Você está na página 1de 51

Kelompok 4

MAKSI UMB Menteng


Hasudungan Hutasoit - 55514110042
Dini Kurniasari - 55514110073
Endro Andayani - 55514110086
 Latar Belakang
 Standar yang Relevan
 Akuntansi Komersial Perkebunan Sawit
 Aspek Pajak Perkebunan Sawit
 Simpulan
 Daftar Pustaka

2
• Perbedaan jenis dan skala industri dapat
menyebabkan perbedaan penggunaan metode
akuntansi guna memastikan kesesuaian thd
pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan.

• Beberapa industri memiliki kharakter khusus


sehingga menggunakan metode akuntansi yang
khusus juga.

• Salah satu industri yang memiliki kharakter khusus


adalah industri perkebunan (termasuk perkebunan
sawit).
• Kharakter khusus perkebunan sawit terletak pada
komoditas utama yang dimiliki dalam usahanya
berupa Aset Biologis yaitu Tanaman Sawit.

• Sepanjang umur ekonomisnya Aset Biologis


mengalami transformasi biologis.

• Transformasi Biologis ialah proses pertumbuhan,


degenerasi, produksi dan prokreasi yang disebabkan
perubahan kualitatif dan kuantitatif pada makhluk
hidup dan menghasilkan aset baru dalam bentuk
produk agrikultur atau aset biologis yang sama.
Gambaran Umum
PERKEBUNAN INTI Bisnis Perkebunan

Perencanaan
Survey – Proses Pembukaan
Study Kelayakan HGU - tanah
&
Persiapan Lahan • persiapan
Blocking

Benih Pemupukan
Sawit
Pembibitan Penanaman
Pemeliharaan
TM**) • transformasi
biologis
TBM*)

Panen
Transportasi
Jual
Pengolahan
Selanjutnya
• produk
agrikultur

PERKEBUNAN INTI PERKEBUNAN INTI


RAKYAT PLASMA
TBM = Tanaman Belum Menghasilkan
TM = Tanaman Menghasilkan 5
• Entitas yang bergerak dalam industri perkebunan
sawit di Indonesia wajib menyusun laporan keuangan
sesuai dengan SAK.

• SAK tidak atau belum membuat Standar yang


spesifik mengatur akuntansi perkebunan.

• Kebijakan akuntansi perkebunan mengacu kepada


beberapa pedoman dan PSAK yang sesuai.
Kebijakan Akuntansi – PSAK 25 par.10

ADA kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk


PSAK pos tersebut menggunakan PSAK tersebut.
SPESIFIK

manajemen menggunakan pertimbangannya


dalam mengembangkan dan menerapkan
TDK ADA suatu kebijakan akuntansi yang
PSAK menghasilkan informasi yang relevan &
SPESIFIK andal (menyajikan jujur, mencerminkan
substansi ekonomi, netral, pertimbangan
sehat dan lengkap).
7
Kebijakan Akuntansi – PSAK 25 par.11,12

Sumber acuan manajemen dalam


membuat pertimbangan dalam
Manajemen juga menggunakan:
penerapan kebijakan (urutan):
• standar akuntansi terkini yang
• Persyaratan dan panduan dalam
dikeluarkan badan penyusun
PSAK yang berhubungan
standar lain yang mengacu pada
dengan masalah serupa dan
KDPPLK yang sama
terkait
• Literatur akuntansi
• Definisi, kriteria pengakuan,
• Praktik akuntansi industri yang
konsep pengukuran untuk aset,
berlaku
liabilitas, penghasilan dan
• Sepanjang tidak bertentangan
beban dalam Kerangka Dasar
pada acuan utama
Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan
8
Beberapa Standar / Pedoman yang relevan:

1. SE Bapepam No SE-02/PM/2002 tentang Pedoman


Penyajian dan Pengungkapan Lap Keuangan Emiten
“Perkebunan” (Lampiran 13)

2. Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN Berbasis


IFRS yang diterbitkan pleh PTPN I-IV dan IAI tahun
2011

3. PSAK 14 tentang Persediaan

4. PSAK 16 tentang Aset Tetap


9
5. IAS 41, Agricultural Asset

6. PSAK 23 rev 2010 tentang Pedapatan

7. PSAK 48 rev 2009 tentang Penurunan Nilai Aset

8. ISAK 25 tentang Hak Atas Tanah

9. SAK ETAP

10.SE Bapepam No SE-9/BL/2012 tentang Pedoman


Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti
Perkebunan Kelapa Sawit di Pasar Modal
10
Industri Perkebunan Sawit dan Standar yang Relevan

Perencanaan
• persiapan Survey – Proses
&
Pembukaan
Study Kelayakan HGU - tanah
Blocking
Persiapan Lahan PSAK 16, ISAK 25

• Aset •SE 02/2002 BAPEPAM


• biologis
Benih
Pembibitan Penanaman
Pemupukan
TM**) •PAP BUMN
Sawit Pemeliharaan •IAS 41
•PSAK 48
TBM*) •SE 9/2012 BAPEPAM

• produk Transportasi Pengolahan


Panen
agrikultur Jual Selanjutnya PSAK 14, PSAK 23

11
A. Aset Biologis
B. Standar Akuntansi untuk Industri Perkebunan Sawit

1. SE Bapepam No SE- 6. PSAK 23 rev 2010 tentang


02/PM/2002 tentang Pedoman Pedapatan
Penyajian dan Pengungkapan 7. PSAK 48 rev 2009 tentang
Lap Keuangan Emiten Penurunan Nilai Aset
“Perkebunan” (Lampiran 13) 8. ISAK 25 tentang Hak Atas
2. Pedoman Akuntansi Tanah
Perkebunan BUMN Berbasis 9. SAK ETAP
IFRS yang diterbitkan pleh 10. SE Bapepam No SE-9/BL/2012
PTPN I-IV dan IAI tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian
3. PSAK 14 tentang Persediaan dan Penyajian Laporan
4. PSAK 16 tentang Aset Tetap Penilaian Properti Perkebunan
5. IAS 41, Agricultural Asset Kelapa Sawit di Pasar Modal

12
Pengertian Aset:

Menurut KDPPLK:
“Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh sebuah
perusahaan sebagai hasil dari peristiwa masa lampau dan
diharapkan memberikan keuntungan di masa mendatang bagi
perusahaan tsb”

Menurut SAK ETAP (2009:6)


“Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas”

Menurut FASB:
“Assets are probable future economic benefits obtained or
controlled by a particular entity as a result of transactions or
events” 13
Klasifikasi Aset menurut PSAK 1 – Penyajian Lap Keu:
 Klasifikasi aset lancar, jika:
 mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud
untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi
normal;
 memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;
 mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12
bulan setelah pelaporan; atau
 kas atau setara kas (PSAK 2: Laporan Arus Kas) kecuali aset
tersebut dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk
menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah
periode pelaporan.
 Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk
kategori tersebut sebagai aset tidak lancar.
14
Aset Biologis adalah aset yang dimiliki entitas berupa
makhluk hidup hewan atau tumbuhan (IAS 41)

Karakteristik khusus Aset Biologis adalah proses


Transformasi Biologis.

Transformasi Biologis adalah proses pertumbuhan,


degenerasi, produksi dan prokreasi yang disebabkan
oleh perubahan kualitatif dan atau kuantitatif pada
makhluk hidup.

15
Tanaman Sawit tergolong dalam Aset Biologis

Mengalami proses pertumbuhan, degenerasi, produksi,


prokreasi

Menghasilkan produk berupa:


Tandan Buah Segar
Bibit Kelapa Sawit

16
Klasifikasi Aset Biologis Tanaman Perkebunan menurut Lamp 13 SE
02/2002 Bapepam dan Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN tahun
2011, yang terkait dengan Perkebunan Kelapa Sawit:

1. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM): akun yang digunakan untuk


menampung biaya yg terjadi sejak penanaman sampai panen
komersial pertama
2. Tanaman telah Menghasilkan (TM): Tanaman Keras yang sudah
menghasilkan secara komersial

Aset Biologis Perkebunan disebut juga Tanaman Perkebunan atau


Tanaman Tahunan

17
Biaya Perolehan Tanaman Perkebunan (Tanaman Tahunan):

menurut Lamp 13 SE 02/2002 Bapepam


-TBM : kapitalisasi biaya-biaya yang terjadi sejak saat
penanaman sampai tanaman siap panen secara komersial
(a.l.: biaya persiapan lahan, penanaman, pemupukan,
pemeliharaan, biaya pinjaman yang dipakai dalam
pendanaan)
-TM : sebesar biaya TBM yang direklasifikasi ke TM.

18
Biaya Perolehan Tanaman Perkebunan (Tanaman Tahunan):

menurut Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN (2011):


-Biaya Perolehan TBM :
a. Biaya input: harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang
dikeluarkan agar bibit siap ditanam
b. Biaya proses: biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya lainnya seperti: biaya penyiapan lahan, pengangkutan
bibit, biaya penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengujian
aset tanaman tahunan, komisi profesional yang menangani aset
tanaman.
-Biaya Perolehan TM :
a. Sebesar nilai tercatat TBM yang direklasifikasi ke TM.
b. Biaya yang terjadi setelah TM diakui sebagai beban pada
periode terjadinya
19
Pengukuran Tanaman Perkebunan (Tanaman Tahunan):

SE 02/2002 Bapepam dan Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN


(2011):
-TBM : diukur berdasarkan harga perolehannya
-TM : diukur berdasarkan harga perolehan dan disajikan
sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan.

IAS 41 Agriculture
- Aset biologis bertumbuh dan menjadi dewasa seiring transformasi
biologisnya, sehingga nilainya bisa meningkat atau menurun;
- Aset biologis diukur berdasarkan nilai wajar (fair value) dikurangi
estimasi biaya untuk menjualnya.
- Tidak menggunakan fair value hanya jika harga wajar tidak bisa
diukur dengan andal. 20
Penurunan Nilai Aset Tanaman Perkebunan (Tanaman Tahunan):

Tanaman Perkebunan dalam tahapan perkembangan vegetatifnya


rentan mengalami penurunan nilai, dikarenakan rusak atau cacat
sehingga tidak bisa lagi digunakan dalam operasi bisnis perkebunan.

PSAK 48 Penurunan Nilai Aset:


 Perusahaan melakukan review pada setiap tanggal pelaporan
untuk menentukan apakah terdapat indikasi bahwa suatu aset
mengalami penurunan nilai (Par.9)
 Jika jumlah nilai terpulihkan dari suatu aset lebih kecil dari nilai
tercatatnya, maka nilai aset tercatat harus diturunkan menjadi
sebesar nilai terpulihkan, dan kerugian penurunan nilai segera
diakui (Par.59); pada lap laba rugi komprehensif utk aset yang
dicatat berdasarkan harga perolehan; dan diperlakukan sebagai
penurunan nilai revaluasi untuk aset revaluasian (Par.60)
21
Pengungkapan Aset Tanaman Perkebunan (Tanaman Tahunan):

A. Tanaman telah Menghasilkan:


1. Rincian nilai tercatat dan akumulasi penyusutan
2. Rekonsiliasi nilai tercatat awal dan akhir tahun paling tidak 2
tahun
3. Status tanah yang digunakan untuk menanam
4. Nilai TM berdasarkan area/lokasi tanam
5. Perbandingan saldo TM selama 2 tahun
6. Tanaman yang dijaminkan

B. Tanaman Belum Menghasilkan


1. Mutasi TBM: 2. Nilai Tanaman PIR dan Plasma
- Saldo awal 3. Cad kerugian yg mungkin timbul
- Tambahan tahun berjalan’ pada plasma
- Pengurangan tahun berjalan
- Saldo akhir
22
Produk berupa Hasil PanenTanaman Perkebunan (Tanaman
Tahunan) berupa Tandan Buah Segar (TBS):

TBS dimasukkan dalam akun Persediaan..

PSAK 14 rev 2008, Persediaan:


 Persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual, aset dalam
proses produksi, aset dalam bentuk bahan atau perlengkapan
untuk proses produksi, aset dalam perjalanan (sama dengan
Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN dan SE 02/2002
Bapepam)
 Pengukuran nilai persediaan dilakukan berdasarkan biaya atau
nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah
 Biaya perolehan persediaan meliputi: biaya pembelian, biaya
konversi dan biaya lain yang timbul sampai dengan persediaan
berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
23
Produk Agrikultur menurut IAS 41

Agricultural produce is measured at fair value less estimated costs to sell at


the point of harvest. Where fair value is used, assets are remeasured at
each reporting date.

 Diukur dengan metode Fair Value dikurangi estimasi biaya


penjualan pada saat pemanenan.
 Setelah itu direvaluasi setiap tanggal pelaporan.

24
Pendapatan utama dari industri perkebunan kelapa sawit adalah
dari penjualan hasil panen berupa TBS.

Kualifikasi penjualan yang ditentukan dalam PSAK 23 (2010):


1. Entitas telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang
kepada pembeli.
2. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan atas barang tsb
3. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
4. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait transaksi tsb
akan mengalir ke entitas
5. Biaya yang terjadi atau akan terjadi atas transaksi tersebut dapat
diukur dengan andal

Biaya atas pendapatan dari penjualan TBS adalah nilai persediaan


yang menjadi HPP.

25
• Terkadang perusahaan baru dapat memperoleh hak
guna usaha untuk membangun kebun inti apabila
bersedia membangun areal perkebunan rakyat di atas
tanah milik pemerintah.

• Sebagai pihak inti, perusahaan berkewajiban untuk


melatih, mengawasi petani dan membeli hasil produksi
perkebunan milik petani dengan harga yang telah
ditetapkan pemerintah. Perkebunan rakyat akan
diserahkan kepada petani pada saat perkebunan
mulai menghasilkan dengan harga konversi yang
ditetapkan oleh pemerintah (Masuk Akun TBM,
tetapi dipisah dari milik Inti)
26
.
• Pengeluaran untuk pengelolaan perkebunan dan
pelatihan petani didanai oleh pemerintah, dan
apabila sementara ditalangi Perusahaan, diakui
sebagai Piutang PIR.

• Petani berkewajiban menjual hasil panenannya


kepada perusahaan inti sekaligus untuk mencicil
piutang tersebut.

Perkebunan Inti Plasma sama halnya dengan PIR, tetapi sumber


pendanaan dari pinjaman bank dan atas tanah milik petani
setempat (petani plasma).

27
Tanaman Perkebunan
 Tanaman perkebunan diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar dan
dibedakan menjadi tanaman belum menghasilkan dan tanaman
menghasilkan.
 Tanaman menghasilkan dinyatakan sebesar biaya perolehan yang
terdiri dari biaya pembibitan, persiapan lahan, penanaman dan
pemeliharaan serta alokasi biaya tidak langsung.
 Tanaman belum menghasilkan akan direklasifikasi ke dalam
tanaman menghasilkan dan mulai disusutkan apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan
apabila 60% dari total seluruh pohon per blok telah menghasilkan
tandan buah dan dua lingkaran tandan telah matang atau berat
rata-rata buah per tandan telah mencapai 3 (tiga) kg atau lebih;
b. Tanaman menghasilkan disusutkan dengan metode garis lurus
dengan perkiraan masa manfaat 20 sampai 30 tahun.
28
Tanaman Perkebunan
 Tanaman perkebunan diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar dan
dibedakan menjadi tanaman belum menghasilkan dan tanaman
menghasilkan.
 Tanaman menghasilkan dinyatakan sebesar biaya perolehan yang terdiri
dari biaya pembibitan, persiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan serta
alokasi biaya tidak langsung.
 Tanaman belum menghasilkan akan direklasifikasi ke dalam tanaman
menghasilkan dan mulai disusutkan apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan apabila
60% dari total seluruh pohon per blok telah menghasilkan tandan buah
dan dua lingkaran tandan telah matang atau berat rata-rata buah per
tandan telah mencapai 3 (tiga) kg atau lebih;
b. Tanaman menghasilkan disusutkan dengan metode garis lurus dengan
perkiraan masa manfaat 20 sampai 30 tahun.

29
Beban Tangguhan Hak atas Tanah
 Biaya-biaya tertentu (terutama terdiri atas biaya dan beban-beban lain
sehubungan dengan perolehan hak atas tanah), yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun, ditangguhkan dan diamortisasi selama masa
manfaatnya dengan metode garis lurus.
 Beban-beban ini disajikan dalam akun “Beban Tangguhan Hak atas Tanah –
Neto” pada laporan keuangan konsolidasian.

Sumber : Laporan Audit PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. dan entitas


untuk tahun buku 2011 dan 2010 30
Penjualan Barang
 Pendapatan dari penjualan yang timbul dari pengiriman fisik produk-produk
berbahan dasar minyak sawit, karet berikut produk-produk perkebunan lainnya
diakui bila risiko dan manfaat yang signifikan telah dipindahkan kepada pembeli
bersamaan waktunya dengan pengiriman dan penerimaannya.
 Pendapatan dari ekspor diakui pada saat penyerahan barang di atas kapal pelabuhan
pengiriman.
 Pendapatan dari penjualan domestik diakui pada saat penyerahan barang kepada
pelanggan.
Penjualan Kelapa Sawit dan Produk Lainnya

Sumber : Laporan Audit PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. dan entitas


untuk tahun buku 2011 dan 2010 31
Harga Pokok Penjualan
Beban diakui pada saat terjadinya dengan menggunakan dasar akrual.

Penjualan Kelapa Sawit dan Produk Lainnya

Sumber : Laporan Audit PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. dan entitas


untuk tahun buku 2011 dan 2010

32
Beban Usaha
 Beban usaha diakui pada saat terjadinya dengan menggunakan dasar akrual.
 Beban dikelompokkan berdasarkan fungsinya.

Sumber : Laporan Audit PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. dan entitas


untuk tahun buku 2011 dan 2010 33
Kapitalisasi Biaya:

Misalkan, PT A membeli bibit tanaman kelapa sawit


sebanyak 600 batang untuk membuat 4 (empat) blok
tanaman kelapa sawit dengan harga satuan Rp.
20.000,- ,

maka jurnal dari transaksi tersebut adalah:

D: TBM Rp. 12.000.000,-


K: Kas/Utang Usaha Rp. 12.000.000,-
34
PEDOMAN
PENYAJIAN DAN
PENGUNGKAPAN
LAP KEU EMITEN
“INDUSTRI
PERKEBUNAN”

Reklasifikasi TBM ke TM

D: TM Rp. 507.330.200,-
K: TBM Rp. 507.330.200,-
(estimasi nilai kelapa sawit untuk satu blok dengan
kapasitas 130 batang pohon kelapa sawit, 60%
tanaman dalam satu Blok sudah berproduksi
komersial) ,-

35
PEDOMAN
PENYAJIAN DAN
PENGUNGKAPAN
LAP KEU EMITEN
“INDUSTRI
PERKEBUNAN”

Penyusutan TM

Mis: TM dengan Umur Ekonomis 25 thn, disusutkan dgn


metode garis lurus, didapatkan penyusutan per tahun
sebesar Rp. 12.742.347.760,-
Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah:

D: Biaya Penyst. TM Rp. 12.742.347.760,-


K: Akum. Penyst. TM Rp. 12.742.347.760,-

36
Pasal 28 UU KUP Tahun 2007

• Itikad baik dan mencerminkan usaha


yang sebenarnya
• Huruf latin, Bahasa Indonesia, Rupiah,
angka Arab (mata uang asing dan
bahasa asing dengan ijin Kemenkeu)
• Taat asas, akrual atau kas basis
• Perubahan metode pembukuan dengan
ijin DJP
• DISELENGGARAKAN DENGAN CARA
YANG LAZIM DI INDONESIA (SAK),
keculai ditentukan lain oleh UU Pajak
37
• PMK Nomor 249/PMK.03/2008 sebagaimana
diubah dengan PMK Nomor 126/PMK.011/2012:
“PENYUSUTAN ATAS PENGELUARAN UNTUK
MEMPEROLEH HARTA BERWUJUD YANG
DIMILIKI DAN DIGUNAKAN DALAM BIDANG
USAHA TERTENTU”

• PMK Nomor 79/PMK.03/2008: “PENILAIAN


KEMBALI AKTIVA TETAP PERUSAHAAN
UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN”

• PERATURAN TERKAIT PPN (PENYERAHAN


BKP TERTENTU YG BERSIFAT STRATEGIS)
38
Pasal 1:
• WP yg bergerak dalam bidang usaha tertentu
dapat melakukan penyusutan atas
pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dalam jumlah yang sama
• Bidang usaha tertentu meliputi a.l. usaha
perkebunan tanaman keras
• Penyusutan dimulai pada bulan produksi
komersial
39
Pasal 2A:
• Harta Berwujud Perkebunan Tanaman Keras
dikelompokkan dalam Kelompok 4
• Pengecualian penetapan masa manfaat
dengan persetujuan DJP

Sesuai Pasal 11 ayat (6) UU No. 36/2008 tentang PPh,


penyusutannya 20 tahun, metode garis lurus
40
• Penilaian kembali Aktiva Tetap Perusahaan
dapat dilakukan terhadap :
a. Seluruh aktiva tetap berwujud termasuk
tanah, atau
b. Seluruh aktiva tetap berwujud tidak
termasuk tanah

Yang:
- terletak di Indonesia
- Digunakan dalam 3 M (mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan
yang merupakan Obyek Pajak)
41
PPh Badan

PPh Pasal 21 Tidak berbeda secara


signifikan dengan wajib
PPh Pasal 23 pajak badan lainnya

PPh Pasal 26 Bersifat final, terkait dengan :


1. Penghasilan dari transaksi
pengalihan harta berupa tanah dan
PPh Pasal 4 ayat (2)
atau bangunan;
2. Usaha jasa konstruksi, dan
3. Persewaan tanah dan atau
bangunan

42
Dasar Hukum:
1. UU No 8/ 983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No 42/2009
tentang PPN/PPnBM, khususnya Pasal 16B
2. PP 31/2007 tentang Impor dan/atau Penyerahan BKP Tertentu yang
Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN
3. PMK 31/PMK.03/2008 tentang Pelaksanaan PPN yang Dibebaskan
atas Impor dan/atau Penyerahan BKP Tertentu yang Bersifat
Strategis
4. KEP DJP No KEP-234/PJ/2003 tentang Tata Cara Pemberian dan
Penatausahaan PPN yang Dibebaskan atas Impor dan/atau
Penyerahan BKP Tertentu yang Bersifat Strategis
5. PMK 78/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan
PM bagi PKP yang Melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan
Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak

43
Dasar Hukum:
6. SE-90/PJ/2011 tentang Pengkreditan PM pada Perusahaan Terpadu
(Integrated) Kelapa Sawit
7. PMK 21/PMK.011/2014 tentang Perubahan PMK 78/PMK.03/2010
8. PMK 135/PMK.011/2014 tentan Perubahan Kedua PMK
78/PMK.03/2010

44
Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Pasal 16B ayat
BKP dan/atau perolehan JKP yang atas (3)
penyerahannya dibebaskan dari pengenaan UU PPN
PPN TIDAK DAPAT DIKREDITKAN

PPN yang dibebaskan atas BKP tertentu yang Pasal 1 ayat (2)
bersifat strategis a.l. barang yang dihasilkan PMK
dari kegiatan Perkebunan 31/PMK.03/2008,
perubahan KMK
155/KMK.03/2001

WP usaha Kelapa Sawit (integrated dan non SE-90/PJ/2001


integrated) PM tidak dapat dikreditkan. Hal ini
sesuai dengan prinsip equal treatment
sebagaimana diatur dalam penjelasan Pasal
16B ayat (1) UU PPN
45
PM atas perolehan BKP dan/atau JKP yang

PMK 21/PMK.011/2014
nyata-nyata hanya digunakan untuk kegiatan
yang terkait dengan penyerahan yang terutang
PPN, dapat dikreditkan seluruhnya, seperti:

Pajak Masukan untuk pembelian traktor dan


pupuk yang digunakan untuk perkebunan
kelapa sawit, yang seluruh TBS yg dihasilkan
diolah sendiri oleh pemilik kebun atau titip olah
dengan menggunakan fasilitas pengolahan
PKP lain menjadi minyak kelapa sawit/CPO

CPO merupakan BKP

46
Uraian Komersial Pajak
Pengakuan awal Kapitalisasi seluruh biaya yang Sama, kecuali biaya yg
dikeluarkan berhubungan dengan tenaga
kerja tidak dikapitalisasi
Penyusutan Sesuai estimasi umur Kelompok 4 (20 tahun),
ekonomis, antara 20-25 tahun kecuali ditentukan lain dengan
ijin DJP
Revaluasi • Dalam pedoman dari Revaluasi bisa dilakukan sekali
Bapepam tidak mengatur 5 tahun untuk semua aset
revaluasi aset biolojik tetap yang dimiliki entitas
• IAS 41 mengharuskan (tidak diperkenankan revaluasi
revaluasi aset biolojik setiap sebagian)
periode pelaporan, atau jika -Berada di Indonesia
ada perubahan nilai pasar -Digunakan untuk 3M
yang signifikan

47
 Pemilihan metode akuntansi bisa berbeda-beda sesuai
dengan kharakteristik dan skala usaha entitas
 Entitas yang memiliki kharakteristik khusus seperti
Perkebunan Sawit (memiliki aset biologis) memerlukan
metode akuntansi yang khusus pula.
 DSAK IAI belum menerbitkan SAK khusus Perkebunan,
oleh karenanya manajemen bisa memilih menerapkan
SAK terkait dan pedoman lain yang sesuai dengan
KDPPLK

48
 Secara umum standar/pedoman yang terkait dengan
Perkebunan Sawit menganut historical cost.
 IFRS telah menerbitkan standar khusus yaitu IAS-41
Agriculture Assets yang menganut Fair Value
accounting.
 Dari aspek perpajakan, Perkebunan Sawit juga diatur
dalam aturan khusus usaha tertentu meliputi aturan
penyusutan, revaluasi aset dan BKP yang dibebaskan
dari pengenaan PPN.

49
1. Bapepam.2002. Pedoman Penyajian dan Pengungkapan
Industri Perkebunan.
2. Peraturan-peraturan Pajak terkait Industri Kelapa Sawit
3. PWC.2009. A practical guide to accounting for agricultural
assets
4. Tri Wahyuni, Ersa., Ng Eng Juan.___. Panduan Praktis
Standar Akuntansi Keuangan, Ed.2.___: Salemba Empat
5. UU RI No 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Sebagaimana telah Diubah Beberapa kali
terakhir dengan UU RI No.16 Tahun 2009
6. UU RI No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Sebagaimana Telah Diubah Beberapa kali Terakhir dengan UU
RI No 36 Tahun 2008
7. UU RI No. 8 Tahun 1983 tentan PPN dan PPnBM
Sebagaimana telah Diubah Beberapa kali Terakhir dengan UU
RI No. 42 Tahun 2009.
8. Waluyo,DR.___. Akuntansi Pajak, Ed.5.___: Salemba Empat
50
51

Você também pode gostar