Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KUALITATIF
LIPIDA
KELOMPOK 1
1. R A H AY U PA N C A R I N I ( 2 0 7 1 1 6 0 0 2 )
2. E K A S E T I YAWAT I ( 2 0 7 1 1 6 0 0 6 )
3. S I T I M U K T YAT I ( 2 0 7 1 1 6
4. E KO S A P U T R A ( 2 0 7 1 1 6 0
PENDAHULUAN
Dikehidupan sehari hari kita mengenal lemak atau lipid,
Lemak dan minyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu sebagai mentega dan lemak hewan. Minyak
umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya minyak
jagung, minyak zaitun, minyak kacang, dan lain-lain.
Walaupun lemak berbentuk padat dan minyak adalah
cairan, keduanya mempunyai struktur dasar yang sama.
Lemak dan minyak adalah triester dari gliserol, yang
dinamakan trigliserida. (Hart, 1987)
Lipid (Yunani, lipos = lemak) adalah segolongan besar senyawa tak
larut air yang terdapat di alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut
organik seperti eter dan kloroform. Sifat inilah yang
membedakannya dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan
kebanyakan molekul hayati lainnya. Lipid adalah senyawa
biomolekul yang digunakan sebagai sumber energi dan merupakan
komponen struktural penyusun membran serta sebagai pelindung
vitamin atau hormon. Lipid dapat dibedakan menjadi trigliserida,
fosfolipid, dan steroid. Trigliserida sering disebut lemak atau
minyak. Disebut lemak jika pada suhu kamar berwujud padat.
Sebaliknya, disebut minyak jika pada suhu kamar berwujud cair.
Lipid
Suatu lipid didefinisikan sebgai senyawa organik yang terdapat
dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik non polar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Lipid
adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan
gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic se[erti eter, aseton,
kloroform, dan benzene (Salirawati et al,2007)
Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri
dari beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan
struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa
golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid ( Salirawati et
al,2007)
Leman dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol,
kedua istilah ini berarti “triester (dari) gliserol”.
Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat
sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk
padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida
pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida
dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (fessenden
& fessenden, 1982)
Lemak dan minyak adalah senyawa lipida yang paling banyak di alam.
Perbedaan antara keduanya adalah perbedaan konsistensi/sifat fisik pada
suhu kamar, yaitu lemak berbentuk padat sedangkan minyak berbentuk cair.
Perbedan titik cair dari lemak disebabkan karena perbedaan jumlah ikatan
rangkap, panjang rantai karbon, bentuk cis atau trans yang terkandung di
dalam asam lemak tidak jenuh (Sartika, 2008).
Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan gliserol yang
diperoleh dari hasil hidrolisis lemak, minyak maupun senyawa lipid lainnya.
Asam lemak pembentuk lemak dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom C
(karbon), ada atau tidaknya ikatan rangkap, jumlah ikatan rangkap serta letak
ikatan rangkap. Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dibedakan
menjadi asam lemak jenuh (saturated fatty acid/SFA) yaitu asam lemak yang
tidak memiliki ikatan rangkap. Sedangkan asam lemak yang memiliki ikatan
rangkap disebut sebagai asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acids),
dibedakan menjadi Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA) memiliki 1 (satu)
ikatan rangkap, dan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dengan 1 atau lebih
ikatan rangkap (Sartika, 2008)
Jumlah atom karbon pada asam lemak berkisar antara 4 sampai 24
atom karbon, dengan pembagian antara lain asam lemak rantai
pendek/SCFA (2–4 atom karbon), rantai medium/MCFA (6–12 atom
karbon) dan rantai panjang/LCFA (>12 atom karbon). Semua lemak
bahan pangan hewani dan sebagian besar minyak nabati men-
gandung asam lemak rantai panjang. Titik cair asam lemak
meningkat dengan bertambah panjangnya rantai karbon. Umumnya
asam lemak yang menyusun lemak bahan pangan secara alami
terdiri dari asam lemak dengan konfigurasi posisi cis minyak kelapa
sawit, kedelai, jagung, canola dan kelapa (Sartika, 2008).
Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa
golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid
dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan fosfolipid. Lemak
secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan gliserol. Rumus umum
lemak yaitu: R1,R2,dan R3 adalah rntai hidrokarbin dengan jumlah atom karbon dari
3 sampai 23, tetapi yang paling umum dijumpai yaitu 15 dan 17 (Salirawati, 2007).
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya.
Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak yang
mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan
rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan
asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak
yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi dengan
reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak
jenuh (Salirawati ,2007).
Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga
merupakan sumber energi utama yang digunakan sebagai energi
cadangan makanan yang disimpan pada jaringan adiposa dalam
tubuh, dalam bentuk lipoprotein fosfalipid yang berfungsi sebagai
pengangkut zat-zat yang melewati membran sel. Steroid senyawa-
senyawa memiliki beberapa fungsi misalnya kolestrol berperan
dalam proses pengangkutan lemak dalam tubuh. Estrogen dan
testoleron berfungsi sebagai hormon kelamin: dehidroksikolestrol
dan ergastrol berperan sebagai provitamin D (Sutresna, 2009).
Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang
meliputi analisis kualitatif maupun kuantitatif.
A. UJI KELARUTAN LIPIDA
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid
terdahadap berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid
ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke
dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersbut tidak akan larut. Hal
tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan
larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar (Garjito, 1980).
Lanjutan ..
Uji ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan lipida pada pelarut
tertentu. Metode pengujian ini berdasarkan realita bahwa lemak dan
minyak merupakan non polar, tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut organik seperti alkohol, eter , kloroform, aseton
benzene, atau pelarut organik lainnya.
Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karena
bila dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua
lapisan. Sebaliknya, minyak dalam natrium karbonat akan
membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak bebas dalam
larutan lemak akan bereaksi dengan natrium karbonat membentuk
sabun yang lebih bersifat polar. Sabun mempunyai daya aktif
permukaan sehingga tetesan minyak dapat menyebar ke seluruh
permukaan air.
Cara kerja
5 tabung bersih
kocok
Hasil
Hasil
Pembahasan
Dalam menguji suatu kelarutan minyak atau lemak, disiapkan 5 tabung
reaksi yang di dalamnya berisi masing-masing dengan: aquadest, alcohol
96% , klorofrm, eter, larutan Na2CO3 sebanyak 1,0 ml yangdi tetesi minyak
kelapa. Fungsi dari jumlah 5 tabung tersebut adalah sebagai pembanding,
mana yang lebih larut dan tidak. Pada tabung reaksi pertama yang di
dalamnya terdapat aquadest yang di campur mnyak, minyak tidak larut,
tetapi berwarna keruh. Di lapisan atas, minyak berwarna putih. Pada tabung
reaksi kedua berisi alcohol di campur dengan minyak, maka minyak dapat
larut, tapi berwarna agak keruh. Tabung ketiga berisi kloroform yang di
tetesi dengan minyak reaksi yang timbul adalah minyk klapa lrut dalam
kloroform, bgtu pula dengan tbung yang berisi eter timbul reaksi mnyak
larut dalam eter. Di karenakan eter dan kloroform adalah pelarut lemak
bersifat non polar. Air dan minyak timbul reaksi tidak melarut, sedangkan
Na2co3 dengan mnyk kelapa maka akan terbentuk sabun, karena lipid jika
bercampur dengan basa akan terjadi penyabunan, bahwa lemak/minyak
dapat di hidrolisis oleh alkali menjadi gliserol dan asam lemak atau yang di
sebut sabun.
B. Uji ketidak jenuhan
minyak lemak
Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang
diuji apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan
menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai
indikator perubahan. Asam lemak yang diuji ditambah kloroform
sama banyaknya. Tabung dikocok sampai bahan larut. Setelah itu,
tetes demi tetes pereaksi Iod Hubl dimasukkan ke dalam tabung
sambil dikocokdan perubahan warna yang terjadi terhadap
campuran diamati. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam
lemak tidak jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak
tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya.
Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan
timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke
warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar
menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbon asam lemak.
Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan
rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji
ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam lemak
yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi
berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi
menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi
pereaksi iod huble (Budha,K.,1981).
Uji ini bertujuan untuk mengetahui sifat ketidak jenuhan minyak atau
lemak. Metode ini berdasarkan pada struktur kimia minyak atau lemak yang
dapat tersusun oleh asam lemak tidak jenuh /jenuh berdasarkan ada/
tidaknya ikatan rangkap. Asam lemak tidak jenuh (punya ikatan rangkap )
dapat menghilangakan larutan brom karena dapat bereaksi dengan brom.
Cara kerja
2 tetes sampel minyak /
lemak
+ 2 ml kloroform
+ 1 ml kloroform
+ 10 ml KOH alkoholis
10 %