Você está na página 1de 20

Ablasio Retina

Shafira Dwi Resnasari


161 0211 119
Definisi

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut

dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina (Ilyas, S. 2008). Ablasio retina

dapat menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan yang menetap.

Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel

akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang

bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap (Ilyas,

S.2011)

Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu

perlengketan struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan

titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.


Epidemiologi (1)
Insiden ablasio retina di Amerika Serikat adalah 1:15.000 populasi dengan
prevalensi 0,3%.
Sumber lain menyatakan bahwa insidens ablasio retina di Amerika Serikat adalah
12,5:100.000 kasus per tahun atau sekitar 28.000 kasus per tahun.

Secara internasional, faktor penyebab ablasio retina terbanyak adalah :


• Miopia 40-50%
• Operasi katarak (afakia, pseudofakia) 30-40%, dan
• Trauma okuler 10-20%.

Ablasio retina lebih banyak terjadi pada usia 40-70 tahun, tetapi bisa terjadi
pada anak-anak dan remaja lebih banyak karena trauma.
Epidemiologi (2)

Ablasio retina regmatogenosa merupakan ablasio retina yang paling


sering terjadi. Sekitar 1 dari 10.000 populasi normal akan mengalami
ablasio retina regmatogenosa. Kemungkinan ini akan meningkat pada
pasien yang:
· Memiliki miopia tinggi;
· Telah menjalani operasi katarak, terutama jika operasi ini
mengalami komplikasi kehilangan vitreus;
· Pernah mengalami ablasio retina pada mata kontralateral;
· Baru mengalami trauma mata berat.
Etiologi
Sebagian besar lepasnya retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan-robekan
kecil atau lubang-lubang di retina.

Kadang-kadang proses penuan yang normalpun dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan
kurang sehat, tetapi yang lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina
adalah menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian
tengah mata.

Bila korpus vitreum menyusut, ia dapat menarik sebagian retina bersamanya, sehingga
menimbulkan robekan atau lubang pada retina.
Walaupun beberapa jenis penyusutan korpus vitreum merupakan beberapa hal yang normal
terjadi pada peningkatan usia dan biasanya tidak menimbulkan kerusakan pada retina,
korpus vitreum dapat pula menyusut pada bola mata yang tumbuh menjadi besar sekali
(kadang-kadang ini merupakan akibat dari rabun jauh), oleh peradangan, atau karena
trauma.
Bila sudah ada robekan-robekan, retina cairan encer seperti air dapat
masuk dari korpus vitreum kelubang di retina dan dapat mengalir
diantara retina dan dinding bagian belakang.

Cairan ini akan memisahkan retina dari dinding mata bagian belakang
dan mengakibatkan retina lepas.

Bagian retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan di
daerah itu timbul penglihatan kabur atau daerah buta
Klasifikasi
Klasifikasi ablasio retina berdasarkan etiologinya, terdiri atas :
1. Ablasio retina regmatogenosa
Pada ablasio retina regmatogenosa dimana ablasio terjadi akibat adanya robekan
pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan
retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk
melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan
retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.
Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat
dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.
Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasio) bergoyang. Kadang-
kadang terdapat pigmen di dalam badan kaca. Pada pupil terlihat adanya defek
aferen pupil akibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan dapat
meninggi bila telah terjadi neovaskular glaukoma pada ablasio yang telah lama.
2. Ablasio retina tarikan atau traksi
Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut
pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasio retina dan penglihatan turun
tanpa rasa sakit.
Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes
mellitus proliferatif, trauma dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau
infeksi.

3. Ablasio retina eksudatif


Ablasio retina eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat
di bawah retina dan mengangkat retina.
Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh
darah retina dan koroid (ekstravasasi).
Hal ini disebabkan penyakit koroid.
Pada ablasio tipe ini penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat.
Ablasio ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya
berkurang atau hilang.
Diagnosis
Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
oftalmologi dan pemeriksaan penunjang, sebagai berikut :

1. Anamnesis
Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah:
– Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena
adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas
atau degenerasi vitreus itu sendiri.

– Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di


sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam
keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap.

– Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya


sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan
yang telah lanjut dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang lebih berat.
2. Pemeriksaan oftalmologi
– Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat
terlibatnya makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan
kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila
makula lutea ikut terangkat.

– Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti


tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio
retina, pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan
fotopsia.

– Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis


ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi.
Pada pemeriksaan ini ablasio retina dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan
pengangkatan retina.
Retina tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid.
Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh
koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari
darah dan pigmen atau ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas.
3. Pemeriksaan Penunjang
– Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya
penyakit penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun
kelainan darah.

– Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi


juga digunakan untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis
lain yang menyertainya seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing
intraokuler.
Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang
menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior
skleritis.
Penatalaksanaan
Prinsip Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk melekatkan kembali
lapisan neurosensorik ke lapisan epitel pigmen retina. Penanganannya
dilakukan dengan pembedahan, pembedahan ablasio retina dapat dilakukan
dengan cara:

1. Retinopeksi pneumatik
Retinopati pneumatik merupakan cara yang paling banyak pada ablasio retina
regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada superior retina.
Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas
ke dalam vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina.
Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal akan
menghilang 1-2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kryopeksi
sebelum balon disuntikkan.
Pasien harus mempertahankan posisi head precise selama 7-10 hari untuk
meyakinkan gelembung terus menutupi robekan retina.
2. Scleral buckle
Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa
terutama tanpa disertai komplikasi lainnya.
Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah
robekan retina. Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau
silikon padat.
Pertama-tama dilakukan kryopeksi atau laser untuk memperkuat
perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina.
Sabuk dijahit mengelilingi sklera sehingga terjadi tekanan pada robekan
retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut.
Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara
spontan dalam waktu 1-2 hari
3. Vitrektomi
Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio
akibat diabetes, ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau
hemoragik vitreus.

Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada bola mata
kemudian memasukkan instrumen hingga ke cavum melalui pars plana.

Setelah itu pemotongan vitreus dengan pemotong vitreus. Teknik dan


instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio.
Komplikasi
Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang paling
umum terjadi pada ablasio retina.

Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan atau persepsi cahaya adalah


komplikasi yang sering dari ablasio retina yang melibatkan makula.

Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi,
maka dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif, PVR).
PVR dapat menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina lebih lanjut.
Prognosis

Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya


ablasio, diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan.
Terapi yang cepat prognosis lebih baik.
Prognosis lebih buruk bila mengenai makula atau jika telah
berlangsung lama.
Jika makula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali
retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik.
Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam
penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas S, dkk. Ablasio retina. In: Sari ilmu penyakit mata. Cetakan
ke-4. Gaya Baru Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Ablasi retina. In: Oftalmologi


umum. 14th ed. Widya Medika

James B.,dkk. Ablasi retina. In: Oftalmologi. 9th ed.


Erlangga:Ciracas Jakarta

Você também pode gostar