
m. omohiod, m. sternohiod dan
m.sternotiroideus.
RIMA GLOTTIDIS
Interior larings

 Cavitas laring dimulai dari pharing di


pintu masuk laring sampai dengan
lumen trachea bagian atas
 Terbagi oleh vestibuler dan vokal fold
menjadi 3 kompartemen, yaitu :
 vestibuler superior
 ventrikel atau sinus laring
 ruang subglotis
 Ventrikel larings
 terletak antara plica vestibular dan
plica vokalis
 Plika vestibular
 2, tebal, dibalut oleh membran mukus,
masing-masing dibatasi oleh jaringan
fibrous yaitu ligamen vestibular
 Plika vokalis
 2 pita
 struktur berlapis
 mukosa dan otot
 mukosa terbagi menjadi ep.stratified
sqamous dan lamina propia
 lapisan superfisial dari lamina propia 
reinke’s space (vibrasi terbentuk saat bersuara)
 lapisan intermediate : serabut elastis
 lapisan dalam : serabut kolagen
Otot intrinsik larings
1. m. krikoaritenoid posterior: yang berfungsi
untuk membuka rima glottis,
2. m. krikoaritenoid lateralis, m. inter-aritenoid
tranversa dan m. tiro-aritenoid eksterna ;
yang berfungsi menutup rima glottis,
3. m. vokalis dan m. krikotiroid: yang
berfungsi menegangkan ligantum vokalis,
4. m. tiro-epiglotika: yang berfungsi membuka
aditus larings,
5. m. inter-aritenoid obliqus dan m. ari-
epiglotika.
Membrana mukosa larings
 Membrana mukosa larings merupakan
lanjutan mukosa farings dan trakea.
Epitel bagian atas larings dan plika
vokalis yaitu epitel skuamus kompleks,
sedangkan yang di bawah plika vokalis
eptel kolumner bersilia.
Membrana mukosa larings
Vaskularisasi larings
 Vaskularisasi larings, mendapat darah
dari a. tiroidea superior cabang a.
karotis eksterna dan a. tiroidea inferior
cabang a. subklavia.
Innervasi larings
 1) n. laringeus superior yang memberikan
cabang internus (sensoris) ke epiglottis,
mukosa laring di atas plika vokalis dan
cabang eksternus (motoris) ke m.
krikotiroideus.

 2) n. laringeus inferior cabang anterior


(motoris) ke otot intrinsic laring kecuali m.
krikotroideus, dan cabang posteromedialnya
(sensoris) ke mukosa kaudal.
Sistem limfatika pada laring
dibagi atas
 1) supraglotis atau di atas plika vokalis;
yaitu vasa limfatika menuju ke glandula pre-
epiglotika dan glandula servikalis profunda
bagian superior.

 2) subglotis atau dibawah plika vokalis; vasa


limfatika menuju ke glandula pre laringeal
dan glandula pre trakeal serta ke glandula
servikalis profunda bagian inferior.

 3) glotis, di daerah ini vasa limfatika sedikit


atau boleh dikatakan tidak ada.
Fisiologi larings

1. Proteksi
2. Fonasi
3. Respirasi
4. Fiksasi
1. Proteksi

mekanisme menutupnya aditus laring saat


proses menelan untuk mencegah masuknya
makanan ke dalam laring.

Menutupnya glotis , terjadi refleks mengikuti


menutupnya laring.

Refleks batuk yang merupakan mekanisme


refleks untuk melontarkan partikel-partikel
yang menempel pada mukosa laring, karena
fungsi ini laring dinyatakan sebagai ‘ wacth
dog of lungs’.
 Adanya lizosim yang bersifat bakteriosid dan
bakteriostatik yang terdapat pada mukosa
laring serta silia yang terdapat pada mukosa
laring yang bergerak ke atas / ke
hipofgaring , sehingga partikel-partikel yang
terlarut pada mukosa laring akan ikut
tertelan pada proses penelanan.

 Mengistirahatkan respirasi, terjadi automatis


karena rangsangan makanan pada n. IX (
nervus glosofaringeus ) di dinding posterior
faring dan pangkal lidah.
2. Fonasi

Plika vokalis akan bergetar / vibrasi


dan bergerak adduksi karena
hembusan udara dari paru-paru
sehingga menimbulkan bunyi yang
akan diperkeras oleh organ-organ
resonator, yaitu organ diatas dan
dibawah larings.
3. Respirasi: plika vokalis menjauh
(abduksi) pada inspirasi dan mendekat
(adduksi ) pada ekspirasi.

4. Fiksasi: bila laring tertutup maka


thoraks terfiksir. Terjadi pada saat
tertentu yaitu: memanjat , mengejan
dan defekasi.

Você também pode gostar