Você está na página 1de 62

AMALGAM

KEDOKTERAN GIGI
Literatur
• Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR, 2013. Phillips’ Science of Dental
Materials, 12th ed., Chapter 15 Dental Amalgam. St Louis: Elsevier,
pp. 340-363.
• Darvell BW, 2009. Materials Science for Dentistry, 9 th ed. Chapter
14 Silver Amalgam. Cambridge: Woodhead Publishing Materials,
pp. 342-370.
• Powers JM, Wataha JC, Chen YW, 2017. Dental Materials :
Foundations and Applications., 11 th ed. , Chapter 5 Dental Amalgam.
St Louis : Elsevier, pp. 58-72.
• Van Noort R, Barbour ME, 2013. Introduction to Dental Materials,
4th ed., Section 2 Dental Amalgams. Edinburgh: Mosby Elsevier, pp.
61-71
Amalgam:
Campuran air raksa + logam, aloi

Amalgam Kedokteran Gigi :


Campuran aloi perak + air raksa

- Tumpatan gigi posterior


- Half life : 20 tahun
- Restorasi kavitas klas I,II,V
Kerugian :
1. Estetik kurang
2. Getas
3. Korosi, arus galvanis
4. Tidak memperkuat struktur gigi yg
lemah
Keuntungan :
1. Resisten terhadap fraktur
2. Aplikasi mudah
3. Mempertahankan bentuk anatomis
gigi
4. Dapat digunakan pada area yang ter-
kena tekanan
5. Tahan lama
Proses amalgamasi :
Reaksi aloi perak dengan air raksa mem-
bentuk amalgam yang berwarna abu-abu
keperakan
Spesifikasi ADA untuk amalgam
Kedokteran Gigi

• Perak 66-68 %
• Timah 25-28 %
• Tembaga 3,5-6 %
• Seng < 2%
SIFAT KOMPONEN AMALGAM KG

Air raksa :
1. Cair (suhu kamar)
2. Titik beku -39oC

Perak :
1. Meningkatkan resistensi amalgam ter-
hadap oksidasi.
2. Meningkatkan pemuaian selama setting.
3. Mengurangi sifat flow.
Timah :
1. Memudahkan amalgamasi karena afini-
tasnya yang besar terhadap merkuri.
2. Mengurangi resistensi.
3. Meningkatkan flow.
4. Mengurangi pemuaian selama setting.

Tembaga :
Mengeraskan amalgam
Seng :
1. Menghindari oksidasi.
2. Amalgam yang tidak mengandung seng,
bersifat kurang elastis.

+ Fluoride :
Mencegah sekunder
karies (akibat
microleakage amalgam)
Klasifikasi amalgam KG :

1. Amalgam konvensional (tembaga rendah)


- tembaga < 6 %
- fasa :
a. 1 (Ag2Hg3), matriks amalgam
b. 2 (Sn7Hg), fasa paling lemah,
mudah terserang korosi
c. n (Ag3Sn), sisa partikel yang tidak
bereaksi.
Komposisi

• Perak Min. 65 %
• Timah putih
Maks. 29 %
Maks. 6 %
• Tembaga
Maks. 2 %
• Seng
• Air raksa
Maks. 3 %
2. Amalgam modern
(copper enriched alloys)
a. Fasa : 1, n (Cu6Sn5)
b. Komposisi
- Perak 40-60 %
- Timah putih 27-30 %
- Tembaga 13-30 %
Kadar tembaga yang meningkat menyebabkan :
1. Tidak terbentuk 2
2. Terbentuk n, fasa yang lebih tahan ter-
hadap korosi.

Logam ditambahkan dalam jumlah kecil :


paladium, indium, emas.
Amalgam tembaga tinggi lebih disukai
karena :
1. Sifat integritas marginal lebih baik.
2. Sifat mekanik lebih baik.
3. Daya tahan terhadap korosi tinggi.
Penambahan paladium :
10% : creep konstan
(tekanan 26-72 Mpa, 25-60oC)
5% : kekuatan tekan, creep

Ada hubungan positif antara sifat mekanik


dan penambahan paladium.
Serbuk amalgam :
1. Lathe cut
2. Sferikal
3. Campuran lathe cut & sferikal
Lathe cut

- Diproduksi mesin.
- Serbuk yang terbentuk diukur, yang me-
menuhi digunakan untuk amalgamasi.
- Aloi tersedia : kasar, medium, halus.
Sferikal

- Aloi dicairkan, disemprotkan ke dalam


atmosfer inert. Terbentuk tetesan padatan
kecil (pellet sferikal) dengan berbagai
ukuran.
- Tidak membutuhkan mesin.
- Komposisi ukuran aloi dapat ditentukan.
Microstructures of Lathe-Cut (100), Spherical (300),
and Admixed (500) Alloys for Dental Amalgam
Figures from Anusavice (11th ed), Chapter 17
PROSES AMALGAMASI
1. Aloi tembaga rendah
Pada triturasi (pencampuran) :
Ag&Sn bagian luar terlarut bersamaan
Hg menembus partikel aloi
(Impregnasi)

Reaksi kimiawi aloi dengan merkuri


(Amalgamasi)

Kristal Ag2Hg3 (1) & Sn7Hg (2)


(Kristalisasi)

Amalgam keras
Reaksi dapat ditulis :
Partikel aloi  + Hg 1 + 2 + sisa
partikel n
2. Aloi tembaga tinggi
a. Tahap I
 + Hg 1 + 2 + sisa 
b. Tahap II
2 + Ag-Cu Cu6Sn5 + 1
(n)

Dapat ditulis :
 + Ag-Cu + Hg 1+n + sisa 
Setiap fasa dalam struktur amalgam memiliki sifat
berbeda dalam :
1. Kekuatan
2. Kekerasan
3. Daya tahan korosi

Fasa n yang tertanam dalam matriks maupun fasa


intergranular 1 dapat meningkatkan sifat mekanik &
daya tahan korosi.
SIFAT AMALGAM
Kekuatan

1. Amalgam tahan terhadap pengunyahan.


2. Kekuatan amalgam lemah, jika :
a. undertrituration
b. kandungan Hg tinggi
Hg > 54% menurunkan kekuatan
c. tekanan kondensasi rendah
d. penumpatan lambat
e. korosi
f. pencampuran plastis porositas
Modulus elastik
Pengukuran lambat (0,02-0,125 mm/mnt) : 11-20 Gpa.
Amalgam aloi tinggi lebih getas dari pada aloi rendah.

Creep
Creep : perubahan viskoelastik akibat beban. Klinis,
ditandai perubahan integritas marginal. Rekomendasi
ANSI/ ADA, creep <3%. Fase rentan creep : 1, 2
Perubahan dimensional
Perubahan akibat kontraksi & ekspansi selama
setting.
Perubahan dimensi pada amalgam :
a. Disolusi , terjadi kontraksi, menyebabkan
akumulasi plak & karies sekunder.
b. Pembentukan 1 & n, terjadi ekspansi,
menyebabkan tekanan pada pulpa,
sensitivitas gigi, protrusi amalgam.
ANSI/ADA spec. no. 1, kontraksi & ekspansi
amalgam < 20 m/cm (37oC, 5 menit-24 jam
setelah triturasi).

Ekspansi setelah setting terjadi jika :


a. Rasio aloi : merkuri besar.
b. Waktu triturasi pendek.
c. Tekanan lemah saat kondensasi.
d. Ukuran partikel aloi besar.
Tarnish
Perubahan warna akibat reaksi kimia amalgam
dengan lingkungan.
- Permukaan amalgam.
- Sulfur yang membentuk lapisan sulfida pada
permukaan tumpatan.
- Estetik kurang baik.
- Tidak menyebabkan kerusakan tumpatan.
Korosi
Reaksi kimiawi dengan penetrasi ke bagian
dalam amalgam.
- Kerusakan amalgam.
- Komponen terdeteksi : Sn O, Sn O2,
Sn4(OH)6Cl2, Cu2O, CuCl2, 3 Cu(OH)2,
CuCl, CuSCN, AgSCN.
- Ruang antara amalgam-kavitas sering
terjadi microleakage, berisi elektrolit yg
menyebabkan korosi.
- Resistensi korosi dapat ditingkatkan
dengan pemolesan.
- Amalgam berkontak dengan emas, tim-
bul sel elektrolit yg dapat menyebabkan
korosi & penambahan merkuri pada
restorasi emas. Hal ini menyebabkan
arus galvanis nyeri gigi.
Konduktor thermal
Amalgam bersifat konduktor.
Untuk tumpatan besar perlu isolator (liner).
Higiene
Hg bersifat toksik & sangat lambat dieliminasi. Efek
toksik Hg dalam darah : 100 ng/ml. Hg dapat masuk
tubuh melalui :
a. kontak langsung dengan kulit
b. ingesti
c. paru (uap Hg)
Sumber Hg diperoleh dari :
a. kontak langsung Hg
b. tidak sengaja memegang tumpatan
c. Hg tumpah
d. kontak dengan amalgamator
e. pembuangan restorasi lama
Upaya mencegah masuknya Hg tubuh :
a. tidak menyentuh Hg
b. masker
c. tidak menggunakan ultrasonik kondensor
d. ruang praktek tidak berkarpet
e. absorbance spilled Hg
f. kapsul & amalgamator
g. penyimpanan merkuri & amalgam lama
di bawah air, wadah tertutup rapat.
Beberapa pasien (<1%) alergi
merkuri, berupa contact
dermatitis.
MANIPULASI AMALGAM

5 tahapan :
1. Proportioning
2. Trituration (mixing)
3. Condensation
4. Trimming,carving,burnishing
5. Finishing, polishing
1. Proportioning
a. Air raksa : penimbangan, volume dispenser.
b. Aloi : penimbangan, tablet aloi, volume
dispenser.
c. Rasio aloi : air raksa
Setting amalgam sebaiknya Hg<50%.
Teknik pencapaian rasio dengan cara :
1. Rasio aloi : Hg = 5 : 7 atau 5 : 8.
Pada rasio ini, triturasi mudah, campuran
plastis. Jika ada ekses Hg dilakukan
squeesing dengan kain kasa.
2. Teknik merkuri minimal (Eames).
- Aloi & Hg dengan berat yang sama.
- Tanpa squeesing.
- Menggunakan mesin atau mekanik.
2. Trituration
a. Hand mixing
Alat : mortar & pestle
Bagian dalam mortar kasar. Pestle : halus
Resiko : paparan uap Hg dapat berkon-
tak dengan tubuh.
b. Mechanical mixing
Alat : amalgamator.
Aloi dan Hg dalam kapsul
Waktu triturasi harus sesuai dengan
aturan pabrik.
Triturasi amalgam tergantung pada :
a. kecepatan
b. lama
c. daya (force) yang mengenai amalgam
d. bentuk partikel serbuk amalgam

Waktu triturasi yang tepat dapat dilihat dari


penampilan amalgam yang dihasilkan :
cemerlang (tidak buram).
Partikel sferikal perlu triturasi lebih cepat karena
lebih mudah terbasahi merkuri.

Under trituration mengakibatkan :


a. warna buram
b. kekuatan tarik & kompresi rendah
(akibat gelembung, kurang produk 1 & n)
c. permukaan kasar
Over trituration berefek :
a. soupy
b. lengket
c. creep
d. korosi
e. kekuatan mekanis turun
f. produk 1 & n berlebihan
3. Condensation
Tujuan :
a. memampatkan tumpatan
b. adaptasi terhadap dinding kavitas
c. mereduksi kelebihan merkuri.

Metode :
a. hand condensor (lebih umum)
b. mechanical condensor
Kekuatan kondensasi efektif : 3-4 kg untuk
diameter tumpatan 2-3 mm.

Kondensasi dilakukan segera setelah mixing,


sebelum tumpatan setting.
Jika terlambat :
- kekuatan berkurang
- creep tinggi
Kondensasi, perhatikan :
a. pemakaian tekanan maksimum
b. penggunaan ukuran kondensor yang
sesuai dg kavitas
c. penumpatan cepat & sedikit demi sedikit.
Penempatan tumpatan besar ke dalam
kavitas memacu terbentuknya 1 & 2,
porositas tumpatan.
Pada amalgam sferikal, campuran mengalir
lebih cepat dari pada lathe cut walaupun
pada penekanan rendah ; oleh karenanya
perlu kondensor besar dengan penekanan
yang kecil.
4. Trimming, carving, burnishing
- Trimming & carving dilakukan sebelum
amalgam setting. Biasanya 2-3 menit setelah
mixing & dihentikan setelah massa amalgam
mulai mengeras (5-10 menit).
- Carving amalgam yang sudah setting dapat
menyebabkan fraktur margin.
- Carving dipengaruhi oleh bentuk & ukuran
partikel aloi.
-Aloi sferikal menghasilkan carving lebih
baik.
- Trimming: memotong kelebihan amalgam
- Carving: membentuk kontur tumpatan
- Setelah carving selesai, permukaan amalgam
dihaluskan menggunakan burnisher.
- Burnishing menaikkan kekerasan permukaan
amalgam, mengurangi porositas & korosi,
memperbaiki adaptasi marginal amalgam.
5. Finishing & polishing
- Finishing & polishing dilakukan setelah
amalgam setting. Minimal 24 jam.
Finishing amalgam :
Membentuk kontur
(green stone, abrasive discs)

Finish margins
(green stone, abrasive discs)

Smooth alloys surface


(rubber abrasive points, pumice)

Add luster
(rubber abrasive points, fine abrasive paste)
Polishing :
a. permukaan halus
b. mengurangi tendensi korosi.

Polishing pada kondisi basah.


Jika kering :
a. mendorong Hg ke permukaan
b. membahayakan pulpa gigi
c. menimbulkan panas.
BONDING AMALGAM

Amalgambond Plus (Parkell)


BONDING AMALGAM
Mechanical Interlocking
AMALGAM
BONDING SYSTEM

Amalgam Reaction
Product Matrix
Residual
Amalgam Alloy

ENAMEL or DENTAL
DENTIN AMALGAM

Interfacial Interlocking of phases


- Amalgam berikatan dengan gigi secara mekanis.
- Tradisional : perlekatan amalgam dengan gigi
dipertahankan dengan penetrasi material ke dalam
retensi undercut. Konsekuensinya timbul gap &
microleakage.
- Modern : perlekatan amalgam dengan gigi secara
mekanis (undercut) & kimiawi (material bonding).

Você também pode gostar