Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Faktor penyebab :
miopia 40-50%,
operasi katarak (afakia, pseudofakia) 30-40%,
trauma okuler 10-20%.
Ablasio retina lebih banyak terjadi pada usia 40-70 tahun.
Epidemiologi
Ablatio retina (retinal detachment)
Faktor penyebab :
miopia 40-50%,
operasi katarak 30-40%,
trauma okuler 10-20%.
Ablasio retina lebih banyak terjadi pada usia 40-70 tahun.
Patofisiologi
Ablatio retina (retinal detachment)
robekan retina
neuroepitel terlepas dari
Cairan menyusup ke epitel pigmen dan koroid
r.potensial
KLASIFIKASI
Ablatio retina (retinal detachment)
Floaters
Fotopsia
Penglihatan turun
Manifestasi Klinis (Funduskopi)
Ablatio retina (retinal detachment)
Ablasio Retina
Ablasio Retina Ablasio Retina
Primer
Eksudatif Traksi
(Regmatogenosa)
• Retina pucat
dengan
pembuluh darah
diatasnya
• Diskontinuitas
MANIFESTASI KLINIS:
• Penglihatan menurun
• Floater
• Funduskopi: ablasio konveks licin, shifting fluid ,
transparan
MANIFESTASI KLINIS:
Anamnesis
• Floaters
• Fotopsia
• Defek lapangan pandang (tertutup tirai gelap)
• Pnurunan tajam penglihatan
• Faktor predisposisi
DIAGNOSIS
Pemeriksaan oftalmoskopi:
• Pemeriksaan visus: terjadi penurunan
• Tio: sedikit lebih
• Funduskopi: membran abu – abu merah muda, akumulasi
cairan subretina, pergerakkan undulasi
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang:
• Electroretinography
• Ultrasonography
• Pemeriksaan laboratorium
• Pencitraan
• Fluoresin angiography
TATALAKSANA
1. Scleral buckling
• Lokalisasi posisi robekan retina, menangani robekan
dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan scleral
buckle, sabuk dijahit
TATALAKSANA
2. Retinopeksi pneumatik
• Menyuntikkan gelembung gas ke dalam rongga vitreus
• Robekan retina dilekatkan dengan kriopeksi atau laser
sebelum gelembung disuntikkan
• Mempertahankan posisi kepala
3. Vitrektomi
• insisi kecil pada dinding bola mata
PROGNOSIS
• Lebih dari 90% lepasnya retina dapat direkatkan
kembali
• Dalam 10-15 % kasus kemampuan visualnya
tidak akan kembali sampai level sebelumnya
dilakukannya operasi