Você está na página 1de 17

PENGERTIAN

Alat Pelindung Diri selanjutnya


disingkat APD adalah suatu
alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian
atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja.

Alat Pelindung Diri (APD)


adalah kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai
bahaya dan risiko kerja untuk
menjaga keselamatan pekerja
itu sendiri dan orang di
sekelilingnya.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,
personal protective equipment (PPE) atau alat pelindung diri (APD)
didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja
dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan
bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi,
fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Dalam hirarki hazard control atau
pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri merupakan metode
pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk
menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan
melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau
paling tidak dikurangi.

Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah


melalui Departement Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia. Hal ini tertulis di Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.08/Men/VII/2010
tentang pelindung diri.

• Pasal 2
(1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja.
(2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
(3) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha
secara cuma-cuma.

• Pasal 3
(1) APD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:
a. pelindung kepala;
b. pelindung mata dan muka;
c. pelindung telinga;
d. pelindung pernapasan beserta perlengkapannya;
e. pelindung tangan; dan/atau
f. pelindung kaki.

(2) Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk APD:
a. pakaian pelindung;
b. alat pelindung jatuh perorangan; dan/atau
c. pelampung.
Pasal 4

(1) APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:


• dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran atau peledakan;
• dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan
bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif, beracun,
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah;
• dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di mana
dilakukan pekerjaan persiapan;
• dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak,
panas bumi, atau mineral lainnya, baik di permukaan, di dalam bumi maupun di
dasar perairan;
• dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui
terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara;
• dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun, bandar udara dan gudang;

2) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli Keselamatan


dan Kesehatan Kerjadapat mewajibkan penggunaan APD di
tempat kerja
Pasal 5
Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang
ramburambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.

Pasal 6
(1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.

(2) Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan apabila


APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.

Pasal 7
(1) Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja.
(2) Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD;


b. pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/kenyamanan
pekerja/buruh;
c. pelatihan;
d. penggunaan, perawatan, dan penyimpanan;
e. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
f. pembinaan;
g. inspeksi; dan
h. evaluasi dan pelaporan.
Berikut ini adalah beberapa dasar hukum mengenai kewajiban
pentingnya alat pelindung diri:

1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD
Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang APD.
Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai
APD.
Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-cuma

2. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981tentang Kewajiban MelaporPenyakit Akibat Kerja


Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga
kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

3. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja


Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja.

4. Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan di


Tempat Kerja Yang Mengelola Pestisida
Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri
yg berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan
pelindung pernafasan
 kecelakaan kerja bisa terjadi jika tidak memperhatikan
prinsip "Unsave condition dan unsave action".
Kecelakaan kerja dapat menyebabkan sakit, cacat,
kerusakan mesin, terhentinya proses produksi,
kerusakan lingkungan, dan pengeluaran-pengeluaran
biaya kecelakaan kerja.

 Secara umum kecelakaan kerja terjadi karena dua hal


penyebab yaitu keadaaan lingkungan yang tidak aman
dan tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi
keselamatan dan kesehatan kerja.
 Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung Diri adalah sebagai berikut.
1. APD harus dapat memberikan perlin-dungan yang kuat terhadap bahaya yang
spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan
3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel
4. Bentuknya harus cukup menarik
5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang dikarenakan
bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam menggunakannya
7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya. Suku cadangnya
harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.

 Kelemahan APD :
1. Kemampuan perlindungan yg kurang sempurna; tidak tepat, salah cara penggunaan,
kualitas APD.
2. APD sering tidak di pakai karena kurang nyaman.
3. Mengganggu penampilan.
4. Dan lain-lain.
Sabuk Keselamatan
(safety belt)
Safety Helmet Berfungsi sebagai alat pengaman
Berfungsi sebagai pelindung ketika menggunakan
kepala dari benda yang bisa alat transportasi ataupun
mengenai kepala secara langsung peralatan lain yang serupa
(mobil, pesawat, alat berat, dan
lain-lain.

Sepatu Karet (sepatu boot)


Sepatu pelindung (safety shoes)
Berfungsi sebagai alat pengaman Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan
saat bekerja di tempat yang becek kulit dilapisi metal dengan sol dari karet
ataupun berlumpur. Kebanyakan tebal dan kuat. Berfungsi untuk
di lapisi dengan metal untuk mencegah kecelakaan fatal yang
melindungi kaki dari benda tajam menimpa kaki karena tertimpa benda
tajam atau berat, benda panas, cairan
atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
kimia, dsb.

Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan
pada saat bekerja di tempat atau situasi
yang dapat mengakibatkan cedera
tangan. Bahan dan bentuk sarung
tangan di sesuaikan dengan fungsi
masing-masing pekerjaan.
Masker (Respirator)
Kaca Mata Pengaman (Safety
Glasses) Berfungsi sebagai penyaring udara
yang dihirup saat bekerja di tempat
Berfungsi sebagai pelindung mata
dengan kualitas udara buruk (misal
ketika bekerja (misalnya mengelas).
berdebu, beracun, dsb).

Tali Pengaman (Safety Harness) Penutup Telinga (Ear Plug / Ear


Berfungsi sebagai pengaman saat Muff)
bekerja di ketinggian. Diwajibkan Berfungsi sebagai pelindung telinga
menggunakan alat ini di ketinggian pada saat bekerja di tempat yang
lebih dari 1,8 meter. bising.

Pelindung wajah (Face Shield) Jas Hujan (Rain Coat)


Berfungsi sebagai pelindung wajah Berfungsi melindungi dari
dari percikan benda asing saat percikan air saat bekerja (misal
bekerja (misal pekerjaan bekerja pada waktu hujan atau
menggerinda) sedang mencuci alat).

Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan


pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja
(K3L : Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan)
1. Suma’mur. 1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.
Jakarta: CV. Haji Mas Agung.

2. Permenaker. 2010. Alat Pelindung Diri. Jakarta: Menteri Tenaga


Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.

3. Al marson PT. SUCOFINDO. 2016. ALAT PERLINDUNGAN


DIRI K3

4. https://id.wikipedia.org/wiki/Alat_pelindung_diri

Você também pode gostar