Você está na página 1de 30

METALURGI EKSTRAKSI

PROSES PENGOLAHAN DAN EKSTRAKSI


BIJIH PT FREEPORT INDONESIA

DIBIMBING OLEH:
Dr. phil.nat. Sri Widodo, ST.,MT
1
LABORATORIUM ANALISIS DAN
PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

KELOMPOK 2:
2
BERLIANTI D621 15 016
ULIYANA D621 15 023
PROSES PENGOLAHAN DAN EKSTRAKSI BIJIH PT FREEPORT INDOENSIA

PENDAHULUAN

Sejarah PT Freeport Proses Pengolahan dan


Indonesia Ekstraksi Bijih PT
Freeport Indonesia

Proses
Penambangan PT
Freeport Indonesia
3
PROSES PENGOLAHAN DAN EKSTRAKSI BIJIH PT FREEPORT INDOENSIA

SEJARAH SINGKAT PT FREEPORT INDONESIA

Tahun 1936, Jean Jacques Dozy menemukan sebuah


gundukan batu berwarna hitam kekuningan ketika
melakukan ekspedisi untuk mencapai lokasi salju
abadi di Puncak Jaya.

Tahun 1960 Forbes Wilson melalkukan eksplorasi


lanjutan berdasarkan hasil laporan dari Dozy.
Forbes memperkirakan kandungan bijih sekitar
30 juta ton.

Pada tanggal 7 April 1967 penandatanganan


Kontrak Karya I antara anak Perusahaan
Freeport McMoran, Freeport Indonesia (PTFII)
selama 30 tahun.

Pada tanggal 18 Desember 1972, PTFII


melakukan ekspor konsentrat tembaga dengan
tujuan Hibi, Jepang melalui pelabuhan
Amamapare.

4
LANJUTAN…

Pada tahun 1976, PTFII menemukan cadangan


Gunnung Bijih Timur yang mengandung
tembaga dan mulai ditambang pada tahun
1980 dengan sistem tambang bawah tanah.

Akhirnya pada tanggal 26 Desember 1991, PT


Freeport Indonesia didirikan dan telah
berbadan hukum Indonesia.

Pada tanggal 30 Desember 1991 .


Ditandatangani Kontrak Karya baru antara
PT Freeport Indonesia dengan Pemerintah
Indonesia yang berlaku untuk masa 30 tahun
(yakni sampai tahun 2021)..

5
6
PETA TUNJUK LOKASI PT FREEPORT INDONESIA

7
LOKASI KONTRAK KARYA PT FREEPORT INDONESIA

8
PROSES PENGOLAHAN DAN EKSTRAKSI BIJIH PT FREEPORT INDOENSIA
KRONOLOGI PERKEMBANGAN OPERASI PT FREEPORT INDONESIA
Tahun 1978, pembangunan pertama
yaitu Gunung Bijih Timur (GBT)
atau Ertsbergb East yang dilakuakan
dengan metode block caving.
Pada tahun 1987, peningkatan produksi
menjadi 20.000 ton/hari dengan
membangun tambang open stope DOZ dan
tambang block cave Dom.
Pada tahun 1989, penemuan badan bijih
di Gresberg meningkatkan cadangan
tertambang menjadi lebih dari 200 juta
ton.
Pada tahun 1992, peningkatan produksi
secara terus menerus dari Gresberg
mengakibatkan produksi pada tahun 1993
mencapai 57.000 ton/hari.

Tahun 1994, feastability study


untuk peningkatan produksi
menjadi 125.000 ton/hari.

Tahun 1996, feastability study untuk


Pada saat ini, PT Freeport
peningkatan produksi menjadi
Indonesia berproduksi dengan
240.000 ton/hari
kapasitas 240.000 ton/hari
9
PROSES PENGOLAHAN DAN EKSTRAKSI BIJIH PT FREEPORT INDOENSIA

SISTEM PENAMBANGAN PT FREEPORT INDONESIA

Tambang terbuka dengan metode


open stoping

Tambang bawah tanah dengan


metode block caving

10
PROSES PENGOLAHAN DAN EKSTRAKSI BIJIH PT FREEPORT INDOENSIA

PROSES PENGOLAHAN BIJIH PT FREEPORT INDONESIA

Pengapungan
Penghancuran Penggilingan
(Flotasi)

Pemurnian Pengeringan

11
PROSES PENGOLAHAN DAN EKSTRAKSI BIJIH PT FREEPORT INDOENSIA
GAMBAR SIKLUS PENGOLAHAN PT FREEPORT INDONESIA

12
13
PROSES PENGOLAHAN DAN EKSTRAKSI BIJIH PT FREEPORT INDOENSIA

HASIL AKHIR PT FREEPORT INDONESIA

14
PROSES PENGOLAHAN DAN EKSTRAKSI BIJIH PT FREEPORT INDOENSIA

KESIMPULAN
Sejarah PT Freeport Indonesia dimulai sejak tahun 1936, dimana Dr.
Jean Jacques Dozy menemukan gundukan batu hitam kekuningan
ketika bergabung dalam ekspedisi mencapai lokasi salju abadi yakni
Puncak Jaya. Kemudian, pada tahun 1960, Forbes Wilson kembali
melakukan eksplorasi lanjutan berdasarkan hasil laporan dari Dozy.
Perkembangan dan eksplorasi bahan galian berharga di Tanah Papuan
terus dilakukan, hingga pada tahun 1991 didirikanlah sebuah
perusahaan tambang bernama PT Freeport Indonesia yang bergerak di
bidang pertambangan tembaga, emas dan perak. PT Freeport Indonesia
menandatangani Kontrak Karya yang berbadan hukun Indonesia pada
tahun 1991 untuk masa 30 tahun, yakni hingga tahun 2021.
Sistem penambangan yang digunakan di PT Freeport Indonesia yakni
dengan tambang terbuka dan tambang bawah tanah dengan metode
open stoping dan block caving.
Proses pengolahan meliputi penghancuran, penggilingan, pengapungan
(flotasi), pengeringan dan pemurnian.
Hasil akhir dari PT Freeport Indonesia adalah katoda tembaga dengan 15
kadar 99.99%.
PERTANYAAN
1. Fajrurahman - D621 15 015
a. Bahan reagen apa saja yang digunakan dalam proses flotasi?
b. Apa yang dimaksud dengan pengapungan hidrofobik dan hidrofilik?
c. Bagaimana proses pemurnian (peleburan) PT Freeport Indonesia?
2. Maslahatul Ummat – D621 15 305
Apa dampak lingkungan dari tailing PT Freeport Indonesia?
3. Muhammad Fursan Fattah – D621 15 302
a. Mengapa Freeport memilih proses flotasi untuk pengolahan bijihnya?
b. Apa yang ditambahkan pada proses flotasi?
c. Dikemanakan mineral ikutan dari produksi Freeport?
4. Novry Helmus Lolo – D621 15 007
Produk sampingan dari mineral ikutan PT Freeport dan jelaskan
16
berdasarkan genesanya!
JAWABAN:
1. Agar proses flotasi dapat berlangsung maka dipelukan reagen flotasi.
Penggunaan reagen flotasi ini tidak dimaksudkan untuk mengubah sifat –
sifat kimia dari partikel tersebut tetapi hanya mengubah sifat permukaan
dengan menyerap (adsorpsi) reagen flotasi tersebut. Keberhasilan pemisahan
mineral secara flotasi ditentukan oleh ketepatan penentuan reagen kimia
yang digunakan. Secara garis besar, reagen yang digunakan dibagi menjadi
tiga, yaitu:
a. Kolektor
Kolektor adalah senyawa organik yang ditambahkan ke dalam pulp
untuk mengubah permukaan mineral dari hidropilik menjadi hidropobik
dengan proses penyerapan (adsorbsi). Klasifikasi dari kolektor
berdasarkan sifat ionnya, yaitu kationik dan anionik umumnya kolektor
dari golongan ini dipakai pada pekerjaan flotasi sulfida. Tetapi ini juga
memungkinkan dipakai dalam pekerjaan flotasi mineral non sulfida. 17
Sedangkan kolektor kationik untuk flotasi non-sulfida. Dalam
pemaiakain harus diperhatikan mengenai jumlah kolektor. Kolektor
yang digunakan terlalu sedikit tidak dapat mengapungkan mineral
secara selektif, sedangkan bila terlalu banyak akan menghasilkan
flotasi yang tidak terlalu baik. Contoh kolektor: Xanthate.
b. Frother
Frother (pembuih) akan terkonsentrasi pada antar muka udara dan
air. Kehadiran froter pada fasa cair pada laruan reagen kimia yang
dipakai dalam flotasi untuk membentuk buih atau busa. Reagen ini
mempunyai permukaan yang aktif dan biasanya pada flotasi
berguna untuk meningkatkan gelembung udara dan menolong
supaya gelembung menyebar. Ini berarati memperbaiki kondisi
penempelan partikel mineral dan menaikkan stabilitas busa.
c. Modifier
Modifier adalah beberapa jenis reagen yang digunakan untuk
18
mengoptimalkan proses flotasi.
2. Mineral hidrofobik adalah mineral yang mudah dibasahi atau suka air.
Permukaan mineral akan basah ketika berada dalam air. Sedangkan
mineral hidrofilik adalah mineral yang sulit dibasahi atau tidak suka
air. Mineral kelompok ini tidak basah atau sulit basah ketika berada
dalam air. Mekanisme pemisahan hidrofolik dan hidrofobik dengan cara
flotasi dapat dilihat pada gambar animasi di bawah ini.

19
3. Proses peleburan tembaga dari PT Freeport Indonesia dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

20
a. Smelting furnace
Pada smelting furnace, yang dimasukkan adalah konsentrat kering
dan slag hasil converting furnace dan recycling dust. Semuanya
dimasukkan dengan sistem pneumatic conveying. Konsentrat dengan
komposisi Cu: 30%, S: 30%, Fe: 25%, Gangue minerals 15% akan
dimasukkan ke dalamnya melalui apa yang disebut lance pipe. Lance
pipe ini berguna pula untuk memberikan semacam aliran kuat yang
mengakibatkan molten metal akan seperti teraduk secara alamiah.
Pada proses di smelting furnace, konsentrat tadi akan teroksidasi dan
melting dengan reaksi eksotermik. Reaksi eksotermik akan
menghasilkan panas nantinya akan dikumpulkan dan akan dijual
dalam bentuk uap. Molten metal yang masih tercampur dengan slag
akan ditransfer ke furnace selanjutnya, yaitu Slag Cleaning furnace.

21
Proses Pada Smelting Furnace

b. Slag Cleaning furnace


Proses pada slag cleaning furnace adalah molten metal berisi matte dan
slag ditransfer dari Smelting furnace melalui launder akan dipanaskan oleh
dua buah set elektroda. Dengan proses yang terjadi, maka matte yang disana
mengandung Cu sebanyak 68% akan t erpisah dengan slag dengan
memanfaatkan prinsip perbedaan berat jenis. Slag akan overflow, kemudian
akan dikirrim ke industri semen sebagai bahan campuran pembuatan semen. 22
Sedangkan matte akan berlanjut ke converting furnace melalui launder.
Tahap Pada Slag Cleaning Furnace

c. Converting Furnace
Pada Converting furnace, matte yang dialirkan melalui launder dari slag
cleaning furnace akan dicampur dengan limestone dan slag hasil
converting furnace akan direaksikan dengan udara yang kaya oksigen.
Dari hasil reaksi itu akan menghasilkan blister copper dengan kandungan
98.5% Cu dan slag yang mengandung 14% Cu. Blister copper akan
terpisah berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis. Blister copper
akan diteruskan ke anode furnace dengan mengunakan system switching
23
launder. Kemudian slag akan dikembalikan ke proses smelting furnace
untuk diolah kembali.
Tahap Converting Furnace

Proses pada anode furnace, dimana material input berupa blister copper yang
ditransfer menggunakan launder yang switching. Pada anode furnace, proses
yang terjadi pada blister adalah oksidasi dan reduksi. Proses ini bertujuan agar
terproduksi refinery copper yang akan siap di casting pada proses selanjutnya.
Proses oksidasi terjadi dengan meniup udara dan oksigen pada furnace ini dan
bertujuan untuk mengurangi kadar sulfur hingga 0.05%, sedangkan proses
reduksinya dengan cara meniupkan agen pereduksi adalah bertujuan untuk
24
mengurangi kadar oksigen sampai angka 0.15%.
Tahap Anode Furnace

d. Refinery
Proses akhir dari pengolahan tembaga di PT Smelting adalah proses
refinery yang menggunakan ISA Process. Pada proses ini, tembaga hasil
dari smelter yaitu berupa anoda akan di elektrorefining dengan proses
elektrolisis menggunakan Stainless Steel (SS) Blank sebagai katodanya,
sedangkan elektrolitnya adalah CuSO4-H2SO4-H2O.
25
Tahap Refinery

Proses ini nantinya diharapkan akan diperoleh katoda tembaga dengan


kandungan 99.99% dari anoda yang kandungannya sekitar 99% serta
memisahkan logam berhgarga seperti Au Ag dan Pt menjadi Slime.
Prinsip prosesnya adalah Anode copper dan SS Blank akan diletakkan di
sebuah sel elektrorefining, lalu dialiri arus DC sehingga tembaga pada
anoda akan terlarut dan kemudian akan terdeposit ke Katoda.

26
4. Dampak tailing dari PT Freeport terhadap lingkungan.
Freeport telah mematikan 23.000 ha hutan di wilayah pengendapan
tailing. Merubah bentang alam karena erosi maupun sedimentasi.
Meluapnya sungai karena pendangkalan akibat endapan tailing.
Freeport telah membuang tailing dengan kategori limbah B3 (Bahan
Beracun dan Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa. Limbah ini telah
mencapai pesisir laut Arafura. Freeport telah mencemari perairan di
muara sungai Ajkwa dan mengontaminasi sejumlah besar jenis makhluk
hidup serta mengancam perairan dengan air asam tambang yang
berjumlah besar. Akibat dari adanya limbah berbahaya ini berdampak
vagi kehidupan manusia maupun tumbuhan seperti tercemarnya air
yang mengakibatkan ikan mati, hutan mangrove dan sagu serta
tanaman lainnya juga menjadi mati. Bahkan sejumlah besar spesies
aquatik sensitif di Sungai Ajkwa telah punah akibat tailing Freeport ini.
Selain itu, tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah juga akan
tercemar oleh bahan – bahan berbahaya tersebut.
27
Freeport telah mengakibatkan kerusakan alam dan mengubah bentang
alam serta mengakiabtkan degradasi hutan.
5. PT Freeport Indonesia memilih flotasi karena kecepatan produksi dengan
kuantitas yang besar yakni rata – rata di atas 100 ton per hari, dimana
kapasitas tersebut akan sulit ditempuh jika menggunakan metode lain selain
flotasi.
6. Mineral – mineral ikutan pada PT Freeport Indonesia diolah kembali untuk
menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan kembali.
Adapun mineral – mineral ikutan yang ada pada PT Freeport Indonesia
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Mineral Ikutan PT Smelting Jumlah Mineral yang Dapat Dihasilkan

Emas (Au) 2.10% 18 - 37.8 ton/tahun

Perak (Ag) 5.03% 68.4 - 90.54 ton/tahun

Bismut (Bi) 4.47% 48.6 - 80.46 ton/tahun

Paladium (Pd) 185 ppm 135 - 333 kg/tahun

Platinum (Pt) 13 ppm 23.4 - 27 kg/tahun

Telurite (Te) 0.33% 2.16 - 5.94 ton/tahun

Selenium (Se) 15.76% 117.36 - 283.68 ton/tahun

MC (Moisture Contain) 10.10%


28
Timbal (Pb) 47.50% 855 - 990 ton/tahun
7. Produk sampingan dari tailing PT Freeport Indonesia adalah:
a. Asam Sulfat dengan kapasitas 920.000 ton/tahun yang mengandung
sulfur sekitar 95%. Produk ini dimanfaatkan oleh PT Petrokimia
untuk bahan kimia atau pupul.
b. Terak tembaga dengan kapasitas 655.000 ton/tahun yang
mengandung besi (Fe) antara 30 – 40 %. Terak ini belum layak
dimurnikan sebagai bahan logam besi, tetapi produk ini sudah
dimanfaatkan oleh pabrik semen.
c. Gipsum dengan kapasitas 31.500 ton/tahun dimanfaatkan oleh
pabrik semen.

29
Terimakasih….

30

Você também pode gostar