Você está na página 1de 19

ANAK TUNA RUNGU

Kelompok 3 :
Dimas Ikhwanus Shafa (15.860.0295)
Ilham Syahdana (15.860.0346)
Fennisa Arfah (15.860.0357)
Grace Novebrine (15.860.0327)
Siti Ramadhani (15.860.0384)
Cristalya Butar-Butar (15.860.0344)
Srimadani Putri Hsb (15.860.0348)
Debi Seal (15.860.0347)
Dhea Fina Wandira (15.860.0296)
Halimatussakdiyah (15.860.0308)
Affriyanti Fronika (15.860.0329)
Wira Widdya (15.860.0107)
Definisi

• Individu yg kehilangan pendengaran baik sebagian


(hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yg
menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai
fungsional di dalam kehidupan sehari-hari.

• Penderitaan anak tunarungu:


kesulitan mendengar  pembentukan bahasa
terhambat
Klasifikasi Tunarungu
(Berdasarkan saat mulai terjadinya)

• Prelingual deafness: kondisi seseorang dimana ketulian


sudah ada sejak lahir atau terjadinya sebelum
dimulainya perkembangan bicara & bahasa

• Postlingual deafness: kondisi dimana seseorang


mengalami ketulian setelah ia menguasai wicara atau
bahasa
Klasifikasi Tunarungu
(Secara Kuantitatif)
• Klasifikasi I (Ringan) : 20-30 dB  borderline antara orang
yg sulit mendengar dg orang normal.

• Klasifikasi II (Marginal) : 30-40 dB  mengalami kesulitan


utk mengikuti pembicaraan pd jarak beberapa meter.

• Klasifikasi III (Sedang) : 40-60 dB  butuh alat bantu dengar


dan bantuan mata.

• Klasifikasi IV (Berat) : 60-75 dB  tuli secara edukatif tdk


bisa belajar bicara tanpa menggunakan teknik2 khusus.

• Klasifikasi V (Parah) : >75 dB


Klasifikasi Tunarungu
(Berdasarkan etilogis)

• Tuna rungu endogen adalah suatu


ketunarunguan yang diturunkan oleh orang
tuanya.

• Tuna rungu eksogen adalah ketunarunguan


yang diakibatkan suatu penyakit atau
kecelakaan.
Klasifikasi Tunarungu
(Berdasarkan anatomis-fisikologis)

• Tuna rungu hantaran (konduksi) adalah


ketunarunguan yang disebabkan kerusakan atau
tidak berfungsinya alat penghantar getaran pada
telinga bagian bawah.
• Tuna rungu syaraf (perseptif) adalah
ketunarunguan sebagai akibat dari kerusakan atau
tidak berfungsinya alat pendengarn telinga bagian
dalam
Klasifikasi Tunarungu
(Berdasarkan terjadinya ketunarunguan
• Tuna rungu yang terjadi saat dalam kandungan (prenatal)
Ketunarunguan terjadi akibat keracunan makanan, kekurangan gizi,
pengaruh obat-obatan dan infeksi virus yang dialami pada masa
triwulan pertama menimbulkan kerusakan syaraf, dan jaringan otak.

• Tuna rungu yang terjadi saat kelahiran (natal)

Segala bentuk ganguan pada saat bayi lahir seperti Prematuresasi,


pinggul sempit, lahir dengan porceps dan berbagai kesulitan saat
kelahiran dapat menimbulkan kerusakan syaraf dan jaringan otak.

• Tuna rungu yang terjadi saat kelahiran (post natal)

Terjadi akibat peradangan selaput otak infeksi telinga tengah,


peradangan gendang telinga dan sebagainya.
Karakteristik Ketunarunguan
(Menurut Telford & Sawrey)

1. Ketidakmampuan memusatkan perhatian yg


sifatnya kronis

2. Kegagalan merespon apabila diajak bicara

3. Terlambat berbicara atau melakukan kesalahan


artikulasi

4. Mengalami keterbelakangan di sekolah


Gejala dalam kehidupan sehari-hari

• Reaksi lambat terhadap instruksi; prestasi lebih rendah dari potensi

• Melihat siswa lain untuk mengikuti apa yang mereka lakukan

• Meminta orang lain untuk mengulangi apa yang mereka katakan

• Salah menginterpretasi informasi, pertanyaan & pembicaraan

• Mengeluhkan adanya suara bising di telinganya

• Bingung dengan kata-kata yg bunyinya hampir sama

• Melihat wajah pembicara dari dekat atau membaca bibir pembicara

• Perkembangan bahasa terlambat; bahasa tdk gramatikal utk usianya

• Suka menarik diri dari teman-temannya


Penyebab Terjadinya Tuna rungu

• Masalah kromosom yang diturunkan


• Malformasi kongenital
• Infeksi kronis
• Tulang tengkorak yang retak
• Dampak mendengar suara yang sangat keras
• Penyakit virus seperti rubella pd saat kehamilan ibu
• Sifilis kongenital
Identifikasi

1. Indikator perilaku :
 Ketidakmampuan memberikan perhatian,
 Mengarahkan kepala/ telinga ke arah pembicara,
 Gagal mengikuti instruksi lisan,
 Meminta pengulangan terutama utk pertanyaan,
 Memiliki masalah wicara,
 menarik diri,
 Sangat fokus pd wajah atau mulut lawan bicara,
 Respon-respon tidak sesuai atau inkonsistensi.
Identifikasi
2. Tanda-tanda fisik:
 Telinga mengeluarkan cairan
 Bernafas melalui mulut
 Sering menggunakan kapas pd telinga
 Ekspresi tampak letih & tertekan
3. Keluhan yg dikemukakan anak:
– Sakit pada telinga / telinga luka
– Mendengar dengungan/ deringan
– Ada “suara” di dalam kepala
– Merasa ada benda di dalam telinga
– Sering demam / sakit tenggorokan / tonsilitis
Dampak ketunarunguan

1. Perkembangan bahasa

2. Perkembangan intelektual dan prestasi


akademik

3. Perkembangan sosial dan emosional


Intervensi

Pendidikan
Komunikasi

TKLB / TKKh
Latihan Tunarungu Tingkat
Pendengaran rendah

SDLB / SDKh
Oralism Tunarungu Kelas
tinggi

Manualism
SLTPLB / SMPKh
Tunarungu

Komunikasi Total SLTPLB / SMPKh


Tunarungu
1. Latihan pendengaran  meningkatkan keterampilan
anak mendengar.

– Kemampuan mendengar  penerimaan &


keinginan anak utk memakai alat bantu dengar 
anak menjadi pemakai alat bantu dengar yang
baik.

– Latihan Mengembangkan kemampuan anak untuk


menyadari & membedakan:

 Suara-suara yang mencolok; suara lingkungan

 Pola iram berbicara & irama musik

 Pengenalan huruf hidup & mati

 Bicara dalam situasi yang ramai/ bising


2. Oralism: Sistem komunikasi menggunakan
bicara & membaca ujaran.
– Anak tunarungu mampu
mengembangkan keterampilan
berbicara & membaca ujaran yg baik,
asal diberikan waktu cukup & latihan.
– Pengajaran oralism harus disesuaikan
dengan minat & kebutuhan anak.
– Guru bicara dengan jelas, namun
artikulasi tetap wajar; lampu juga harus
terang
3. Manualism

Sistem komunikasi yang menekankan pada


manual alfabet (ejaan jari) & bahasa isyarat.

– Relatif mudah, sehingga tidak


mengalami frustrasi karena mampu
mengungkapkan keinginan & isi hati
melalui bahasa isyarat & ejaan jari.
4. Komunikasi Total

Sistem komunikasi yang berusaha


menggabungkan berbagai bentuk komunikasi
untuk mengembangkan konsep & bahasa pada
anak tunarungu.

– Gerakan-gerakan, suara yang diperkeras,


berbicara, membaca ujaran, ejaan jari,
bahasa isyarat, membaca & menulis.

– Untuk meningkatkan komunikasi 2 arah &


mengembangkan potensi anak secara
maksimal.
Terima Kasih

Você também pode gostar