Você está na página 1de 15

ANALISIS TENSOR

KELOMPOK 3
DAFTAR ISI

• Pengertian Tensor
I

• Skalar , vektor, tensor dan contohnya


II

• Penerapan Tensor dalam Fisika


III
Pengertian tensor
Yang memperkenalkan Tensor

• Kata tensor diperkenalkan pada tahun 1846


oleh William Rowan Hamilton untuk
menggambarkan operasi norma dalam suatu sistem
aljabar jenis (akhirnya dikenal sebagai aljabar
Clifford). Kata tensor digunakan dalam arti seperti
saat ini olehWoldemar Voigt pada 1898

Pengertian Tensor

• Tensor adalah generalisasi dari skalar dan vektor dan


menghasilkan satu vektor.
Skalar Vector & Tensor

 Skalar
merupakan tensor range nol (n=0). Mempunyai 1 komponen. Contoh :
Kelajuan (v), Jarak (s), dan Energi (E).
 Vektor
merupakan tensor range 1 (n=1). Mempunyai 3 komponen yaitu komponen
sumbu x, sumbu y, dan sumbu z pada koordinat kartesian. Dan tetap
mempunyai 3 komponen untuk sistem koordinat yang lain. Contoh : Posisi (r) ,
terdiri dari rx , ry , rz , kecepatan (v), dan gaya (F).
 Sedangkan Tensor itu sendiri merupakan tensor range lebih dari 1 (n>1).
Contoh Tensor
 Sebagai contoh besaran tensor rank − 2
yang representasinya dinyatakan oleh
matriks 3 x 3 adalah tensor tekanan yang
dilambangkan dengan𝑃.ሷ Misalkan terdapat
suatu volume berbentuk kubus yang pada
bidang tegak lurus arah sumbu x mengalami
tekanan dan geseran, sebagaimana
diilustrasikan dalam Gambar 1. Terlihat
bahwa pada 𝑦 − 𝑧 mengalami tekanan
𝑃𝑥𝑥 yang merupakan gaya persatuan luas
𝐹𝑥 Τ𝐴𝑥 sedangkan bidang 𝑥 − 𝑧 dan 𝑥 −
𝑦mengalami geseran 𝑃𝑥𝑦 = 𝐹𝑥 Τ𝐴𝑦 dan 𝑃𝑥𝑧 =
𝐹𝑥 Τ𝐴𝑧
berturut-turut dimana 𝐴𝑥 , 𝐴𝑦 , 𝐴𝑧 adalah luas masing-masing bidang, maka untuk
menentukan besar gaya total 𝐹𝑥 dalam arah x yang bekerja pada kubus tersebut,
maka tekanan dan geseran yang dimaksud dapat dinyatakan dalam bentuk matriks
baris berikut:
𝑃𝑥𝑥 𝑃𝑥𝑦 𝑃𝑥𝑧 (1)
sedangkan luas ketiga sisi tersebut dinyatakan dalam vektor berbentuk bentuk matriks
𝐴𝑥
kolom: 𝐴𝑦 (2)
𝐴𝑧
Sehingga untuk memperoleh 𝐹𝑥 dapat dilakukan dengan melakukan operasi berikut:
𝐴𝑥
𝐹𝑥 = 𝑃𝑥𝑥 𝑃𝑥𝑦 𝑃𝑥𝑧 𝐴𝑦 (3)
𝐴𝑧
𝐹𝑥 = 𝑃𝑥𝑥 𝐴𝑥 + 𝑃𝑥𝑦 𝐴𝑦 + 𝑃𝑥𝑧 𝐴𝑧

Perluasan bentuk di atas untuk mendapatkan gaya-gaya dalam arah 𝐹𝑦 dan


𝐹𝑧 dengan mudah dapat dilakukan dengan membentuk tensor tekanan

𝑃sehingga:
𝐹𝑥 𝐴𝑥
𝐹𝑦 = 𝑃ሷ 𝐴𝑦 (4)
𝐹𝑧 𝐴𝑧
𝑃𝑥𝑥 𝑃𝑥𝑦 𝑃𝑥𝑧
Dengan: 𝑃ሷ = 𝑃𝑦𝑥 𝑃𝑦𝑦 𝑃𝑦𝑧 (5)
𝑃𝑧𝑥 𝑃𝑧𝑦 𝑃𝑧𝑧
Dalam bentuk yang lebih sederhana, bentuk persamaan (3) dapat dituliskan
sebagai: 𝐹ሶ = 𝑃ሷ ∙ 𝐴റ
Tensor tekanan pada persamaan (5) merupakan salah satu contoh besaran
yang direpresentasikan dalam bentuk matriks, beberapa besaran lain
didefinisikan dalambentuk tersebut antara lain misalnya adalah momen
inersia benda tegar, suseptibilitas listrik-magnet dan lain sebagainya.
Penerapan pada Fisika
a. Momentum Sudut

Pada gambar disamping


Benda berotasi pada velositas sudut 𝜔 𝜔𝑥, 𝜔𝑦, 𝜔𝑧 di sekitar
sumbu melewati titik tetap 0.
Kecepatan translasi vi dari partikel P dari massa mi yang
berada pada jarak ri dari titik asal 0, adalah

𝑣𝑖 = 𝜔 × 𝑟𝑖 (1)
 karena sistem partikel mi dapat didefinisikan dengan
𝐿 = σ𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑟𝑖 × 𝑣𝑖 (2)

Substitusikan ke vi persamaan (1)


 𝐿 = σ𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑟𝑖 × 𝜔 × 𝑟𝑖 (3)

Menggunakan aturan identitas pada ketiga hasil silang


 𝑨 × 𝑩 × 𝑨 = 𝑨𝟐 𝑩 − 𝑨 𝑨 ∙ 𝑩 (4)
Sehingga diperoleh
 𝑟𝑖 × 𝜔 × 𝑟𝑖 = 𝑟𝑖 2 𝜔 − 𝑟𝑖 𝑟𝑖 ∙ 𝜔
 = 𝑥𝑖 2 + 𝑦𝑖 2 + 𝑧𝑖 2 𝑖𝜔
Ƹ 𝑥 + 𝑗𝜔 ෠ 𝑧 − 𝑖𝑥
Ƹ 𝑦 + 𝑘𝜔 Ƹ 𝑖 + 𝑗𝑦 ෠ 𝑖 𝑥𝑖 𝜔𝑥 + 𝑦𝑖 𝜔𝑦 + 𝑧𝑖 𝜔𝑧
Ƹ 𝑖 + 𝑘𝑧 (5)
Kombinasikan hasil ini dengan persamaan (3) dan susun kembali
 𝐿 = 𝑖𝐿
Ƹ 𝑥 + 𝑗𝐿 ෠ 𝑧
Ƹ 𝑦 + 𝑘𝐿
 = 𝒊Ƹ 𝜔𝑥 σ𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑦𝑖 2 + 𝑧𝑖 2 − 𝜔𝑦 σ𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑥𝑖 𝑦𝑖 − 𝜔𝑧 σ𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑥𝑖 𝑧𝑖 +
 𝒋Ƹ −𝜔𝑥 σ𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑥𝑖 𝑦𝑖 + 𝜔𝑦 σ𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑦𝑖 2 + 𝑧𝑖 2 + 𝜔𝑧 σ𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑦𝑖 𝑧𝑖
෡ −𝜔𝑥 σ𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑥𝑖 𝑦𝑖 + 𝜔𝑦 σ𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑦𝑖 𝑧𝑖 − 𝜔𝑧 σ𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑦𝑖 2 + 𝑦𝑖 2
 +𝒌 (6)
 Sehingga kita dapatkan hasil yang sama dengan menggunakan pengembangan matriks

𝒊 𝒋 𝒌
 𝑟𝑖 × 𝜔 × 𝑟𝑖 = 𝑥𝑖 𝑦𝑖 𝑧𝑖 (7)
𝜔𝑦 𝑧𝑖 − 𝜔𝑧 𝑦𝑖 𝜔𝑧 𝑥𝑖 − 𝜔𝑥 𝑧𝑖 𝜔𝑥 𝑦𝑖 − 𝜔𝑦 𝑥𝑖

 Yang jika disederhanakan dan digabung dengan persamaan (3) memeberikan hasil persamaan
(6), yaitu

 𝐿 = 𝑖𝐿
Ƹ 𝑥 + 𝑗𝐿 ෠ 𝑧
Ƹ 𝑦 + 𝑘𝐿
෡ −𝜔𝑥 𝐼𝑧𝑥 − 𝜔𝑦 𝐼𝑧𝑦 − 𝜔𝑧 𝐼𝑧𝑧 (8)
 = 𝒊Ƹ 𝜔𝑥 𝐼𝑥𝑥 − 𝜔𝑦 𝐼𝑥𝑦 − 𝜔𝑧 𝐼𝑥𝑧 + 𝒋Ƹ −𝜔𝑥 𝐼𝑦𝑥 + 𝜔𝑦 𝐼𝑦𝑦 − 𝜔𝑧 𝐼𝑦𝑧 + 𝒌

 di mana kuantitas Ixx, Iyy, dan Izz menggunakan jumlah kuadrat dari koordinat dan disebut dengan
momentum inersia dari benda di sekitar sumbu koordinat; yakni penjumlahan yang diperoleh dari
1 = 1 ke n)
 𝐼𝑥𝑥 = σ 𝑚𝑖 𝑦𝑖 2 + 𝑧𝑖 2 = σ 𝑚𝑖 𝑟𝑖 2 − 𝑥𝑖 2 = momen inersia di sekitar sumbu x
 𝐼𝑦𝑦 = σ 𝑚𝑖 𝑥𝑖 2 + 𝑧𝑖 2 = σ 𝑚𝑖 𝑟𝑖 2 − 𝑦𝑖 2 = momen inersia di sekitar sumbu y
 𝐼𝑧𝑧 = σ 𝑚𝑖 𝑥𝑖 2 + 𝑦𝑖 2 = σ 𝑚𝑖 𝑟𝑖 2 − 𝑧𝑖 2 = momen inersia di sekitar sumbu z

Kuantitas Ixy, Ixz, ... menggunakan jumlah produk y dari koordinat dan disebut produk
inersia yaitu

 𝐼𝑥𝑦 = 𝐼𝑦𝑧 = σ 𝑚𝑖 𝑥𝑖 𝑦𝑖 , 𝑥𝑦 produk inersia


 𝐼𝑦𝑧 = 𝐼𝑧𝑦 = σ 𝑚𝑖 𝑦𝑖 𝑧𝑖 , 𝑥𝑧 produk inersia
 𝐼𝑧𝑥 = 𝐼𝑥𝑧 = σ 𝑚𝑖 𝑧𝑖 𝑥𝑖 , 𝑧𝑥 produk inersia
Dari persamaan (8) bahwa L tidak harus memiliki arah yang sama seperti
sumbu, sementara rotasi L tidak selalu memiliki arah yang sama dengan 𝜔.
Contohnya, jika sumbu z merupakan arah rotasi, 𝜔 = 0,0, 𝜔 ; 𝑦𝑎𝑖𝑡𝑢 𝜔𝑥 = 𝜔𝑦 =
0 𝑑𝑎𝑛 𝜔𝑧 = 𝜔, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 (8)
 𝐿𝑥 = −𝐼𝑥𝑧 𝜔, 𝐿𝑦 = −𝐼𝑦𝑧 𝜔, 𝐿𝑧 = +𝐼𝑧𝑧 𝜔 (9)

Artinya, L memiliki komponen 𝐿𝑧 = 𝐼𝑧𝑧 𝜔 pada arah rotasi, tetapi juga memiliki
dua komponen lainnya dengan arah tegak lurus dengan arah rotasi. Jadi L
dan 𝜔 tidak berada pada arah yang sama. Hal ini selanjutnya digambarkan
dalam contoh 8.1. Komponen L diketahui pada persamaan (8) sehingga
dapat ditulis dalam bentuk
 𝐿𝑘 = σ3𝑖=1 𝜔𝐿 𝐼𝑘𝑙 (10)

di mana k = 1, 2, 3 dan L = 1, 2, 3; yaitu x, y, dan z digantikan dengan 1, 2 dan


3.
b. Tensor Inersia

Tensor inersia adalah salah satu bentuk khusus dari tensor Cartesian yang dapat ditemukan
dalam permasalahan mekanika dimensi tiga, yang banyak melibatkan benda tegar. Istilah
tensor inersia didefenisikan dari rumus momentum sudut dari suatu benda yang berputar
dan juga dari rumus energi kinetik benda.

Pandang suatu benda tegar yang berputar dengan kecepatan sudut 𝜔 terhadap suatu titik
tetap O. Pada keadaan ini, momentum sudut 𝐿 = 𝐼𝜔 diberikan rumus integral:

𝐿 = 𝐼𝜔 = 𝑚𝑟 𝑥 𝜔 𝑥 𝑟 = 𝑚 𝑟 2 𝜔 − 𝑟. 𝜔 𝑟 = 𝑚 𝑟 2 𝜔 − 𝑥𝜔𝑥 + 𝑦𝜔𝑦 + 𝑧𝜔𝑧 𝑟


𝐿𝑥 = 𝑚 𝑟 2 𝜔𝑥 − 𝑥𝜔𝑥 + 𝑦𝜔𝑦 + 𝑧𝜔𝑧 𝑥 = 𝑚 𝑟 2 − 𝑥 2 𝜔𝑥 − 𝑥𝑦𝜔𝑦 − 𝑥𝑧𝜔𝑧

Jadi ketiga komponen dari momen inersia adalah:


𝐼𝑥𝑥 = 𝑚 𝑟 2 − 𝑥 2 = 𝑚 𝑦 2 + 𝑧 2
𝐼𝑥𝑦 = −𝑚𝑥𝑦
𝐼𝑥𝑧 = −𝑚𝑥𝑧
𝐼𝑥𝑥 = σ𝑖 𝑚𝑖 (𝑦𝑖2 + 𝑧𝑖2 ) atau ‫ 𝑦 ׬‬2 + 𝑧 2 𝑑𝑚

𝐼𝑥𝑥 = − σ𝑖 𝑚𝑖 𝑥𝑖 𝑦𝑖 atau − ‫𝑚𝑑 𝑦𝑥 ׬‬

Você também pode gostar