Você está na página 1de 45

 Merupakan rx

emosional thd
penilaian individu
yg subjektif yg
dipengaruhi alam
bawah sadar
berkaitan dng
perasaan tdk
pasti / tdk b’daya
 Perasaan tdk pasti & tdk menentu thd
ketakutan yg akan trjd , muncul tnp
alasan jelas
 Keadaan emosi yg tdk memiliki objek
spesifik
 Kondisi yg subjkektif & dikomunikasikan
pd hub, Interpersonal
RENTANG RESPON CEMAS

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


TINGKATAN CEMAS

 Cemas Ringan Ketegangan akan


peristiwa sehari – hari , lapangan persepsi
meningkat & Individu berhati – hati &
waspada, terdorong belajar
pertumbuhan & Kreatifitas
 Cemas Sedang memusatkan pd hal
yg penting, Lapangna persepsi menurun ,
perhatian selektif, dpt melak. Hal yg
terarah
 Cemas Berat Lapangan persepsi
menurun,pemikiran pd hal yg spesifik &
terinci tdk untuk yg lain, tdk mampu b’fikir
realistis , Butuh banyak pengarahan
 Panik Kehilangan kontrol, kekuatan
& teror , tdk dpt m’ngendalikan diri , tdk
dpt m’lakukan apa-apa walau diberi
pengarahan , Terjadi peningkatan aktivitas
motorik, penurunan kemp. Untk b’hub dng
or-lan, Kehilangan pemikiran yg rasional.
PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Respon Individu
1. Fisiologi
a). Kardiovaskuler
– Palpitasi, ,Nadi cepat
– Tekanan darah meningkat
– Rasa mau pingsan Pingsan
b) Pernafasan
 Pernapasan dangkal Rasa tercekik
 Rasa tertekan pada dada Peningkatan refleks
 Pembengkakan pada tenggorokan Terengah –
engah
c) Neuromuskuler
 Reaksi kejutan, Mata berkedip – kedip,
Tremor,Insomnia
 Rasa terbakar pada jantung ,Wajah tegang,
Kelemahan umum
 Kaki goyah
 Gerakan yang janggal
d) Gastrointestinal
– Menolak makan , Rasa tidak nyaman pd abdomen
– Mual
e) Perkemihan
– Tidak dapat menahan kencing
– Sering kencing
– Rasa terbakar pada muka/ kemerahan
f) Muskuloskeletal
- Berkeringat banyak pada telapak tangan
- Gatal – gatal
- Perasaan panas dingin pada kulit
- Muka pucat
- Berkeringat seluruh badan
2. PERILAKU
 Gelisah Ketegangan fisikTidak ada koordinasi
 Tremor Gugup Bicara Cepat
 Kecenderungan untuk celaka
 Menarik diri
 Menghindar
 Terhambat melakukan aktifitas

3. KOGNITIF
 Mudah terganggu , Tidak sabar, Gelisah, Tegang

Nervous, Alarm, Teror, Gelisah


4. Gangguan perhatian
 Gangguan perhatian
 Konsentrasi hilang / Pelupa
 Salah tafsir
 Adanya bloking pada pikiran
 Penurunan lahan persepsi
 Bingung
 Kreatifitas dan produktivitas menurun
 Khawatir yang berlebihan, Sangat waspada
 Kehilangan penilaian objektif
 Takut kehilangan control ,(Ketakutan yang berlebihan)
 Takut cedera/ kematian
 Takut pada gambaran visual
 Psikoanalitik Cemas merupakan
konflik emosional yang terdiri antara dua
komponem kepibadian yaitu id dan
superego. Ego mengembangkan dorongan
insting dan impuls primitif, superego
mencerminkan hati nurani seseorang yang
dikendalikan oleh norma dan budaya
seseorang.
 Interpersonal Cemas terdiri dari
ketakutan akan penolakan interpersonal.
Hal ini dihubungkan dengan trauma pada
masa perkembangan seperti kehilangan,
perpisahan, menyebabkan seseorang
menjadi tidak berdaya. Individu yang
mempunyai harga diri rendah biasanya
sangat muda untuk mengalami ansietas
yang berat.
 Teori Perilaku
Cemas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
 Kajian bioligis
Menunjukan bahwa otak mendorong
reseptor spesifik yaitu benzodiazepines.
Reseptor ini membantu mengatur
ansietas.
 Kajian keluarga
Kajian kelurga menunjukan bahwa gangguan
ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
pada keluarga.
Stressor Pencetus

Stressor pencetus dapat berasal dari lingkungan


internal dan eksternal.Dapat dikategorikan
dalam dua kelompok yaitu ;
– Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi
ketidakmampuan fisiologis yang akan datang dan
menurunkan kapasitas untuk melakukan aktifitas
terhadap keseharian.
– Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat
membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi social
yang terintegrasi pada seseorang.
 Cemas ringan mekanisme koping terhadap
ansietas pada tingkat ringan : menangis, tidur,
tertawa, olah raga, melamun dan merokok, dll.
 Cemas sedang – berat
– Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah /
mengatasi hambatan untuk memenuhi kebutuhan.
– Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun
psikologis untuk menghindarkannya dari sumber stress.
– Perilaku kompromi digunakan untuk merubah tujuan –
tujuan yang akan dilakukan / mengorbankan kebutuhan
personal untuk mencapai tujuan
Hal ini membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang
digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak
sadar untuk mempertahankan keseimbangan.
Bentuk bentuk pertahanan ego antara lain :
 Kompensasi - Rasionalisasi
 Mengingkari / denial - Reaksi formasi
 Mengalihkan / displacemen - Regresi
 Disosiasi - Represi
 Identifikasi - Spliting
 Intelektualisasi - Sublimasi
 Isolasi - Supresi
 undoing
 Proyeksi
Masalah Keperawatan Yang Lazim Terjadi Pada Kecemasan
Menurut NANDA diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan respon
cemas antara lain ;

 Kerusakan komunikasi  Kerusakan penyesuaian


verbal  Koping individu in efektif
 Pola pernapasan in efektif  Resiko terhadap cedera
 Gangguan pola tidur  Gangguan harga diri
 Inkontinensia  Kerusakan interaksi social
 Ansietas  Respon pasca trauma
 Diare  Ketidakberdayaan
 Ketakutan  Perubahan persepsi sensori
 Perubahan eliminasi urin  Osolasi socialPerubahan
 Perubahan nutrisi pemeliharaan kesehatan
 Perubahan proses piker
Ansietas tingkat sedang b/d koping
individu in efektif
 Tujuan Jangka Panjang
Pasien mampu mengembangkan
mekanisme koping yang adaptif dalam
menghadapi cemas
 Tujuan Jangka Pendek
Pasien akan mampu
mengimplementasikan dua respon adaptif
untuk mengatasi cemas
 Bantu klien mengidentifikasi cara untuk
membangun kembali pikiran, memodifikasi
perilaku, menggunakan sumber – sumber, dan
menguji respon koping yang baru.
R/ Seseorang juga dapat mengatasi stress
dengan mengatur distress emosional yang
menyertainya melalui penggunaan teknik
penatalaksanaan stress.
 Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas fisik
untuk mengeluarkan energi
Bentuk pertahanan ego antara lain :
 Libatkan orang terdekat sebagai sumber dan dukungan
social dalam membantu klien belajar tentang respon
koping yang baru.
R/ Klien dapat mempelajari respon koping yang baru
dengan menganalis mekanisme koping yang digunakan
pada masa lalu, menilai penyebab stress dan
menggunakan sumber yang tersedia dan menerima
tanggung jawab yang baru.
 Ajarkan pasien latihan relaksasi untuk meningkatkan
kendali dan relians diri serta mengurangi stress.
R/ Klien dapat meningkatkan relaksasi diri sehingga
dapat meningkatkan control terhadap stressor.
 Klien dapat menggunakan respon koping
yang adaptif
 Klien mempelajari strategi adaptif yang baru
untuk menurunkan ansietasnya.
Diagnosa perawatan :

Ansietas (panik ) b/d krisis situasional


dan maturasional, ancaman terhadap
konsep diri, pengalaman traumatis.
 sesak napas - Parastesia
 Terasa panas dingin - palpitasi
 nyeri atau ketidak nyamanan di dada
 perasaan tercekik - Menggigil/
bergetar
 Pusing, perasan limbung - Gelisah
 Perasaan tidak nyaman - insomnia
 Mual / distress abdomen
 Mimpi buruk atau persepsi penglihatan tentang
kejadian traumatis
Tujuan jangka panjang :
Pasien mampu mengenal gejala –
gejala munculnya ansietas dan
mengintervensikan sebelum
mencapai tahap panik
Tujuan jangka pendek :
Pasien mampu mengatakan cara –
cara untuk mengintervensi ansietas
yang meningkat dalam satu minggu
Intervensi dan Rasional
 Salam terapeutik
R/ Membantu menbina hubungan saling percaya
 Pertahankan cara yang tenang, tidak mengancam selama
bekerja dengan pasien.
R/ Pasien mengembangkan perasaan aman dengan
kehadiran seorang perawat yang tenang
 Tenangkan pasien tentang keselamatan dan keamanannya.
R/ Pasien mungkin takut terhadap hidupnya,kehadiran
seorang yang dipercaya memberikan pasien rasa aman dan
jaminan keselamatan.
 Gunakan kata – kata yang sederhana dan pesan – pesan
yang singkat, bicara tenang dan jelaskan pengalaman
rumah sakit pada klien
R/ Dalam situasi ansietas yang tinggi klien tidak mampu
memahami apapun kecuali komunikasi yang sangat
bermakna.
 Jaga agar lingkungan rendah dari stimulus.
R/ Suatu stimulus dari lingkungan mampu meningkatkan level
ansietas.
 Kolaborasi pemberian obat – obatan sesuai indikasi
R/ Pemberian obat – obatan mungkin dibutuhkan untuk
menekan tingkat ansietas.
 Saat ansietas menurun, gali bersama klien kemungkinan
penyebab terjadinya ansietas
R/ Pengenalan factor pencetus adalah langkah pertama dalam
mengajarkan pasien untuk memutus peningkatan ansietas
 Anjurkan klien menceritakan pengalaman traumatisnya dalam
kondisi yang tidak mengancam
R / Pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang
tidak mengancam akan menolong pasien sampai pada akhir –
akhir persoalan yang belum terpecahkan.
 Ajarkan tanda dan gejala ansietas yang meningkat dan cara
memutus progresnya.
R/ Membantu klien mendeteksi sedini mungkin gejala ansietas.
 Pasien mempu mempertemukan ansietas
dimana pemecahan masalah dapat
diselesaikan
 Pasien mampu menyebutkan tanda dan
gejala ansietas
 Pasien mampu mendemonstrasikan teknik –
teknik memutuskan peningkatan ansietas
sampai di tingkat panik
Diagnosa Keperawatan :
Ketakutan b/d pelecehan terhadap diri sendiri
di depan orang lain, pobia yang spesifik.

Dibuktikan Dengan :

– Menolak untuk berbicara dan bertingkah laku


di depan orang banyak.
– Menolak untuk membuka diri
– Menolak tinggal di rumah sendirian
Tujuan Jangka Panjang

Pasien mampu berfungsi saat objek dan


suatu pobik muncul tanpa mengalami
panik.

Tujuan Jangka Pendek

Pasien mendiskusikan objek atau suatu


pobik kepada perawat dalam 5 hari.
Intervensi Dan Rasional
 Tenangkan pasien akan keselamatan dan keamanannya
R/ Pada keadaan panik pasien mungkin saja takut
terhadap kehidupannya.
 Gali persepsi klien tentang ancaman terhadap integritas
fisik atau terhadap konsep diri
R / Penting sekali untuk mengerti persepsi pasien
terhadap objek atau situasi pobik supaya membantu
proses desensitisasi
 Diskusikan sesuatu yang realistis dengan pasien agar
mengenali aspek – aspek yang dapat dan tidak dapat di
ubah
R/ Pasien harus menerima situasi realitas ( aspek yang
tidak dapat di rubah) sebelum kerja penurunan
ketakutan dapat di ubah.
 Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan seleksi alternatif strategi koping
R/ Membiarkan pasien memilih akan memberikan
control tindakan dan menolong harga diri
 Jika pasien memilih untuk menghilangkan ketakutan,
teknik – teknik desensitisasi dapat digunakan
R/ Ketakutan diturunkan sebagai sensasi – sensasi
fisik dan psikologis berkurang dalam respon untuk
secara berulang memajankan diri dibawah stimulus
pobik dibawah kondisi yang tidak mengancam.
 Dorong pasien untuk menggali perasaan dasar yang
mungkin memperberat ketakutan yang irasional
R/ Mengungkapkan perasaan dalam suatu lingkungan
yang tidak mengancam akan menolong pasien
sampai pada isu – isu yang tidak terpecahkan.
 Pasien tidak mengalami ketakutan yang
melumpuhkan saat terpajan pada objek atau
situasi pobik
 Pasien mengatakan cara yang mempu
dilakukan untuk menghindari objek atau situasi
pobik dengan perubahan gaya hidup yang
minimal
 Pasien mampu mendemonstrasikan teknik –
teknik koping yang adaptif yang mungkin di
gunakan untuk mempertahankan ansietasnya
pada tingkat yang dapat ditoleransi
 Koping individu in efektif b/d ego yamg tidak
berkembang, super ego yang menghukum,
takut gagal, fiksasi pada tahap
perkembangan awal, sistem pendukung
yang tidak adekuat
 Tujuan Jangka Panjang
Pasien dapat mendemonstrasikan untuk
mengatasi secara efektif tanpa berusaha untuk
perilaku obsesif atau kompulsif atau
peningkatan ketergantungan

 Tujuan Jangka Pendek

Pasien dapat berpartisipasi dalam perilaku


ritualistic tidak lebih dari separuh jumlah
keseluruhan dalam satu mingggu sejak pasien
masuk di rumah sakit.
 Kaji tingkat ansietas klien
R/ Pengenalan factor pencetus adalah langkah pertama dalam
mengajarkan klien untuk memutuskan peningkatan ansietas.
 Mulailah menemukan kebutuhan ketergantungan pasien sesuai
kebutuhan.
R/ Seluruh kesempatan untuk memperoleh bantun yang dihilagkan
secara tiba – tiba dan sekaligus akan menciptakan ansietas yang
sangat pada sebagian pasien.
 Pada permulaan perawatan sediakan banyak waktu untuk untuk
ritual
R/ Untuk mengingkari pasien tentang aktivitas ini dapat
mencetuskan tingkat ansietas panik.
 Dukung usaha klien untuk menemukan arti dan tujuan perilaku.
R/ Pengakuan merupakan hal penting sebelum suatu perubahan
terjadi.
 Berikan jadwal yang terstruktur kepada klien termasuk waktu yang
cukup untuk menyelesaikan kegiatan ritual.
R/ Struktur memberikan rasa aman pada pasien – pasien ansietas
 Secara bertahap batasilah jumalah waktu yang
digunkan untuk kegiatan ritualistic dengan
mengganti dengan kegiatan lain.
R/ Ansietas menjadi minimal saat pasien mampu
menggantikan perilaku ritualistic dengan perilaku
yang lebih adaptif
 Berikan penguatan yang positif terhadap perilaku
yang tidak ritualistic
R/ Penguatan positif meningkatkan harga diri dan
mendorong peningkatan perilaku yang
diharapkan.
 Dorong pengakuan situasi yang memancing
pikiran obsesif dan perilaku ritualistic.
R/ Membantu klien mendeteksi factor pencetus
ansietas.
Hasil Yang Diharapkan/ Kriteria
Pulang

 Pasien mampu mengungkapkan tanda dan


gejala peningkatan ansietas dan
mengintervensi untuk mempertahankan
ansietas pada tingkat yang dikontrol
 Pasien mendemonstrasikan kemampuan
untuk memutus pikiran – pikiran kompulsif
dan menahan diri dari perilaku ritualistic
dalam berespon terhadap situasi stres
 Ketidakberdayaan b/d takut di tolak oleh
orang lain, kurangnya umpan balik yang
positif, tidak
 Mengekspresikan secar verbal ketidakmampuan
untuk mengontrol situasi, perawatan diri, dll
 Tidak berpartisipasi dalm pengambilan keputusan
saat siuasi itu diberikan
 Segan mengekspresikan perasan yang
sebenarnya
 Apatis
 Ketergantungan pada orang lain
 Pasif
Pasien mempu melakukan cara pengambilan
keputusan yang efektif untuk mengontrol
situasi kehidupannya dengan demikian
mengatasi perasaan tak berdaya

Pasien akan mampu melakukan pengambilan


keputusan berkenaan dengan perawatan
dirinya sendiri dalam 5 hari.
 Libatkan pasien sebanyak mungkin untuk perawatan
dirinya sendiri.
R/ Memberikan pasien pilihan – pilihan yang dapat
meningkatkan control diri pasien.
 Bantu pasien untuk menata tujuan – tujuan yang realistis
R/ Tujuan – tujuan yag tidak realistis dapat
menyebabkan pasien mengalami kegagalan dan
penguatan perasaan – perasaan tidak berdaya.
 Bantu klien mengidetifikasi area – area situasi kehidupan
yang dapat dikontrol oleh klien.
R/ Dalam usaha untuk mempeoleh hal – hala yang telah
terpecahkan dan membantu pasien menerima hal – hal
yang tidak dapat di ubah
 Identifikais cara – cara yang dengannya pasien
dapat mengalami suatu keberhasilan.
R/ Penguatan positif meningkatkan harga diri
dan mendorong perilaku yang diharapkan.

Hasil Yang Diharapkan/ Kriteria Pulang


– Pasien mengatakan pilihan yang dapat dibuat dalam
suatu perencanaan untuk mempertahankan control
situasi kehidupannya.
– Pasien mengatakan secara jujur tentang situasi
kehidupannya yang tidak dapat dikontrolnya
– Pasien mampu mengatakan sistem untuk
menyelesaikan masalah sesuai penempilan peran
yang adekuat.

Você também pode gostar