Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut
dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina (Ilyas, S. 2008). Ablasio retina
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel
akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang
bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap (Ilyas,
S.2011)
Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu
Ablasio retina lebih banyak terjadi pada usia 40-70 tahun, tetapi bisa terjadi
pada anak-anak dan remaja lebih banyak karena trauma.
Epidemiologi (2)
Kadang-kadang proses penuan yang normalpun dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan
kurang sehat, tetapi yang lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina
adalah menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian
tengah mata.
Bila korpus vitreum menyusut, ia dapat menarik sebagian retina bersamanya, sehingga
menimbulkan robekan atau lubang pada retina.
Walaupun beberapa jenis penyusutan korpus vitreum merupakan beberapa hal yang normal
terjadi pada peningkatan usia dan biasanya tidak menimbulkan kerusakan pada retina,
korpus vitreum dapat pula menyusut pada bola mata yang tumbuh menjadi besar sekali
(kadang-kadang ini merupakan akibat dari rabun jauh), oleh peradangan, atau karena
trauma.
Bila sudah ada robekan-robekan, retina cairan encer seperti air dapat
masuk dari korpus vitreum kelubang di retina dan dapat mengalir
diantara retina dan dinding bagian belakang.
Cairan ini akan memisahkan retina dari dinding mata bagian belakang
dan mengakibatkan retina lepas.
Bagian retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan di
daerah itu timbul penglihatan kabur atau daerah buta
Klasifikasi
Klasifikasi ablasio retina berdasarkan etiologinya, terdiri atas :
1. Ablasio retina regmatogenosa
Pada ablasio retina regmatogenosa dimana ablasio terjadi akibat adanya robekan
pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan
retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk
melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan
retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.
Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat
dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.
Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasio) bergoyang. Kadang-
kadang terdapat pigmen di dalam badan kaca. Pada pupil terlihat adanya defek
aferen pupil akibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat
meninggi bila telah terjadi neovaskular glaukoma pada ablasio yang telah lama.
2. Ablasio retina tarikan atau traksi
Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut
pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasio retina dan penglihatan turun
tanpa rasa sakit.
Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes
mellitus proliferatif, trauma dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau
infeksi.
1. Anamnesis
Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah:
– Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena
adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas
atau degenerasi vitreus itu sendiri.
1. Retinopeksi pneumatik
Retinopati pneumatik merupakan cara yang paling banyak pada ablasio retina
regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada superior retina.
Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas
ke dalam vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina.
Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal akan
menghilang 1-2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kryopeksi
sebelum balon disuntikkan.
Pasien harus mempertahankan posisi head precise selama 7-10 hari untuk
meyakinkan gelembung terus menutupi robekan retina.
2. Scleral buckle
Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa
terutama tanpa disertai komplikasi lainnya.
Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah
robekan retina. Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau
silikon padat.
Pertama-tama dilakukan kryopeksi atau laser untuk memperkuat
perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina.
Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada robekan
retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut.
Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara
spontan dalam waktu 1-2 hari
3. Vitrektomi
Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio
akibat diabetes, ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau
hemoragik vitreus.
Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada bola mata
kemudian memasukkan instrumen hingga ke cavum melalui pars plana.
Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi,
maka dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif, PVR).
PVR dapat menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina lebih lanjut.
Prognosis
Ilyas S, dkk. Ablasio retina. In: Sari ilmu penyakit mata. Cetakan
ke-4. Gaya Baru Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia