Você está na página 1de 16

PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) XXXV

HIMPUNAN AHLI TEKNIK HIDRAULIK (HATHI)


MEDAN 2018

STUDI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP


EKOSISTEM DANAU TOBA

Oleh :
Kurdianto I. Rahman1*, Lukman2, Didik Ardianto1, Fahmi Hidayat1, dan Raymond V. Ruritan1

1 Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I


2 Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

*kurdi.rahman@jasatirta1.net
PENDAHULUAN

Latar belakang Tujuan


• Permasalahan perairan yang kompleks: Multiguna • Mengetahui karakteristik kemampuan ekosistem
& pemahaman lingkungan rendah; Danau Toba merespon dampak aktivitas manusia;
• Pengelolaan perairan perlu melibatkan banyak • Memberikan arahan kebijakan pengelolaan Danau
pihak dan terintegrasi; Toba dalam rangka menjaga keberlangsungan
• Danau Toba, danau terbesar di Indonesia yang ekosistem dan pemanfaatan serta penggunaan
multinfungsi dan pemanfaatan intensif; sumber daya air di Danau Toba dan WS Toba
• Diperlukan kajian yaitu Studi Daya Tampung Asahan.
Lingkungan Hidup Ekosistem Danau Toba:
• Sebagai satu masukan dalam penentuan
kebijakan; Wilayah Kerja
• Langkah preventif dan korektif terhadap kondisi Wilayah kerja dari kegiatan ini adalah
Danau Toba dan Sungai Asahan kawasan Danau Toba, yang meliputi
Daerah Tangkapan Air dan perairannya,
serta wilayah Daerah Aliran Sungai
Sasaran Kegiatan Asahan yang berada di wilayah yang
• Tersedianya data dan analisis mengenai daya dukung Perairan berhubungan dengan Danau Toba.
terhadap Beban Pencemaran
• Tersedianya data dan analisis mengenai daya dukung Perairan
untuk Stabilitas Produksi Perikanan
METODOLOGI

Kajian Aspek Hidrologi Kajian Fisika Kimia Air Sungai Dan Danau
Hidrometeorologi  Analisis curah hujan wilayah • Pengukuran parameter fisika kimia air dilakukan
menggunakan data hidrometeorologi BMKG. di sebelas inlet danau dan satu outlet serta 17
Untuk lebih merepresentasikan curah hujan lokasi di perairan danau. Pengambilan Sampel
pada daerah tangkapan secara spasial dilakukan pada Oktober & November 2017.
digunakan pula produk estimasi curah hujan • Parameter yang diukur meliputi suhu, pH,
dari satelit Tropical Rainfall Measuring Mission oksigen terlarut, konduktivitas, kekeruhan, dan
(TRMM). Total Dissolved Solid (TDS) menggunakan water
Analisis Debit  Pengukuran kecepatan aliran air quality checker (WQC).
di lapangan menggunakan current meter; • Selain itu juga dilakukan pengukuran parameter
Estimasi debit dilakukan dengan kecerahan menggunakan Secchi disc dan
menggunakan velocity-area method. (oktober kandungan klorofil untuk perairan danau. Di
& November 2017) perairan danau juga dilakukan pengukuran profil
vertikal suhu, klorofil, dan oksigen terlarut
menggunakan Rinko di delapan lokasi yang
mewakili wilayah KJA (3 lokasi), non KJA (2
lokasi), dan wilayah perairan terbuka (3 lokasi).
METODOLOGI

Kajian Aspek Dampak Antropogenik Alat Lapangan dan Laboratorium yang Digunakan
• Kajian aspek dampak antropogenik ditinjau
dari beban pencemaran baik dari aktivitas di Bidang
Alat Lapangan Alat Laboratorium
daratan maupun perairan. Kajian
Komputer dan
• untuk evaluasi beban masukan ke perairan Current meter
software GIS
Danau Toba dari komponen bahan organik
Kajian Ringko Profiler Peta topografi
(COD; Chemical Oxygen Demand), hara Hidrologi GlobalPositioning
terutama Total Nitrogen (TN), Total Phosphor System (GPS)
(TP) yang bersumber dari sungai-sungai inlet Sediment sampler
Danau Toba. Secchi Depth Spektrofotometer
• Kondisi eksisting hara dan organik di perairan Water Quality
Colony counter
danau juga diamati dari beberapa lokasi yang Kajian Checker (WQC)
mewakili kondisi lingkungan Danau Toba. Pencemaran Water Sampler
Filter Aparatus &
Electric Pump
KONDISI GEOLOGI DAN HIDROLOGI
DANAU TOBA

• Danau Toba berada pada rangkaian Pegunungan


Bukit Barisan. Terbentuk sekitar 75000 tahun yang
lalu (Bemmelen, 1949), hasil rangkaian kombinasi
formasi kaldera dan patahan (Nishimura et al.,
1984; Hehanussa, 2000).
• Sungai-sungai yang mengalir ke Danau Toba
tercatat 71 buah, umumnya berupa sungai
intermitten, ditandai dengan debit minimum yang
rendah, antara 0 – 2,5 m3/dt .
• Sungai-sungai dengan debit maksimum yang
tinggi, seperti Naborsahan (25 m3/dt), Siarsik-arsik
(20 m3/dt ), Salak (20 m3/dt), Limbong (25 m3/dt),
bahkan Sungai Silang mencapai 58 m3/dt
(Sudarsono, 1989).

• Rata-rata debit pelepasan air bulanan dari Danau Toba pada periode tahun 1920 – 1932 adalah 110,4 m3/dt, periode
1957 – 1975 adalah 104,4 m3/dt, dan periode 1976 -1988 mencapai 90 m3/dt (Sastromijoyo, 1990).
• Kisaran paling lebar tinggi muka air danau bulanan antara 902,28 m dpl – 905,23 m dpl, dengan demikian perbedaan
tinggi muka air danau maksimum-minimum paling lebar yang terjadi selama periode ini sebesar 2,95 meter
KONDISI TOPOGRAFI DANAU TOBA
• Wilayah DTA Toba didominasi oleh kelas
kemiringan lereng landai (3% – 8%) dengan
luas area mencapai 74151 Ha atau 30% dari
seluruh luas DAS Toba, dengan distribusi
hampir terdapat di seluruh pinggir danau
terutama pada bagian Pulau Samosir.
• Kelas kemiringan kedua ditempati oleh
kelas Agak miring (8 – 15%) dengan luas
daerah mencapai 50.003 Ha atau 20.5 %
dari total luas DAS. Daerah dengan
kemiringan sangat curam hampir dijumpai
di sekeliling danau, dengan luas mencapai
11.080 Ha atau 4,5% .
• Berdasarkan analisis spasial dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografi
dengan berdasarkan kepada peta
topografi skala 1 : 50.000, yang diterbitkan
oleh Bakosurtanal dan Djantop, diperoleh
luas DAS Danau Toba adalah 244.373 ha
dan luas genangan danau 11.300 ha.
PEMANFAATAN DANAU TOBA

Danau Toba memiliki peran


multisektoral:
• Objek pariwisata sudah dikenal di
mancanegara.
• Sumber air untuk PLTA Sigura-gura
(286 MW);
• Sumberdaya Perikanan
– Perikanan Tangkap (3.954
Nelayan; Produksi 15.729 ton; Nilai
Rp. 50,7 M)
– Perikanan Budidaya (Karamba
Jaring Apung)  (2500 unit; Prod.
47.500 ton; Nilai: Rp. 722,5 M)
(2010)
• Transportasi perairan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK HIDROKLIMATOLOGI DANAU TOBA

Berdasarkan data dari produk estimasi curah hujan satelit TRMM periode 1998-2017, curah hujan tahunan rata-rata
pada Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba sebesar 2700 mm. Curah hujan di DTA Danau Toba cenderung menurun
secara gradual dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga menjadi penyebab kecenderungan turunnya tinggi muka air
Danau Toba seperti dikemukakan oleh Takanamaru et al. (2004) yang pada akhirnya mempengaruhi simpanan air di
danau.
KONDISI BEBERAPA PARAMATER KUALITAS AIR INLET DAN PERAIRAN DANAU TOBA

Kabupaten/Sungai
Parameter Simalungun Karo Toba Samosir Samosir Toba Samosir
Naborsahan Sipiso-piso Balige Simanindo Asahan*
Koordinat N 02 39'06.4'' 02 53'50.4'' 02 20'01.7'' 02o38'29.1''
o o o
02o26'35.9''
Koordinat E 098o56'12.5'' 098o31'41.4'' 099o04'17.8'' 098o41'21.4'' 099o09'27.0''
Suhu (oC) 21.80 20.59 22.93 21.77 26.74
pH 7.66 7.66 7.49 7.13 8.33
Turbiditas (NTU) 18.50 60.57 33.43 ta 3.57
DO (mg/L) 8.01 8.42 7.21 7.84 7.75
TDS (g/L) 0.026 0.017 0.051 0.006 0.067
3
Debit (m /s) 2.51 2.79 1,42 0.93 t.a
Waktu pengukuran ± 08.45 WIB ± 15.00 WIB 15.48 WIB 16.00 WIB ± 17.40 WIB

Kondisi sungai-sungai inlet Danau Toba, ditandai dengan debit aliran


yang terdata berkisar antara 0,67 – 3,77 m3/dt,
Tingkat pH perairan umumnya > 7,5 dan cenderung basa, suhu masih
berada pada kisaran alami, kekeruhan tertinggi di Sungai Sipiso-piso
(60,6 NTU) dan terendah di Sungai Paropo (7,5 NTU).
Konduktivitas perairan berkisar antara 0,022 – 0,104 mS/cm, dan oksigen
terlarut pada umumnya masih cukup tinggi.
Parameter yang relatif spesifik yaitu TDS yang mencerminkan adanya
beban dari proses pelarutan material, baik dari sumber alami maupun
aktivitas manusia yang relatif tinggi yaitu di Sungai Boho (0,067 g/L) dan
Sungai Silang (0,063 g/L).
KONDISI BEBERAPA Kabupaten/Lokasi
PARAMATER KUALITAS AIR Parameter Simalungun Simalungun Karo Samosir Samosir
Haranggaol 1) PMDN2) Toba Utara Toba Selatan Teluk Saulina
PERAIRAN DANAU TOBA
Koordinat N 02o52.358’ 02o45'34.3'' 02o49'19.0'' 02o25'22.7'' 02o37.185’
Koordinat E 098o40.970’ 098o48'59.4'' 098o38'11.7'' 098o58'04.7'' 098o40.745’
Suhu (oC) 26.46 26.29 26.99 26.04 25.88
pH 8.01 8.56 8.41 8.36 8.12
Kondktivitas (mS/cm) 0.108 0.106 0.107 0.107 0.107
Turbiditas (NTU) 1.27 3.60 0.00 0.33 1.63
DO (mg/L) 6.46 8.34 6.20 7.63 7.70
TDS (mg/L) 0.07 0.069 0.069 0.07 0.07
Secchi (m) 4 3.8 4.8 7.1 4.6
Waktu pengukuran 12.47 WIB 10.18 WIB 14.00 WIB 11.13 WIB 08.08 WIB

Profil suhu secara vertikal relatif mirip, sedangkan klorofil a


dan DO terlarut sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan
perairan, terutama dengan keberadaan KJA. Berdasarkan
profil vertikal oksigen terlarut (DO) dari beberapa lokasi
terpilih menunjukkan variasi kedalaman ketersediaan oksigen
kritis (< 2 mg/L) yang berkisar dari kedalaman 43 – 103 m, dan
kondisi mulai anoksik (≈ 0 mg/L) dari kedalaman 61 – 414 m.
Keberadaan KJA akan memberikan dampak dengan semakin
naiknya kedalaman perairan dengan ketersediaan oksigen
kritis dan anoksik.
DAMPAK AKTIVITAS ANTROPOGENIK

Kondisi Baku Mutu Air Sungai Berdasarkan Nilai


COD No.
Sungai
Kadar COD Kelas Air berdasarkan
Stasiun (mg/L) nilai COD
Nilai baku mutu air pada sungai-sungai yang 1 Sipiso-piso 60,12
diamati, pada umumnya memiliki kriteria Kelas Air 2 Paropo 36,93
3 Silalahi 28,17
III dan IV, dengan nilai COD berkisar antara 28,17 4 Simanindo 28,90
sampai 70,42 mg/L. 5 Boho 42,64
6 Silang 58,31
Dari data yang ada menunjukkan bahwa Sungai 7 Muara 40,32
Sipiso-piso, Sungai Silang, Sungai Naborsahan, dan 8 Balige 46,72
Sungai Parapat, memiliki baku mutu air Kelas IV. 9 Simare 33,71
10 Asahan 28,82
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas manusia 11 Naborsahan 70,42
sudah cukup intensif di keempat DAS sungai 12 Parapat 66,90
Ket : Kriteria kelas air berdasarkan COD (PP 82/2001)
tersebut, dan mencerminkan bahwa pencemaran Kelas I (10 mg/L) Kelas III (50 mg/L)
domestik sudah cukup tinggi. Kelas II (25 mg/L) Kelas IV (100 mg/L)
DAMPAK AKTIVITAS ANTROPOGENIK
Hasil pengukuran sesaat beban Total Phosphor[TP] dari
aliran sungai yang masuk dan keluar ke Danau Toba

Kondisi Keberadaan Unsur Hara Fosfor Kadar TP Debit sesaat Muatan TP


No Sungai
Salah satu parameter penentu kesuburan perairan (mg/L) (m3/dt) (kg/Tahun)
dan satu faktor penetapan status trophiknya Inlet Danau Toba
adalah fosfor [P] yang bersumber dari aktivitas 1 S. Parapat 0,203 0,67 4289,2
alami yaitu dari pelapukan batuan serta dari 2 S. Naborsahan 0,11 2,51 8707,1
dampak berbagai aktivitas antropogenik, baik dari 3 S. Sipiso-Piso 0,142 2,79 12493,9
limbah pertanian maupun domestik. 4 S. Muara 0,041 0,71 918
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan 5 S. Balige 0,095 1,42 4254,2
6 S. Simare 0,103 3,4 11043,9
kuantitas fosfor dari wilayah DTA, secara total
7 S. Samosir 0,116 0,93 3402,1
mencapai 138,498 kg/tahun, yang keluar melalui
8 S. Boho 0,112 3,77 13315,8
Sungai Asahan 131,372 kg/tahun, sehingga setiap
9 S. Silalahi 0,129 0,81 3295,2
tahun terdapat akumulasi TP di Danau Toba dari 10 S. Paropo 0,083 1,41 3690,6
aktivitas daratan mencapai 7.125 kg/tahun (7 11 S. Silang2] 0,097 10,61 32443,7
ton/tahun). Pasokan TP dari aktivitas manusia
12 Sungai/aliran lainnya3] 0,0263] 49,574] 40644,2
yang paling dominan di perairan Danau Toba
78,606] 138498
adalah dari kegiatan KJA, ikan yang dominan
Outlet Danau Toba
diproduksi pada tahun 2016 adalah ikan nila
1 S. Asahan 0,053 1005] 131372,7
(62.000 ton). Dari produksi ikan nila tersebut,
Sumber: 1] Data pemantauan sesaat pada bulan November 2017;2]Data pemantauan sesaat pada
prediksi pasokan TP yang masuk ke perairan bulan Oktober 2009 (Nomosatryo & Lukman, 2011);3] Nilai kadar TP terendah pemantauan bulan Oktober 2009
danau mencapai 570 ton. (Nomosatryo & Lukman, 2011);4] Nilai estimasi dari pengurangan dari debit dugaan aliran dari DTA;5] Anonim
(2008); 6] 78,6 m3/dt (Meigh, 1990) dikurangidebit total sungai yang diukur.
Prediksi pasokan [P] dari aktivitas KJA di perairan Danau Toba
Kadar [P] Kadar [P]
Kadar
Kadar [P] Kadar [P] terbuang total yang
Produksi Estimasi [P]
diretensi dibuang terlarut terlepas
Kabupaten total pakan yang pada
ikan lewat feses sisa ke
(ton)1) digunakan2)a) pakan
(ton)4)d) (ton)e) metabolit perairan
(ton)3)c)
(ton)f) (ton)
Simalungun 17518,9 21548,25 258,58 97,48 54,30 106,79 161,09
Toba Samosir 8989,2 11056,72 132,68 50,02 27,86 54,80 82,66
Tapanuli Utara 78 95,94 1,15 0,43 0,24 0,48 0,72
Hbg. Hasundutan 536,6 660,02 7,92 2,99 1,66 3,27 4,93
Samosir 33508,5 41215,46 494,59 186,46 103,86 204,26 308,13
Dairi 943 1159,89 13,92 5,25 2,92 5,75 8,67
Karo 449,1 552,39 6,63 2,50 1,39 2,74 4,13
JUMLAH 62023,3 76288,66 915,46 345,13 192,25 378,09 570,33

Sumber: 1) Anonim (2016); 2) Lukman et al,2010; 3) Garno & Adibroto (1999); 4) Rismeyer (1998) dalam
Azwar et al,(2004),
a) FCR nila = 1,23 ; b) 1,2% dari berat pakan; c) 37,7% dari kadar [P] dalam pakan; e) 21,0% dari kadar [P] pada
pakan; f) 41,3% dari kadar [P] dalam pakan

Kondisi keberadaan TP di perairan Danau Toba jika mengacu pada


Peraturan Menteri LH No. 28/2009dalam Anonim (2009), yaitu
kondisi oligotrofik <0,01 mg/L, mesotrofik <0,03 mg/L, eutrofik
<0,1 mg/L dan hipereutrofik >0,1 mg/l, sebagian perairan Danau
Toba sudah dalam kondisi Eutrofik, kecuali di Muara Sungai Silang
dan Saulina dalam kondisi mesotrofik Kondisi status perairan Danau Toba pada pemantauan
bulanNovember 2017
DAMPAK AKTIVITAS ANTROPOGENIK

Kondisi Beberapa Parameter Kualitas


Air Penciri Antropogenik Kondisi kualitas air perairan Danau Toba (Pemantauan
Kondisi beberapa parameter kualitas air November 2017)
penciri antropogenik menunjukkan
variasi. Berdasarkan kadar TN umumnya
kondisi perairan dengan status
oligotrofik, mengacu pada kadar TP
status perairan adalah eutrofik,
berdasarkan kadar klorofil pada
umumnya mencirikan perairan
hipertrofik, dan berdasarkan tingkat
kecerahan kondisi perairan berada pada
status tropik mesotrofik-eutrofik.
Sementara itu kadar bahan organik yang
dicerminkan oleh tingkat COD, ada
kecenderungan di wilayah KJA
menunjukkan mutu air menujukan pada
kelas III dan IV, sedangkan di wilayah non
KJA pada kelas II dan III.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Saran
1. Kondisi fisik kimia perairan Danau Toba umumnya masih Memperhatikan hasil kajian, hal-hal berikut dapat
menjadi pertimbangan dalam pengelolaan Danau Toba
mencirikan perairan alami, pH cenderung basa (>7,5),
yang berkelanjutan:
konduktivitas perairan danau relatif seragam antara 0,106 – 1. Mengajak partisipasi aktif para pemangku
0,109 mS/cm, serta tingkat kekeruhan umumnya rendah. kepentingan (stakeholders) lain dalam
Tingkat kecerahan perairan danau rendah hingga sedang perlindungan ekosistem perairan Danau Toba.
yang mencirikan perairan pada status meso-eutrofik. Profil 2. Melaksanakan pemantauan kualitas air secara rutin
vertikal suhu relatif mirip, sedangkan klorofil a dan DO baik di sungai maupun diperairan danau dengan
sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan perairan, terutama parameter baku mutu yang ditetapkan.
dengan keberadaan KJA. 3. Melaksanakan upaya-upaya untuk menurunkan
beban hara dan organik pada sungai-sungai yang
2. Status perairan danau mengacu pada beberapa parameter
menjadi inlet danau, seperti optimalisasi
kualitas air penciri antropogenik menunjukkan kondisi yang pengolahan limbah domestik masyarakat;
beragam. pengaturan tempat pembuangan akhir (TPA) yang
• Berdasarkan kadar TN  oligotrofik, efektif dan efisien agar sampah tidak dibuang ke
• mengacu kadar TP  eutrofik, danau.
• berdasarkan kadar klorofil  hipertrofik, 4. Pengaturan kegiatan budidaya ikan pada KJA
• berdasarkan tingkat kecerahan  mesotrofik-eutrofik. dengan menetapkan tingkat produksi sesuai dengan
• Berdasarkan kadar bahan organik (nilai COD)  di daya dukung perairan dan penentuan zona-zona
budidaya yang sejalan dengan pemanfaatan
wilayah KJA memiliki mutu air kelas III dan IV, sedangkan
lainnya.
di wilayah non KJA pada kelas II dan III.
• Terima Kasih

Você também pode gostar