Você está na página 1de 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN RETARDASI MENTAL


KELOMPOK 3
LILIK (905) WIDIADNYANI (937)
AYU SELVIA (911) YUNI ANTARI (938)
ADITYA (915) AYU SWASTI (939)
CESIARINI (916) EKA PRADYA (940)
JUNIARTI (921) NICK TRI (942)
ARIK P (925) YUVI GITAYANI (946)
NANIK A (926) RIAS ADREANI (951)
EKA RAS (931) SRI UTAMI DEVI (952)
Pengertian
American Association on Mental Deficiency
(AAMD) membuat definisi retardasi mental yang
kemudian direvisi oleh Rick Heber, 1961 (dalam
sunarwati,2000) sebagai suatu penurunan fungsi
intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan
adaptasi sosial.
Retardasi mental ialah suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap,
yang terutama ditandai dengan adanya rendahnya
(impairment) keterampilan ( kecakapan, skill ) selama
masa perkembangan, sehingga berpengaruht erhadap
intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa,
motorikdansosial. ICG ( WHO, 1992 ).
Etiologi
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
• Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
• Tampak sejak lahir atau usia dini
• Secara fisis tampak berkelainan/aneh
• Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal
• Tidak berhubungan dengan kelas sosial

Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokulturalmempunyai ciri-


ciri sebagai berikut :
• Biasanya merupakan retardasi mental ringan
• Diketahui pada usia sekolah
• Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
• Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
• Ada hubungan dengan kelas sosial
Next...........
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan
sosio ekonomi rendah masih merupakan bagian yang
besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi
mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-
kultural. Penyebab retardasi mental tipe klinis atau
biologikal dapat dibagi dalam:
a. Faktor organik
b. Faktor pranatal
c. Faktor perinatal
d. Faktor postnatal
e. Faktor non organik
Manifestasi Klinis

• Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )


• Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
• Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
• Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-
kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal )
• Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
• Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus
otot lemah )
• Kemungkinanciri-ciridismorfik
• Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata
fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk
kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada
masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai
dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75
atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa,
kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumah tanggaan,
ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas,
pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental
bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa
kanak-kanak.
Diagnosis dan Gejala Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai
beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata congenital,yang kadang-
kadang gambaran stigmata mengarah ke suatu sindrom penyakit
tertentu.Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai
retardasi mental yaitu (Swaiman,1989):
1. Kelainan pada mata : katarak, Bintik cherry-merah pada daerah macula,
Korioretinitis, Kornea keruh
2. Kejang : Kejang umum tonik klonik, Kejang pada masa neonatal
3. Kelainan kulit : Bintik café-au-lait
4. Kelainan rambut : rambut rontok, rambut cepat memutih, rambut halus
5. Kepala
6. Perawakan pendek
7. Distonia
Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada


anak yang menderita retardasi mental, yaitu dengan:
• Kromosomal Kariotipe
• EEG ( Elektro Ensefalogram)
• CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI
(Magnetic Resonance Imaging)
• Titer virus untuk infeksi kongenital
• Serum asam urat (uric acid serum)
• Laktat dan piruvat darah
Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat,
perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetic dan tindakan kedokteran
(umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik,
kehamilan pada wanita dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan
peradangan otak pada anak-anak).

2. Pencegahan Sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka
dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).

3. Pencegahan Tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya
disekolah luarbiasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif
atau dektrukstif. Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan
pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi
frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan Retardasi mental.
Penatalaksanaan
 Dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara
individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal
mungkin
 Melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak
terutama kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa
fisik anak,menganalisis penyebab,dan mengobati penyakit atau
kelainan yang mungkin ada,pekerja social diperlukan untuk menilai
situasi keluarganya.
 Melibatkan ahli saraf bila anak juga menderita epilepsi,cerebral
palsy
 Melibatkan psikiater bila anak menunjukkan kelainan tingkah laku
atau bila orangtuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga
 Melibatkan ahli rehabilitasi medis bila diperlukan untuk merangsang
perkembangan motorik dan sensoriknya
 Melibatkan ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan
bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicaranya serta
diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang
retardasi mental.
Next..............
 Bagi orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya
dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan serta diperlukan
kerjasama yang baik antara guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi
kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak di sekolah dan di rumah,anggota
keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak tidak diejek atau dikucilkan
 Masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental agar mereka dapat
menerima anak tersebut dengan wajar
 Diberikan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan taraf IQ-nya mereka
digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan yang
mampu dilatih untuk anak dengan retardasi mental sedang
 Sekolah khusus untuk anak retardasi mental adalah SLB-C di sekolah ini diajarkan
juga keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri dikemudian
hari diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka
diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji sperti
mencuri,merampas,kejahatan seksual
 Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh
kembangnya.
 Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian
Komplikasi

1. Serebral palcy
2. Gangguan kejang
3. Gangguan kejiwaan
4. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
5. Defisit komunikasi
6. Konstipasi
Perencanan Pulang dan Perawatan di Rumah

1. Rujuk anak dan keluarga ke lembaga dan ahki yang dapat memberi
bantuan khusus sehubungan dengan perawatan anak serta
perawatan dan hygene gigi
2. Rujuk keluarga ke lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk
konseling genetik, bantuan keuangan, peralatan adaptif, dan
layanan-layanan pendukung
3. Bekerja sama dengan kelurga dalam membentuk dan
mengimplementasikan renacana perbaikan perilaku
4. Fasilitas pembelajaran keterampilan yang benar dalam hal sosial,
kemasyarakatan, komunikasi, keamamanaan masyarakat, dan
menghindari orang asing ,serta perkembangan minat berhubungan
dengan kelompok sebaya dan bersantai dan berekreasi.
5. Fasilitas keikutsertaan anak dalam program sekolah, program
rekreasi, dan lingkungan masyarakat.
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian

1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat Kesehatan (Riwayat kesehatan sekarang, Riwayat kesehatan
dahulu, Riwayat prenatal, Riwayat perinatal, Riwayat post natal, Riwayat
kesehatan keluarga, Riwayat sosial)
4. Pengkajian pola fungsional gordon (Persepsi dan pola manajemen
kesehatan, Nutrisi – Pola Metabolic, Pola Eliminasi, Aktivitas – Pola
Latihan, Pola Istirahat – Tidur, Pola Kognitif – Persepsi, Persepsi Diri –
Pola Konsep Diri, Pola Peran – Hubungan, Sexualitas, Koping – Pola
Toleransi Stress, Nilai – Pola Keyakinan)
5. Pemeriksaan fisik
6. Pengkajian perkembangan anak
7. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosa Keperawatan

n Diagnosa keperawatan Kode


o
1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan D.0106
dengankelainan fungsi kognitif
2. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan D.0120
perubahan status kesehatan anggota keluarga
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan D.0119
lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa

4. Gangguan interaksi sosial berhubungn dengan D.0118


kesulitan bicara/kesulitan adaptasi social.
5. Defisit perawatan diri berhubungan D.0109
denganperubahan mobilitas fisik/kurangnya
kematangan perkembangan
6. Risiko cedera berhubungan dengandengan perilaku D.0136
agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik
Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan dan kriteria hasil yang


digunakan yaitu pedoman NIC dan NOC
Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai


dengan yang telah direncanakan,mencakup tindakan
mandiri dan kolaborasi. Rencana tindakan tersebut
diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan dan hasil yang di
harapakan.Tindakan keperawatan harus mendetail. Agar
semua tenaga keperwatan dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan
dan di lakukan sesuai dengan kondisi pasien.
Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk


melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan
terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang
diberikan dan kemajuan pasien atau kemunduran pasien
terhadap hasil yang diharapkan.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan
kontinu karena setiap tindakan keperawatan dilakukan,
respon klien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya
dengan hasil yang yang diharapkan.

Você também pode gostar